Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PADA 2012 ketika menetapkan tuan rumah Piala Eropa 2020, Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) Michel Platini hanya memikirkan kemeriahannya. Daripada hanya menunjuk Turki —yang satusatunya mencalonkan diri sebagai tuan rumah—, Platini memilih menyebar pelaksanaan putaran final di 13 kota Eropa.
Apalagi permintaan Platini agar Turki memilih salah satu sebagai tuan rumah Piala Eropa atau Olimpiade tidak diikuti Presiden Abdullah Gul. Turki berambisi menyelenggarakan kedua event olahraga itu pada tahun yang bersamaan, sehingga mencalonkan diri untuk menjadi tuan rumah di kedua event besar itu.
Platini berpandangan mustahil dua event dilakukan secara berdekatan di sebuah negara. Pasti kualitas penyelenggaraan akan terganggu karena semua fasilitas harus disiapkan pada waktu yang bersamaan.
Empat tahun kemudian setelah memutuskan penyelenggaraan Piala Eropa 2020 di seluruh Benua Eropa, Platini mundur sebagai Presiden UEFA karena kasus korupsi.
Mantan kapten kesebelasan Prancis itu dituduh menerima aliran dana dari Presiden FIFA Joseph Blatter dan dihukum empat tahun tidak boleh terlibat dalam kegiatan sepak bola.
Kepemimpinan di UEFA pun kemudian berpindah dari Platini ke Aleksander Cerefin. Pengacara asal Slovenia itu kini harus memikul tanggung jawab menyelenggarakan pesta sepak bola Eropa yang benar-benar sebuah festival raksasa.
Bayangkan penyelenggaraan harus dilakukan di 11 kota, setelah dua kota, Bilbao dan Dublin, mengundurkan diri sebagai tuan rumah. Sebelas kota itu terbentang dari Glasgow, Skotlandia, di sebelah barat kawasan Eropa hingga Baku, Azerbaijan, di sebelah timur Eropa.
Baku yang berada di Laut Kaspia bahkan sudah lebih dekat ke Asia daripada Eropa. Negara itu sudah berbatasan dengan Iran dan Irak di Persia.
Bayangkan 32 tim harus bermain di kota yang berjauhan. Pengawas pertandingan harus bekerja di tempat yang juga begitu berjauhan. Begitu pun penonton harus berpindah tempat ke negara-negara yang sistem imigrasinya berbeda-beda.
Kerumitan ditambah lagi dengan pandemi covid-19 yang melanda dunia. Meski kejuaraan sudah diundur satu tahun, persoalan tidak kunjung menurun, malah justru semakin meningkat.
Setiap pemain mau tidak mau harus menjalani pemeriksaan setiap waktu. Ketika ada satu pemain kedapatan positif, seluruh tim harus menjalani pemeriksaan lebih ketat dan bahkan bukan tidak mungkin mereka harus diisolasi.
Karantina bagi pemain mustahil dilakukan sesuai aturan karena pertandingan harus dimainkan dalam waktu yang berdekatan. Tim juara harus bermain tujuh kali dalam satu bulan atau hampir dua kali dalam seminggu.
"Cukup sekali saja kejuaraan seperti ini diselenggarakan," kata Ceferin menyerah. "Kerumitan yang harus dihadapi lebih parah dari yang diperkirakan."
Presiden UEFA berharap tidak ada kasus covid-19 yang mengganggu jalannya kejuaraan. Tidak terbayangkan kalau muncul kasus baik itu menimpa pemain maupun pendukung sepak bola yang berjalan dari satu negara ke negara lain.
Ceferin sedang berjuang juga agar kerumitan penyelenggaraan festival sepak bola Eropa ini akhirnya bisa dibayar ‘impas’. Bukan hanya tidak sampai ada kasus covid-19 yang muncul, tetapi memberikan kemeriahan terutama pada pertandingan puncak.
"Saya sedang berupaya bisa berkomunikasi dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, bila memungkinkan pertandingan final di Stadion Wembley, 11 Juli nanti bisa dipenuhi penonton. Jadi, tidak ada pembatasan jumlah penonton di Wembley nanti," harap Ceferin.
The show must go on
Sekarang memang tidak ada lagi kata mundur. Apa pun yang terjadi the show must go on. Dini hari tadi kejuaraan sudah mulai bergulir, Italia menjamu Turki di Stadion Olimpiade Roma.
Juara Dunia 2018 Prancis pantas untuk dijagokan sebagai juara, setelah lima tahun lalu gagal mengangkat piala di kandang sendiri. Bukan hanya konsistensi untuk tampil di dua final turnamen besar yang pantas membuat Les Bleus dijagokan, melainkan juga pemainnya cukup lama bersama di dalam satu tim.
Trio Kylian Mbappe, Karim Benzema, Antoine Griezmann pantas membuat pelatih Didier Deschamps yakin dengan kemampuan tim asuhannya. Apalagi di lapangan tengah mereka mempunyai gelandang bertahan terbaik N’Golo Kante dan pemain-pemain terbaik, seperti Paul Pogba, Corentin Tolisso, Ousmane Dembele, Blaisse Matuidi.
Di belakang, dua bek sayap Bayern Muenchen, Benjamin Pavard dan Lucas Hernandes, menjadi jaminan pertahanan yang kukuh. Sementara itu, di jantung pertahanan duet Raphael Varane dan Presnel Kimpembe merupakan palang pintu andalan bagi kapten kesebelasan Hugo Lloris.
Pertandingan pertama mereka Selasa malam atau Rabu dini hari melawan Jerman menjadi ujian terpenting untuk memastikan apakah Prancis bisa kembali mengawinkan Piala Dunia dan Piala Eropa atau tidak. Jerman sendiri sedang berupaya untuk membangun kembali tim dengan lebih banyak memasukkan pemain muda.
Jerman untuk pertama kalinya harus tampil tanpa striker murni. Pemain kawakan Thomas Mueller terpaksa dipanggil kembali untuk mengisi posisi ujung tombak karena pelatih Joachim Loew belum puas dengan penampilan Timo Werner atau Kai Havertz yang diandalkan sebagai mesin gol.
Namun, ancaman Prancis di Grup F tidak hanya Jerman. Juara bertahan Portugal pantas untuk juga diperhatikan. Lima tahun lalu, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan yang membuyarkan mimpi indah Les Bleus merebut gelar juara Eropa yang ketiga kalinya.
Portugal bisa kembali menjadi kuda hitam karena mereka memiliki banyak pemain berbakat. Di sana ada Bruno Fernandes, Bernando Silva, Ruben Dias, dan pemain muda asal Atletico Madrid, Joao Felix.
Perjalanan menuju tangga juara akan sangat terjal karena kali ini akan kembali hadir Italia yang absen di Piala Dunia 2018. Bersama Belanda, tim muda Italia akan bisa membuat kejutan besar.
Tentu tidak bisa dilupakan tuan rumah pertandingan final, Inggris. Kapten kesebelasan Three Lions, Harry Kane, merasa yakin kali ini bersama rekan-rekannya akan bisa mengembalikan sepak bola ke daratan Inggris.
"Saya merasa kali ini mempunyai tim yang lebih berpengalaman, pemain-pemain yang teruji di pertandingan besar di klubnya, dan kami sudah tampil bersama sejak Piala Dunia 2018," kata Kane optimistis.
Kini, mari kita nikmati pesta sepak bola Eropa!
Kedua tim kalah dalam pertandingan pembuka secara dramatis. Ceko kebobolan di waktu tambahan saat kalah 1-2 dari Portugal sedangkan Georgia takluk di tangan Turki dengan skor 1-3
Inggris diharuskan memainkan dua pertandingan tingkat Eropa tanpa penonton serta dibebani denda senilai 100 ribu euro (Rp1,6 miliar).
Mbappe berharap mendapatkan dukungan yang lebih banyak dari rekan setimnya setelah kegagalannya dalam adu penalti melawan Swiss.
Di daftar pencetak gol terbanyak Bundesliga, Schick hanya kalah dari penyerang Borussia Dortmund Erling Braut Halland dan striker Bayern Robert Lewandowski.
Spanyol kalah dalam laga semifinal Piala Eropa 2020, Juli lalu, disingkirkan Italia lewat adu penalti. Italia kemudian melaju ke abbak final dan sukses menjadi juara.
Pengumuman itu muncul setelah UEFA dan CONMEBOL menentang keras rencana FIFA menggelar Piala Dunia dua tahun sekali.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved