Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BAYANGKAN jika bisa melintasi seluruh dunia dalam waktu kurang dari satu detik. Jika Anda mampu bergerak dengan kecepatan cahaya, itu akan menjadi kenyataan.
Kecepatan cahaya yang mencapai sekitar 300.000 kilometer per detik memungkinkan mengelilingi Bumi sebanyak tujuh kali hanya dalam satu detik.
Perjalanan ini tidak hanya menakjubkan secara teori, tetapi juga membawa kita ke dalam ranah sains yang sangat menarik, yang sering diungkapkan fisikawan dan peneliti dari NASA.
Pada kecepatan ini, segala sesuatu di sekitar akan tampak sangat berbeda. Cahaya dari objek yang dilalui mungkin akan tampak terdistorsi, dan konsep ruang serta waktu mulai berubah drastis.
Ini bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga bagaimana fisika bekerja di level fundamental. Salah satu konsep menarik adalah efek relativitas waktu di mana waktu bagi seseorang yang bergerak dengan kecepatan cahaya berjalan lebih lambat dibandingkan dengan seseorang yang diam di Bumi.
Jika seseorang bisa mengelilingi Bumi dengan kecepatan cahaya, pemandangan di sekitar akan berubah drastis. Warna benda mungkin akan berubah karena fenomena yang disebut Doppler Shift, di mana panjang gelombang cahaya tampak lebih pendek atau lebih panjang bergantung pada kecepatan objek yang bergerak relatif terhadap manusia.
Selain itu, waktu akan terasa melambat secara signifikan menurut prinsip relativitas Einstein. Jadi, bagi pengamat di Bumi, perjalanan Anda mungkin akan terasa sekejap, tetapi bagi Anda, perjalanan tersebut bisa berlangsung jauh lebih lama.
Dalam konteks eksplorasi ruang angkasa, kecepatan cahaya adalah batasan utama yang dihadapi manusia. Meski pesawat luar angkasa yang ada saat ini belum mampu mendekati kecepatan ini, konsep perjalanan antarbintang sering mengandalkan teknologi yang mampu mendekati kecepatan cahaya.
Salah satu contoh penggunaan teori ini adalah misi-misi penelitian NASA yang menjelaskan bagaimana komunikasi dengan pesawat ruang angkasa bisa terpengaruh oleh jarak dan kecepatan sinyal.
Perjalanan dengan kecepatan cahaya saat mengelilingi bumi juga membawa pertanyaan menarik tentang bagaimana tubuh manusia dapat bertahan. Meskipun kita belum bisa merasakan efek langsungnya, secara teoritis, perbedaan waktu dan gaya ekstrem akan sangat mempengaruhi kondisi tubuh manusia. Dalam simulasi-simulasi di laboratorium, peneliti berusaha memahami bagaimana ruang, waktu, dan materi berinteraksi pada kecepatan ekstrem tersebut.
Meski tampaknya seperti fiksi ilmiah, studi tentang kecepatan cahaya membawa lebih dekat ke pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta dan batasan-batasan yang dihadapi dalam eksplorasi ruang angkasa. Saat ini, meskipun, belum bisa melaju dengan kecepatan cahaya, kemajuan teknologi terus mendorong batas-batas pemahaman kita tentang ruang dan waktu. (NASA/Z-3)
Astronom temukan lubang hitam supermasif yang semburkan materi dengan kecepatan 0,27 kali kecepatan cahaya akibat terlalu banyak "melahap" gas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved