Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

FKG-FT Unhas Luncurkan E-Magic UH1 Pembersih Aerosol Cegah Korona

Antara
10/6/2020 07:37
FKG-FT Unhas Luncurkan E-Magic UH1 Pembersih Aerosol Cegah Korona
FKG-FT Unhas menciptakan aerosol untuk mencegah penyebaran bakteri dan virus di klinik gigi di tengah pandemi covid-19.(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

FAKULTAS Kedokteran Gigi bersama Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang diberi nama E-MAGIC (Extraoral Mobile Aerosol Guide Channel) versi UH1 untuk mengatasi covid-19. Ketua Tim E-Magic Unhas Muh Ansar, ST MSc PhD di Makassar, Rabu (10/6) menjelaskan FT dan FKG berinisiatif membuat alat yang dapat menyerap buangan aerosol, membunuh bakteri dan virus, kemudian memprosesnya kembali menjadi udara bersih.
  
"Keunggulan alat kami adalah biaya pembuatan relatif sangat murah dibandingkan produk sejenis yang umumnya masih kita impor. Selain itu, kemampuan alat ini setara dengan mesin-mesin sejenis. Alat ini sangat dibutuhkan oleh tenaga medis, terutama dalam bidang kesehatan gigi," kata Ansar dalam acara perkenalan E-magic kepada Rektor Unhas.
  
Ia menjelaskan, pembuatan produk inovasi ini dilandasi oleh kondisi yang dihadapi oleh para tenaga medis, khususnya dalam bidang kesehatan gigi. Pada saat dokter gigi merawat pasien di klinik atau rumah sakit, ancaman yang dihadapi adalah munculnya aerosol dari pasien yang berpotensimengandung bakteri dan virus.
  
Dalam situasi pandemi, ancaman keselamatan tenaga medis ketika merawat pasien gigi menjadi lebih besar. Produksi aerosol yang dihasilkan dari proses merawat dan memperbaiki gigi pasien, berpotensi mengandung virus berbahaya. Apalagi jika pasien adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang merupakan pembawa virus covid-19 yang saat ini menjadi pandemi global.

baca juga: Google Maps Munculkan Fitur Terbaru Menyesuaikan Pandemi
  
Prototipe ini telah diuji coba pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unhas, dan dapat bekerja sempurna. Proses pembuatan prototipe ini membutuhkan waktu singkat. Awalnya, direncanakan selama seminggu. Namun, karena beberapa komponen didatangkan dari luar negeri, sehingga prosesnya menjadi tiga minggu.
  
"Karena ini prototipe, biayanya mencapai hampir Rp20 juta. Namun untuk produksi selanjutnya, kami perkirakan di bawah Rp10 juta. Komponen lokal yang dikandung adalah 60 persen, sementara 40 persen komponen masih harus kita datangkan dari luar," lanjut Ansar.

Prototipe yang diperkenalkan itu merupakan generasi pertama yang akan terus dikembangkan menjadi lebih sempurna. Rencana pengembangan lanjutannya adalah menyempurnakan tampilan, serta  menambahkan teknologi kontrol melalui suara. Sekaligus menunggu izin edar dari lembaga terkait. (OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya