Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
TIM astronom dari Chalmers University of Technology mengungkap penemuan menakjubkan di gugus bintang Stephenson 2 (RSGC2). RSGC2 ialah sekelompok setidaknya 26 bintang raksasa merah yang terletak di dasar lengan spiral Scutum-Crux, sekitar 18.917 tahun cahaya dari Bumi.
Dengan menggunakan teleskop ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array), para peneliti mengamati salah satu bintang dalam gugus ini, Stephenson 2 DFK 52. Mereka menemukan awan gas dan debu berukuran sangat besar yang sedang dikeluarkan bintang tersebut. Awan ini terbentuk saat bintang memasuki tahap akhir kehidupannya.
“Pemandangan ini menunjukkan bintang raksasa merah yang tengah melepaskan material secara masif. Namun, ukuran awan ini sangat mengejutkan,” ujar astronom Mark Siebert. “Ini adalah awan gas dan debu terbesar yang pernah ditemukan mengelilingi bintang sejenis, mencapai 1,4 tahun cahaya dari ujung ke ujung.”
Yang membuatnya semakin mencengangkan, awan ini jauh lebih besar dibandingkan yang diperkirakan, bahkan jika dibandingkan dengan Betelgeuse, bintang raksasa merah terkenal yang berada lebih dekat dengan Bumi. Jika Stephenson 2 DFK 52 berada pada jarak yang sama dengan Betelgeuse, awan gasnya akan tampak di langit sebesar sepertiga diameter Bulan Purnama.
Melalui pengamatan terbaru, para ilmuwan dapat mengukur jumlah dan kecepatan material yang mengelilingi bintang. Warna biru menunjukkan materi yang bergerak menuju pengamat, sedangkan merah menandakan arah menjauh.
Data menunjukkan bahwa sekitar 4.000 tahun yang lalu, bintang ini mengalami fase pelepasan massa yang sangat ekstrem, sebelum akhirnya melambat ke tingkat yang lebih stabil. Saat ini, massa Stephenson 2 DFK 52 diperkirakan antara 10 hingga 15 kali massa Matahari, dan sudah kehilangan sekitar 5-10% massanya.
Meski demikian, para peneliti masih belum mengetahui penyebab pelepasan material dalam jumlah besar tersebut. “Apakah ini akibat interaksi dengan bintang pendamping? Mengapa bentuk awannya sangat kompleks? Dan apakah ada bintang supergiant lain dengan perilaku serupa?” ujar tim peneliti.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu ilmuwan memahami bagaimana bintang sejenis akan mengakhiri hidupnya. Kemungkinan besar dalam ledakan supernova dalam jutaan tahun ke depan. (Sci.News/Z-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved