Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Perginya Pahlawan Sepak Bola Brasil

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
31/12/2022 07:25
Perginya Pahlawan Sepak Bola Brasil
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

TIDAK ada pemain sepak bola yang ditetapkan negaranya sebagai 'harta berharga nasional'. Hanya Pele yang dinyatakan sebagai 'harta nasional'. Konsekuensinya, Pele dilarang bermain di luar Brasil dan sepanjang kariernya harus mengabdi kepada negara.

Presiden Brasil Janio Quadros yang menetapkan keputusan itu pada 1961. Bahkan untuk memperkuat kebijakannya, dikeluarkan undang-undang khusus untuk Pele. Ia sepenuhnya menjadi 'anak negara'.

Keputusan luar biasa itu diambil karena Pele-lah yang menjadikan Brasil sebagai negara sepak bola dunia. Meski memiliki bakat sepak bola yang begitu luar biasa, Brasil sempat tidak pernah menjadi juara dunia. Bahkan ketika Piala Dunia diselenggarakan di Brasil pada 1950, tim ‘Samba’ kalah di laga puncak dari negara tetangganya, Uruguay.

Seluruh Brasil berduka ketika mereka gagal di rumah sendiri. Semua orang meratapi malapetaka di Stadion Maracana ketika itu. Termasuk ayah Pele, Joao Ramos do Nascimento atau biasa dipanggil Dondinho, yang merupakan pemain klub Bauru di Sao Paulo.

Pele yang bernama lengkap Edson Arantes do Nascimento baru berusia 10 tahun saat tim ‘Samba’ gagal mengangkat Piala Jules Rimet di Piala Dunia 1950 itu. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya sampai menangis sesenggukan seperti itu. Namun, di dalam hatinya Pele berjanji untuk membahagiakan sang ayah.

Kendati hanya bermain dengan telanjang kaki, Pele dikenal memiliki bakat sepak bola yang luar biasa. Ia mampu membuat penonton berdecak kagum ketika tampil dalam pertandingan anak-anak antarkampung.

Dondinho, yang awalnya tidak terlalu memperhatikan kelebihan Pele, kemudian memoles keterampilan sepak bola putranya itu. Bahkan sering Pele diminta menendang bukan bola, melainkan buah mangga yang ada di pohon.

Dari ayahnya, Pele belajar mengenai filosofi samba. Bahwa bermain sepak bola adalah sebuah kegembiraan sehingga harus dimainkan dengan penuh keriangan. Melakukan akrobat juga bukan sesuatu yang ditabukan.

Itulah yang menjadikan sepak bola di dalam diri Pele sebagai sebuah keindahan. Nama Pele pun menjadi identik dengan sepak bola indah, jogo bonito.

 

Sempat dikecam 

Ketika pertama kali dibawa untuk bergabung dengan Santos, Pele sempat ditegur karena akrobat bola yang ia mainkan. Cara seperti itu dinilai tidak efisien dan membuang-buang peluang. Bahkan Pele sempat nyaris frustrasi dan berniat meninggalkan Santos.

Namun, pelatih kepala Santos Lula tertarik kepada gaya permainan Pele. Bahkan, kemudian iamemasukkan Pele sebagai pemain utama saat berusia 15 tahun. Debutnya pada 7 September 1956 melawan Corinthians membawa Pele mencetak gol perdana dan setelah itu ia mencetak lebih dari 1.000 gol sepanjang kariernya. Sebuah prestasi yang spektakuler hingga saat ini.

Sepak bola indah yang dipertontonkan Pele dan prestasinya sebagai pencetak gol pada musim berikutnya membuat pelatih Brasil Vicente Feola pun terpesona. Ia pun memasukkan nama Pele ke dalam tim nasional dan dibawa ke Swedia untuk memperkuat 'tim Samba' pada Piala Dunia 1958.

Anak muda yang kurus dan kecil sempat ditertawakan penonton di Swedia karena dianggap tidak meyakinkan. Pele baru dimainkan pada pertandingan ketiga babak penyisihan saat Brasil bertemu Uni Soviet. Dalam penampilan perdana pada Piala Dunia, Pele memang tidak mencetak gol, tetapi ia memberikan dua assists kepada bintang Brasil, Vava. Ketika Pele mencetak gol kemenangan Brasil para perempat final atas Wales, tetap saja ia dianggap sebagai pemain biasa saja.

Baru pada semifinal saat bertemu Prancis, mata dunia terbelalak melihat kehebatan Pele. Ia mencetak hattrick ke gawang Prancis untuk menjadikannya pemain termuda yang bisa melakukan itu pada Piala Dunia.

Pele pun mulai menjadi pujaan penonton saat final menyumbangkan dua gol indah bagi Brasil. Gol pertamanya dicetak dengan mencungkil bola untuk melewati kepala pemain belakang tuan rumah dan sebelum bola jatuh ke tanah, ia melepaskan tendangan voli ke pojok gawang kiper Karl Oskar Svensson.

Gelandang Swedia Sigvard Parling dengan jujur mengatakan, “Ketika Pele mencetak gol kelima bagi Brasil pada pertandingan final 29 Juni 1958 itu, saya harus jujur mengatakan saya pun kagum kepadanya.”

Brasil larut dalam pesta kemenangan yang luar biasa setelah  memastikan pertama kali mengangkat Piala Jules Rimet. Dondinho pun kembali menangis, tetapi air mata yang keluar kali ini ialah air mata bahagia. Apalagi salah satu yang ikut menentukan keberhasilan Brasil ialah putra kesayangannya, Pele. Sejarah pun kemudian menorehkan bahwa Pele merupakan pemain termuda yang bisa ikut mengangkat Piala Dunia,yakni saat ia berusia 17 tahun 429 hari.

 

Menjadi inspirasi

Pele pun menjadi inspirasi bagi banyak anak muda Brasil bahwa tidak ada yang tak mungkin untuk bisa diraih. Meski hidup di tengah kemiskinan, Pele mampu menjadi sosok yang sukses dalam hidupnya dan membahagiakan orangtua serta keluarganya.

Ketika pertama kali mendapat uang sebagai pemain profesional di Santos, hal yang pertama dilakukan Pele ialah membelikan ibunya, Celeste Arantes, peralatan listrik. Ia kirim mesin jahit, mesin cuci, dan kulkas untuk membahagiakan ibunya yang harus menjadi pembantu rumah tangga untuk menghidupi keluarganya.

Setelah sukses menghipnosis pencinta sepak bola Eropa pada Piala Dunia 1958, klub-klub besar, seperti Real Madrid, Juventus, Manchester United, dan Inter Milan, mencoba memboyong Pele ke Eropa. Namun, kontrak dengan Inter Milan yang sudah sempat ditandatangani terpaksa  dibatalkan karena terjadi penolakan yang luar biasa dari pendukung Santos. Atas berbagai penolakan terhadap pelepasan Pele bermain di luar negeri, Presiden Quandros membuat undang-undang yang melarang bintang muda sepak bola itumeninggalkan Brasil.

Kehebatan Pele tidak pudar karena tidak bermain di Liga Eropa. Ia tetap sukses membawa Santos sebagai klub terbaik di Brasil dan Amerika Latin. Bahkan, Pele menjadi satu-satu pemain yang tiga kali mampu ikut mengangkat Piala Dunia, sebuah prestasi yang tidak bisa diraih bintang besar seperti Diego Maradona ataupun Lionel Messi sekalipun.

Itulah yang membuat Pele selalu menjadi ikon sepak bola. Perhatiannya kepada perkembangan sepak bola tidak pernah surut. Di tengah kanker kolon yang dideritanya beberapa tahun terakhir ini, Pele masih memberikan dukungan kepada 'tim Samba' yang tampil pada Piala Dunia 2022 Qatar. Ia berjanji untuk bisa bertahan dan ingin melihat Neymar bersama kawan-kawan mengangkat piala.

Doa dari para pemain Brasil bagi kesembuhan Pele pun selalu dipanjatkan. Para pemain Brasil membentangkan spanduk bertuliskan nama Pele dan foto Pele pada Piala Dunia 1970 setelah mengalahkan Korea Selatan di 16 besar.

Namun, harapan tim asuhan Tite untuk mempersembahkan Piala Dunia bagi Pele gagal diraih. 'Tim Samba' harus tersingkir di perempat final setelah kalah dalam adu penalti melawan Kroasia. Dua puluh hari setelah kekalahan menyesakkan Brasil itu, Pele pun berpulang ke haribaan-Nya. 

Pele boleh pergi untuk selamanya, tetapi sepak bola indah yang ia tampilkan akan selalu dikenang sepanjang masa. “Saya dilahirkan untuk bermain sepak bola, sama seperti Beethoven yang dilahirkan untuk bermain musik dan Michelangelo yang dilahirkan untuk melukis,” itulah salah satu ucapan Pele yang tidak pernah terlupakan. 

 

Selamat jalan Pele! Beristirahatlah dengan damai di rumah yang abadi!



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya