Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
TERSEOK-SEOK di penyisihan grup, Peru menunjukkan diri tidak pantas diremehkan di Copa America 2019. Lolos dari penyisihan Grup A dengan status peringkat ketiga, La Rojiblanca (‘si Putih Merah’), julukan timnas Peru, justru mampu melangkah ke partai final.
Di semifinal kemarin, Peru secara mengejutkan menyingkirkan juara bertahan Cile. Dalam laga di Arena do Gremio, Porto Alegre, Peru menang telak dengan skor 3-0 melalui gol Edison Flores (21’), Yoshimar Yotun (38’), dan Jose Paolo Guerrero (90’).
Kemenangan itu menjadi penuntasan dendam atas kekalahan di semifinal Copa America 2015. Saat itu, Peru gagal ke final setelah ditundukkan Cile, yang akhirnya menjadi juara, dengan skor 1-2.
“Melawan Cile tak ubahnya seperti sebuah derbi. Ini laga yang sulit. Namun, kami melakukan persiapan yang baik dan mampu memenangi laga,” ungkap Jose Paolo Guerrero.
Pelatih Peru Ricardo Gareca mengaku puas dengan penampilan timnya setelah tampil buruk di penyisihan Grup A. Gareca bahkan dituntut mundur setelah tim asuhannya dibantai Brasil 5-0 di laga terakhir penyisihan Grup A.
“Kami melalui masa-masa berat di Copa America kali ini. Kini kami menunjukkan diri pantas ke final. Kami mampu mengatasi segala tekanan dan gelombang kritik setelah kami dibantai Brasil di penyisihan grup,” ungkap Gareca.
Kini, Gareca dan pasukannya memiliki kesempatan membalaskan dendam atas kekalahan telak dari Brasil. Dalam final, Peru akan menghadapi tuan rumah Brasil yang menyingkirkan Argentina di semifinal.
“Kami lolos ke final dan harus tetap menjaga konsentrasi. Kini kami harus bekerja keras dan memikirkan laga melawan Brasil,” tambah Guerrero.
Peru, juara Copa America 1939 dan 1975, telah menghadapi Brasil. Dari statistik pertemuan, Peru memang tidak menjadi unggulan setelah hanya menang empat kali dan kalah 32 kali dari Brasil dalam 45 pertemuan.
“Jika Brasil menilai mereka ialah favorit, itu hak mereka. Namun, di lapangan hijau kami tidak memikirkan itu. Seperti biasa, kami akan masuk ke lapangan untuk menghadapi mereka dengan kerendahan hati,” tegas Guerrero.
Fokus hadapi Argentina
Di kubu Cile, juara dua edisi terakhir Copa America pada 2015 dan 2016, kegagalan lolos ke final memupus impian mencetak hattrick. Cile kini hanya berpeluang menjaga kehormatan dengan memenangi laga perebutan tempat ketiga melawan Argentina.
Pelatih Reinaldo Rueda mengaku kecewa dengan penampilan Alexis Sanchez dan kolega saat menghadapi Peru. Penampilan mengesankan Cile saat menyingkirkan Kolombia di perempat final hilang tak berbekas.
Rueda mengaku tidak tahu penyebab timnya tampil buruk. Menurutnya, pemain Cile tidak mampu memperlihatkan sikap dan agresivitas seperti di laga-laga sebelumnya. “Secara mental kami ingin tampil tidak dengan beban. Namun, Peru mengejutkan kami. Kiper Peru (Pedro Gallese) tampil luar biasa,” ungkap Rueda.
Walau gagal mempertahankan trofi juara, kapten Cile Gary Medel menegaskan Cile harus tetap bangga dengan dua gelar beruntun di Copa America. Merebut predikat peringkat ketiga kini menjadi tujuan utama.
“Tidak mudah memenangi Copa America. Kini kami harus berjuang merebut posisi ketiga dan memberikan semua yang kami miliki menghadapi Argentina,” tegas Medel. (AFP/R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved