Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Tumpuan Kesatria Taeguk

DHIKA KUSUMA WINATA
18/11/2022 05:45
Tumpuan Kesatria Taeguk
Timnas Korea Selatan(AFP/JUNG YEON-JE)

PERSIAPAN Korea Selatan (Korsel) menuju Piala Dunia 2022 diwarnai situasi harap-harap cemas. Tiga minggu jelang laga perdana, kapten mereka, Son Heung-min, mengalami cedera yang didapat ketika laga Tottenham Hotspur melawan Marseille di Liga Champions.

Son masuk ke skuad ‘Kesatria Taeguk’, julukan Korsel, yang sudah diumumkan resmi pelatih Paulo Bento dalam kondisi belum pulih. Atlet berusia 30 tahun itu mengalami cedera wajah yang serius sampai-sampai harus dioperasi karena patah tulang di sekitar matanya.

Akibatnya, Son kini berkejaran dengan waktu agar bisa bugar pada laga perdana melawan Uruguay pada 24 November. Korsel juga bakal melawan Ghana dan Portugal di Grup H.

"Kami harus menunggu, kami perlu menganalisis situasinya hari demi hari," kata Bento ketika mengumumkan skuad, akhir pekan lalu. "Kami punya waktu untuk memutuskan. Yang terpenting dia pulih sebaik mungkin, dia merasa nyaman dan kemudian kami akan mengambil keputusan akhir," imbuh pelatih asal Portugal itu.

Selain menjadi kapten, Son merupakan sosok kunci yang amat berpengaruh sebagai ikon sepak bola Korsel, bahkan Asia. Peraih golden boot Liga Inggris musim lalu itu selama membela timnas sudah menorehkan 35 gol dalam 106 penampilannya, termasuk 9 gol dalam 14 pertandingan terakhir.

Son pun mengumbar optimisme bisa segera pulih. Dia amat ingin tampil lagi membela negaranya di Piala Dunia yang menjadi impian setiap pesepak bola.

"Bermain untuk negara Anda di Piala Dunia adalah impian dari begitu banyak anak-anak, sama seperti impian masa kecil saya. Saya tidak akan melewatkan ini, saya tidak sabar untuk mewakili negara saya," ungkapnya melalui unggahan di media sosial.

Di bawah kepelatihan Bento, Son diposisikan sebagai penyerang tunggal. Namun, sejak striker lain, seperti Hwang Ui-jo dan Cho Gue-sung muncul di timnas, Son makin leluasa memainkan perannya seperti di Spurs dan mampu memberikan pengaruh yang lebih besar. Kecepatan dan ketajaman penyelesaian akhir Son bakal sangat dinantikan kontribusinya.

Di Qatar nanti, Korsel akan banyak mengandalkan kekuatan pemain top mereka di lini depan melalui serangan balik yang mematikan. Selain Son, nama-nama seperti Hwang Hee-chan, Hwang Ui-jo, dan Lee Jae-sung yang kuat pada sisi kecepatan.

Nama lain yang berpotensi menyimpan ancaman ialah Jeong Woo-yeong. Pemain berusia 23 tahun itu bergabung dengan tim muda Bayern Muenchen saat masih remaja dan pada musim 2018-2019 dia sempat melakukan debut di tim utama. Jeong lalu pindah ke Freiburg sejak musim 2019-2020 hingga sekarang untuk mencari waktu bermain yang lebih banyak.

Meski musim ini di Freiburg bukan sebagai starter, ia tetap konsisten memberikan kontribusi ketika tampil dari bangku cadangan. Jeong biasanya diposisikan sebagai gelandang serang atau striker bayangan dan menjadi senjata yang sangat efektif masuk dari bangku cadangan ketika lawan sudah kelelahan.

Piala Dunia yang akan dimulai akhir pekan ini akan menjadi penampilan ke-11 sekaligus yang ke-10 berturut-turut bagi Korsel. Rekam jejak mereka sampai sekarang terus di bawah bayang-bayang lolos ke semifinal pada 2002 ketika menjadi tuan rumah bersama Jepang. Sebelumnya, mereka belum pernah melewati babak penyisihan grup.

Setelah 2002 pula, Korsel gagal mencapai tangga yang lebih tinggi meskipun sempat lolos ke babak 16 besar di Afrika Selatan pada 2010. Di edisi Rusia empat tahun lalu, Korsel yang dilatih Shin juga tak lolos dari fase grup, tetapi mencatatkan sejarah fenomenal membuat sang juara bertahan Jerman tersisih.

 

Pasang surut

Timnas Korsel mengalami masa yang bergejolak kurun waktu 2010-2018 dengan enam pelatih silih berganti. Sejak itu, mereka cukup stabil dengan satu pelatih dalam empat tahun, yakni Paulo Bento. Menangani Son dan kawan-kawan sejak 2018, Bento menjadi orang terlama yang bertengger di kursi pelatih.

Awal melatih, taktik dan filosofi yang diterapkan Bento sempat dikritik keras lantaran Korsel tersingkir dari Piala Asia 2019 dengan kekalahan 0-1 dari Qatar di perempat final.

Bento dikritik karena dinilai hanya memilih pemain yang dia favoritkan sehingga skuad tidak memiliki kedalaman untuk rotasi. Kekalahan telak 3-0 dari rival Jepang pada pertandingan persahabatan tahun lalu juga turut membuat Bento dihujani ketidakpuasan.

Namun, begitu kualifikasi zona Asia untuk menuju ke Qatar dimulai, optimisme mulai meningkat. Mereka bahkan sukses menaklukkan Iran untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir. Skuad asuhan Bento akhirnya mengamankan tiket ke Qatar berkat finis kedua di Grup A.

"Setelah empat tahun di bawah satu pelatih, para pemain kini saling memahami dengan sangat baik. Kami sangat terorganisasi sebagai satu kesatuan serta ada rasa kebersamaan dan persahabatan di dalam skuad," kata gelandang Korsel yang bermain untuk Olympiakos, Hwang In-beom.

"Jika kami tampil baik, fan akan menaruh kepercayaan mereka pada pelatih kami dan itu mengarah ke tim nasional yang jauh lebih baik," tandasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya