Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sejarah dan Filosofi Stadion Utama Gelora Bung Karno

Meilani Teniwut
12/7/2024 21:10
Sejarah dan Filosofi Stadion Utama Gelora Bung Karno
Sejumlah warga berolahraga di kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Minggu (9/1/2022).(Antara/Aditya Pradana Putra)

STADION Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Jakarta, dikenal juga sebagai Gelora Bung Karno, lebih dari sekadar fasilitas olahraga. Stadion ini merupakan simbol kemajuan dan identitas bangsa Indonesia. 

Sejak dibangun, stadion ini telah menyaksikan berbagai peristiwa bersejarah dan menjadi ikon kebanggaan nasional. Berikut ulasan mendalam mengenai sejarah dan filosofi di balik Gelora Bung Karno.

Awal pembangunan dan dukungan internasional

Kisah Gelora Bung Karno dimulai setelah Asian Games ke-3 di Tokyo pada 1958, ketika Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Asian Games ke-4 pada 1962. Presiden Soekarno menyambut tugas ini dengan antusiasme tinggi, bertujuan menciptakan stadion yang mencerminkan kemajuan dan kebanggaan negara baru merdeka.

Baca juga : Jenis-Jenis Rumput untuk Lapangan Sepak Bola sesuai Standar FIFA

Sukarno memilih lokasi di Senayan, Jakarta, sebagai tempat pembangunan stadion, mempertimbangkan potensi pengembangan kota di masa depan. Pembangunan dimulai pada 8 Februari 1960. Meski proyek ini ambisius, stadion selesai pada 21 Juli 1962, sebulan sebelum Asian Games dimulai.

Dalam proses pembangunannya, Indonesia menerima dukungan dari Uni Soviet yang memberikan kredit lunak sebesar US$12,5 juta. Dukungan ini sangat membantu mengingat kondisi ekonomi Indonesia pascakemerdekaan.

Filosofi dan desain stadion

Gelora Bung Karno lebih dari sekadar stadion. Desainnya mengandung makna filosofis yang mendalam. Atap stadion yang menggunakan struktur temu gelang merupakan inovasi pada masanya, memberikan perlindungan kepada penonton dari cuaca sambil menambah nilai estetika. Desain ini menunjukkan keunikan Indonesia dan mendapatkan pujian internasional.

Baca juga : Sepatu Sepak Bola Terbaru Ortuseight Punya Bobot Hanya 157 Gram, Ini Fiturnya

Kursi penonton berwarna merah dan putih melambangkan bendera Indonesia, menegaskan semangat kebanggaan nasional. Desain stadion bertujuan menciptakan ruang yang tidak hanya nyaman tetapi juga memupuk semangat kebangsaan dan karakter masyarakat.

Kapasitas dan renovasi

Stadion ini awalnya memiliki kapasitas 110.000 penonton, tetapi kapasitasnya berkurang menjadi 88.083 setelah renovasi untuk Piala Asia 2007. Renovasi lebih lanjut untuk Asian Games 2018 mengurangi kapasitas menjadi 77.193 penonton. 

Selama renovasi ini, semua bangku panjang kayu diganti dengan kursi tunggal dan sistem pencahayaan ditingkatkan dari 1200 lux menjadi 3500 lux. Panel surya juga dipasang di atap stadion untuk meningkatkan berkelanjutan.

Signifikansi dan legacy

Gelora Bung Karno tetap menjadi salah satu aset terpenting Indonesia, baik sebagai markas Timnas Indonesia maupun simbol kemajuan bangsa. Stadion ini bukan hanya tempat pertandingan olahraga, tetapi juga pusat berbagai acara penting yang mencerminkan semangat dan identitas nasional. 

Dengan desain yang mengesankan dan fungsi yang multifungsi, Gelora Bung Karno terus berperan sebagai simbol penting dalam sejarah olahraga Indonesia. Ini menunjukkan semangat, identitas, dan kebanggaan bangsa. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya