Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
TAFSIR Al-Misbah kali ini membahas Surah As-Saffah ayat 20 yang mengisahkan tentang perbedaan dari orang yang baik dan orang yang zalim pada hari kiamat. Di hari akhir, malaikat diperintahkan Allah SWT untuk menggolongkan manusia pada tempatnya masing-masing.
Pada ayat-ayat sebelumnya telah dibahas tentang sikap orang-orang muslim yang tidak percaya adanya hari kiamat. Mereka heran mengapa kondisi tubuh manusia yang telah menjadi tulang belulang kemudian dapat dibangkitkan.
Ayat 20 menggambarkan bahwa sangat mudah bagi Allah untuk melakukan itu. Dengan hanya sekali teriakan, mereka bangkit dan sadar jika itu memang hari kiamat. Yang dimaksud dengan teriakan adalah tiupan sangkakala.
Di beberapa ayat lain juga dijelaskan, apabila datang hari kemudian, malaikat mendapat tugas meniup sangkakala. Setelah tiupan sangkakala, semua yang hidup akan mati. Mereka lalu berada di satu alam yang berbeda dengan alamnya. Kemudian, ditiupkanlah lagi sangkakala kedua, dan semua yang telah mati hidup kembali.
Begitu mereka bangkit dari kubur, ketika itulah mereka sadar dan berkata, “Wahai kebinasaan kami datanglah, inilah hari pembalasan.”
Lalu Allah SWT menyatakan, “Inilah hari pemisahan yang dulu kamu dustakan.”
Orang-orang muslim karena durhaka dan menyadari kedurhakaannya, kemudian menamai hari itu hari pembalasan, atau jatuhnya siksa. Akan tetapi, Allah SWT pada saat itu tidak menamai hari itu sebagai hari pembalasan, tetapi Dia namai hari jatuhnya putusan.
Mengapa? Karena kalau dinamai hari pembalasan, seakan-akan tidak ada proses, langsung jatuh. Kalau hari jatuhnya putusan, ada proses pengadilan, baru ada putusan, baru ada siksa dan ganjaran. Oleh karena itu, jangan memutuskan suatu perkara, jangan menjatuhkan suatu sanksi, sebelum ada proses yang adil, yang bisa memisahkan mana yang benar dan mana yang salah.
Pada saat itu Allah SWT memerintahkan untuk mengumpulkan orang-orang berlaku aniaya dan zalim dengan pasangan-pasangan mereka. Ada yang berpendapat pasangan suami atau istri, tetapi belum tentu.
Kalau begitu, pasangan-pasangan mereka ialah rekan-rekan yang searah. Mereka yang memiliki tujuan yang sama, yakni sama-sama melakukan kezaliman. Puncak kezaliman ialah mempersekutukan Allah SWT.
Orang musyrik menyembah Allah SWT, tetapi beranggapan bahwa ada sekutu Allah SWT. Di hari itu, sembahan-sembahan mereka selain Allah SWT juga akan dihimpun, barulah mereka ditunjukkan jalan menuju neraka yang berkobar-kobar. Di hari itu, mereka akan bersama-sama disiksa.
Begitulah yang dilakukan terhadap orang yang berbuat kedurhakaan Akan tetapi, masing-masing disiksa sesuai dengan perbuatannya. Yang memimpin, siksaannya lebih berat daripada yang dipimpin. Yang menyesatkan, siksaannya lebih berat daripada yang disesatkan.
Mereka kelak akan sama-sama disiksa dengan jenis dan kadar yang berbeda. Begitulah Allah SWT memperlakukan orang-orang durhaka.
Banyak hal yang bisa dilakukan manusia agar terhindar dari golongan aniaya dan zalim. Banyak jalan menuju surga Allah SWT. Begitu juga jalan ke neraka. Bedanya, neraka tidak memerlukan upaya sungguh-sungguh, sementara ke surga membutuhkannya. Karena jalan ke neraka dibantu setan dan hawa nafsu.
Bergaullah dengan golongan orang yang bisa membawa kita menuju kebaikan, dan jangan pernah berprasangka buruk pada Tuhan karena Tuhan itu adalah kebaikan. (Pro/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved