Kuil Berusia 1.400 Tahun Ditemukan di Bolivia, Ungkap Jejak Peradaban Tiwanaku

Thalatie K Yani
04/7/2025 10:35
Kuil Berusia 1.400 Tahun Ditemukan di Bolivia, Ungkap Jejak Peradaban Tiwanaku
Penemuan kuil Palaspata di Bolivia mengungkap jejak penting peradaban Tiwanaku yang misterius.( José Capriles/Penn State)

PARA arkeolog di Bolivia menemukan reruntuhan sebuah kuil yang diperkirakan dibangun oleh peradaban Tiwanaku sekitar 1.400 tahun lalu. Penemuan ini dinilai penting karena membuka tabir kehidupan dari salah satu masyarakat pra-Inka yang hingga kini masih menyimpan banyak misteri.

Kuil yang diberi nama Palaspata—mengacu pada nama lokal wilayah tersebut—berasal dari masa kejayaan Tiwanaku, sebuah peradaban yang pernah menguasai wilayah di selatan Danau Titicaca di pegunungan Andes. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Antiquity pada 24 Juni lalu.

“Ini mengejutkan, betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang Tiwanaku,” ujar Steven Wernke, arkeolog dan antropolog dari Universitas Vanderbilt, AS, yang tidak terlibat dalam penelitian. “Penemuan ini sangat signifikan.”

Siapa Sebenarnya Tiwanaku?

Tiwanaku dikenal sebagai peradaban dengan struktur sosial yang sangat terorganisir. Mereka meninggalkan warisan arsitektur berupa piramida, kuil bertingkat, dan monolit. Namun, peradaban ini runtuh sekitar tahun 1000 M, jauh sebelum kedatangan bangsa Inka yang mengambil alih wilayah tersebut 400 tahun kemudian.

Meneliti Tiwanaku bukan perkara mudah. Banyak situs berada di ketinggian ekstrem dan lokasi terpencil. Ditambah lagi, dukungan riset arkeologi di Bolivia terbatas. Karena itu, banyak aspek sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Tiwanaku masih belum terpecahkan.

Salah satu perdebatan besar di kalangan ahli adalah soal struktur kekuasaan Tiwanaku. Ada yang meyakini mereka menganut sistem pusat kekuasaan yang mengendalikan provinsi, sementara teori lain menyebut mereka sebagai aliansi kolektif dari berbagai komunitas.

Membongkar Rahasia Palaspata

Penemuan Palaspata berawal dari pengamatan area tak terpetakan. Para peneliti kemudian menggunakan drone dan teknik fotogrametri untuk memetakan struktur kuil.

Hasilnya, terungkap Palaspata merupakan kompleks kuil dengan platform bertingkat dan ruang-ruang simetris mengelilingi sebuah halaman dalam. Luasnya sekitar 125 x 145 meter atau setara satu blok kota.

Berdasarkan analisis karbon terhadap sampel arang yang ditemukan di lokasi, kuil ini aktif digunakan antara tahun 630 hingga 950 M. Bentuk bangunannya juga menunjukkan keterkaitan dengan ritual matahari, khususnya saat ekuinoks (ketika siang dan malam sama panjang).

Penghubung Perdagangan dan Pusat Ritual

Letak kuil yang strategis juga mengungkap perannya sebagai simpul penting dalam jaringan perdagangan. Palaspata berada di titik pertemuan tiga jalur perdagangan besar: dataran tinggi di utara, dataran kering di barat, dan lembah-lembah subur di timur.

Para peneliti menemukan pecahan cangkir keru, yang biasa digunakan untuk minum chicha—bir tradisional dari jagung. Minuman ini membutuhkan bahan dari Lembah Cochabamba yang letaknya cukup jauh. Temuan ini memperkuat dugaan  Palaspata juga menjadi pusat interaksi ekonomi dan sosial.

“Penemuan ini membuat kita mempertimbangkan ulang tentang koneksi jarak jauh antara Tiwanaku dan wilayah selatan Bolivia,” kata Erik Marsh, antropolog dari Universitas Nasional Cuyo, Argentina.

Selain fungsi ekonomi, kuil ini diyakini memiliki peran religius yang signifikan. Menurut José Capriles, arkeolog dari Penn State University sekaligus penulis utama studi ini, aktivitas ekonomi dan politik di masa itu hampir selalu dimediasi melalui praktik keagamaan sebagai bahasa universal antar kelompok.

Petunjuk Baru tentang Struktur Kekuasaan Tiwanaku

Letak strategis dan desain kompleks Palaspata mendukung teori bahwa Tiwanaku merupakan peradaban yang terpusat dan terkoordinasi. Wernke menyebutnya sebagai "kepingan penting dalam teka-teki tentang imperialisme awal di Andes."

“Penemuan ini memberi petunjuk menarik tentang bagaimana peradaban Tiwanaku membentuk sistem kekuasaan dan integrasi sosial di masa lalu,” ujarnya. “Dan jelas ini bukan penemuan terakhir yang akan kita dengar.” (Live Science/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya