Perjuangan itu sudah Dimulai 16 Tahun Lalu

Eko Rahmawanto
23/6/2016 07:15
Perjuangan itu sudah Dimulai 16 Tahun Lalu
(AFP / PATRIK STOLLARZ)

SENYUM Jerman saat ini ialah tangisan Nationalmannschaft 16 tahun lalu tahun.

Bangganya Joachim Loew hari-hari ini ialah kesedihan Erich Ribbeck 16 tahun lalu.

Kebangkitan sepak bola Jerman sekarang ini buah dari kerja keras setelah terpuruk 16 tahun lalu.

Saat itu tak bisa dimungkiri Ribbeck ialah pelatih terburuk sepanjang sejarah timnas Jerman.

Datang ke Belgia-Belanda (Euro 2000) dengan status juara bertahan, tim 'Panzer' justru terpuruk dan terhenti di penyisihan grup Euro 2000.

Makin tragis karena Jerman tak pernah menang sekali pun.

Inilah prestasi terburuk Jerman sejak Euro 1984 ketika itu masih dengan nama Jerman Barat.

Ribbeck pun menjadi bulan-bulanan oleh pers setempat.

Namun, mereka tak menangisi prestasi kelam itu dengan berlarut-larut.

Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) pun menyadari itu. DFB sadar telah mengabaikan regenerasi bakat-bakat muda.

Saat Euro 2000, Jerman masih mengandalkan pemain-pemain tua seperti Lothar Matthaeus, 39, Thomas Haesller, 34, Ulf Kirsten, 34, dan Oliver Bierhoff, 32.

Hasilnya jelas mengecewakan.

Masa keemasan mereka sudah berhenti di Euro 1996 saat mengalahkan Republik Ceko 2-1 di Stadion Wembley, Inggris.

Kerja keras DFB dimulai saat mereka menunjuk Ulf Schott sebagai direktur pengembangan bakat.

DFB kemudian mengguyur dana sekitar 20 juta euro untuk pembinaan usia dini, uang yang sangat besar untuk 2000.

Sistem dibangun. Struktur pelatih dibenahi.

Semuanya didasarkan pada dua pilar utama, yakni pusat pembinaan di daerah yang disebut Stutzpunkte dan pusat pelatihan elite yang dikelola 36 klub Bundesliga serta Bundesliga 2 yang dikenal dengan sebutan Leistungszentrum.

Hasilnya memang bisa terlihat. Sebanyak 366 Stutzpunkte berupa akademi sepak bola telah berdiri di seluruh negeri.

Mereka didukung 1.000 pelatih besertifikat yang gajinya dibayar DFB untuk melatih sekitar 14 ribu anak usia 11-14 tahun.

Mereka ialah pesepak bola terbaik yang dipilih dari klub-klub lokal untuk menjalani latihan di Stutzpunkte sekali seminggu dengan program yang sudah distandardisasi secara nasional.

Lalu apa hasilnya setelah itu? Jumlah pemain muda berusia di bawah 21 tahun yang tampil di Bundesliga meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.

Klub top Jerman, Bayern Muenchen, misalnya, memiliki empat bintang yang lulusan akademi, yakni Philipp Lahm, Bastian Schweinsteiger, Thomas Mueller, dan Holger Badstuber. Hanya Lahm yang kini sudah pensiun.

Tiga pemain sisa itu masih bertahan di skuat Jerman di Euro 2016.

Prestasi Jerman juga membaik. Pada 2008 Jerman juara Euro U-19.

Pada tahun yang sama Philipp Lahm dkk juga runner-up Euro 2008.

Tahun berikutnya, Jerman U-17 dan U-21 memboyong gelar juara.

Pengaruhnya merembet ke timnas senior yang tampil mengesankan di Afrika Selatan 2010 di posisi ketiga.

Puncaknya ketika mereka menjadi juara di Piala Dunia 2014 setelah di final mengalahkan Argentina 1-0 lewat gol tunggal Mario Goetze.

Kini Loew tengah memetik buahnya.

Beberapa pemain kini jadi pilar Jerman lewat program Stutzpunkte.

Mereka ialah Mezut Oezil, Sami Khedira, Mats Hummels, Goetze, Badstuber, Mueller, Toni Kroos, Benedikt Howedes, Andre Schuerlle, Jerome Boateng, Marco Reus, dan Schweinsteiger.

Bersama pemain-pemain itu kini Jerman diharapkan bisa mengulang kesuksesan di Brasil (Piala Dunia 2014) untuk menjadi yang terbaik di Prancis kali ini. (R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya