Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PERKEMBANGAN teknologi yang kian pesat melahirkan cashless society, atau masyarakat tanpa uang tunai. Istilah itu lahir dari kondisi berkurangnya penggunaan uang fisik karena tergantikan uang digital atau e-money.
Masyarakat menyambut sistem transaksi non tunai ini dengan euphoria, didukung oleh banyaknya promo yang diberikan oleh penyedia layanan uang digital untuk mendorong penetrasi penggunaan di masyarakat.
Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, transaksi digital tentunya sangat diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang sedang terjadi.
"Namun sebaiknya isi saldo pada dompet digital disesuaikan dengan kebutuhan agar tidak lepas kontrol atas pengelolaan keuangan pribadi karena kunci utamanya bukan pada produk namun bagaimana masyarakat menggunakan dan mengelola uang mereka," katanya dalam keterangan tertulis.
Hampir setiap hari transaksi keuangan sudah mulai berganti menggunakan uang digital baik berbentuk kartu debit maupun kredit hingga aplikasi e-wallet yang dengan mudahnya diakses melalui smartphone, berbagai transaksi seperti pembayaran transportasi umum, membayar tol, membayar parkir, belanja kebutuhan harian dengan kartu kredit maupun debit semakin menguatkan cashless society di masyarakat.
Baca juga : Fintech Pinjaman Kembangkan Usaha Kecil Menengah
Grant Thornton Indonesia merangkum 3 hal penting yang perlu diketahui masyarakat terkait cashless society untuk mendapat pandangan menyeluruh terkait transaksi non-tunai dibandingkan dengan transaksi tunai yang tentunya selalu ada plus-minus diantara keduanya:
Beragam promo menarik versus konsumtif
Promo menjadi strategi paling ampuh untuk menarik minat masyarakat menggunakan uang digital, berbagai penyedia layanan uang digital berlomba memberikan promo seperti potongan harga hingga cashback besar-besaran, tentunya menguntungkan jika kita belanjakan untuk produk yang memang kita perlukan namun tanpa disadari kemudahan ini juga membuat masyarakat kian konsumtif yang pada akhirnya hanya menjadi pembelian impulsif karena tergoda diskon hingga pengeluaran menjadi tak terkendali.
Transaksi lebih cepat versus masalah sinyal
Transaksi dengan nilai besar tentunya akan memakan waktu lebih lama dengan perlunya pihak tenant menghitung uang dahulu, belum lagi menunggu uang kembalian yang kadang tidak tersedia pecahannya di kasir, dengan transaksi cashless
proses tersebut dapat menjadi jauh lebih mudah dan cepat dengan tinggal gesek kartu pada mesin EDC ataupun scan barcode. Namun pernahkah terbayang jika mesin-mesin tersebut atau smartphone Anda mengalami kesulitan signal? Otomatis pembayaran tidak bisa dilakukan jika tidak membawa uang tunai hingga ada resiko transaksi justru menjadi lebih lama atau bahkan terpaksa membatalkan pembelian.
Terhindar dari perampokan versus serangan siber
Kartu maupun aplikasi uang digital didalam ponsel tentunya memiliki pin dan password yang menjadikan keamanan lebih ekstra, disamping itu membawa uang dalam jumlah banyak dalam tas ataupun dompet dapat menarik perhatian yang beresiko mengundang aksi kriminal menjadi salah satu poin menarik bertransaksi cashless, namun perlu dipahami juga secanggih apapun teknologi yang digunakan pada sistem uang digital tetap saja ada celah yang memungkinkan terjadinya serangan cyber termasuk pencurian data dengan resiko tinggi kehilangan uang karena data diretas pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Walaupun cashless society telah menjadi gaya hidup masa kini, lanjut Johanna, tidak ada salahnya tetap menyiapkan uang tunai untuk kebutuhan-kebutuhan transaksi yang belum tersentuh sistem pembayaran digital.
"Sehingga transaksi menjadi lebih mudah dengan dua pilihan pembayaran tersebut.” pungkas Johanna. (RO/OL-7)
Jumlah pengguna e-commerce di Indonesia diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, dengan peningkatan 11,2% secara tahunan.
Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai Rp1.860 triliun pada 2024, yang setara dengan 8,4 persen dari PDB nasional. Sektor ini diproyeksikan tumbuh dengan angka 5%-6% per tahun.
Plt. Direktur Pengembangan Ekosistem Digital, Kementerian Komunikasi dan Digital, Sonny Sudaryanah, membuka seminar dengan keynote remarks.
Kekuatan bisnis yang telah terbentuk selama bertahun-tahun perlu dioptimalkan melalui inovasi dan digitalisasi agar tetap relevan, berdaya saing, dan siap bersaing di pasar global.
Kedaulatan ekonomi digital Indonesia semakin penting di tengah laju digitalisasi dan ketidakpastian global.
Kreator digital di Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk budaya online dan menggerakkan ekonomi kreatif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved