Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

16 Miliar Data Login Bocor, Pakar Serukan Pengguna Internet Segera Ganti Kata Sandi

Thalatie K Yani
22/6/2025 09:22
16 Miliar Data Login Bocor, Pakar Serukan Pengguna Internet Segera Ganti Kata Sandi
Peneliti keamanan siber menemukan 16 miliar data login bocor yang berpotensi disalahgunakan oleh pelaku kejahatan siber.(Pinterest)

PENGGUNA internet diimbau segera mengganti kata sandi dan meningkatkan sistem keamanan digital mereka. Himbauan itu usai para peneliti mengungkap kebocoran data login dalam skala besar, yang berpotensi dimanfaatkan pelaku kejahatan siber.

Laporan dari Cybernews, sebuah publikasi teknologi daring, menyebutkan  mereka menemukan 30 kumpulan data (dataset) yang berisi total 16 miliar informasi login. Data tersebut diduga dikumpulkan dari malware pencuri data (infostealers) dan kebocoran data sebelumnya.

Meskipun sebagian besar data kemungkinan tumpang tindih, sehingga jumlah akun atau individu yang terdampak belum dapat dipastikan secara pasti, temuan ini tetap menjadi alarm serius.

Data Sementara Namun Berbahaya

Menurut Bob Diachenko, spesialis keamanan siber asal Ukraina yang memimpin riset ini, dataset tersebut sempat tersimpan secara tidak aman di server jarak jauh dan dapat diakses publik sebelum akhirnya diturunkan. Dia mengaku telah mengunduh salinan data tersebut dan berencana menghubungi individu serta perusahaan yang terdampak.

“Ini akan memakan waktu karena jumlah datanya sangat besar,” ujar Diachenko.

Dalam data yang dianalisis, ditemukan URL login yang mengarah ke situs-situs besar seperti Apple, Facebook, dan Google. Meski begitu, perusahaan-perusahaan tersebut belum mengalami kebocoran langsung dan tidak ada bukti terjadi pelanggaran data terpusat di pihak mereka.

Google, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa data yang disebut dalam laporan Cybernews bukan berasal dari kebocoran internal mereka. Mereka juga menganjurkan pengguna untuk memanfaatkan password manager dan fitur keamanan tambahan.

Infostealer: Ancaman Nyata yang Kian Meluas

Menurut para peneliti, sekitar 85% dari data yang ditemukan berasal dari infostealer, sedangkan sisanya dari kebocoran lama seperti insiden LinkedIn. Infostealer adalah jenis malware yang secara diam-diam mencuri data login dari peramban pengguna, termasuk cookies dan metadata.

Toby Lewis dari perusahaan keamanan siber Darktrace mengatakan meskipun data ini belum dapat diverifikasi secara menyeluruh, keberadaan infostealer sangat nyata dan menjadi senjata utama pelaku kejahatan siber.

“Infostealer tidak langsung mengakses akun pengguna, melainkan mengikis informasi dari peramban. Selama Anda menggunakan pengelola kata sandi, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan waspada terhadap aktivitas mencurigakan, ancamannya bisa diminimalisir,” jelas Lewis.

Seruan untuk Jaga Keamanan Digital

Pakar lain menekankan pentingnya langkah preventif. Peter Mackenzie dari Sophos menyebut kebocoran ini sebagai pengingat akan besarnya informasi yang bisa diakses pelaku siber.

“Yang kita lihat di sini adalah kedalaman data yang bisa digunakan untuk serangan. Ini harus jadi momentum untuk segera mengganti kata sandi, gunakan autentikasi ganda, dan manfaatkan pengelola kata sandi,” tegas Mackenzie.

Situs haveibeenpwned.com juga direkomendasikan sebagai alat untuk memeriksa apakah alamat email Anda pernah terlibat dalam kebocoran data.

Alan Woodward, profesor keamanan siber dari University of Surrey, menyebut kejadian ini sebagai pengingat untuk melakukan “bersih-bersih kata sandi”.

“Nyaris semua layanan bisa bocor seiring waktu, itulah kenapa pendekatan ‘zero trust’ (tidak percaya begitu saja) menjadi sangat penting dalam dunia keamanan digital,” ujarnya.

Potensi Eksploitasi Besar-Besaran

Meski belum diketahui siapa pihak di balik kebocoran ini, Cybernews menyebut bahwa kumpulan data yang ditemukan bisa menjadi “cetakan” untuk eksploitasi massal — mulai dari pembajakan akun, pencurian identitas, hingga serangan phishing yang sangat tertarget.

Satu-satunya sisi positif, menurut mereka, adalah bahwa data ini hanya sempat terbuka dalam waktu singkat — cukup lama untuk ditemukan peneliti, namun tidak cukup lama untuk digunakan secara luas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Namun bagi pengguna internet, pesan utamanya jelas: jangan tunggu sampai terlambat. Perkuat keamanan akun Anda sekarang juga. (The Guardian/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya