Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
MENONTON pertandingan langsung di stadion-stadion yang tersebar di sebelas kota tuan rumah Piala Dunia di Rusia memang menjadi tujuan utama bagi para penggemar sepak bola yang datang dari seluruh penjuru dunia. Di samping itu, kesempatan mengunjungi berbagai objek wisata di negeri beruang putih juga tak boleh dilewatkan.
Di Lapangan Merah misalnya, setiap hari landmark ibu kota Rusia itu tak pernah sepi dari para penggemar sepak bola walau sejatinya tanpa Piala Dunia pun objek wisata yang terletak di ring 1 pemerintahan Rusia ini juga selalu dipadati wisatawan mancanegara dan lokal. Bedanya, kini didominasi pengunjung yang mengenakan berbagai atribut negara-negara peserta. Semua berbaur mengabadikan foto dan video bersama para pendukung tim nasional lintas negara.
Sebagai kawasan destinasi wajib dikunjungi bagi para wisatawan ini terdapat bangunan Kremlin yang di dalamnya terdapat Istana Kepresidenan Rusia, Katedral Saint Basil, pusat perbelanjaan tertua di Rusia, GUM, dan Museum Sejarah Rusia.
Seorang pria dengan bendera Senegal menghampiri saya yang sedang merekam keriuhan suasana Lapangan Merah, Kamis (21/6) lalu. Dengan bahasa Inggris terbata-bata, ia mengajak saya berbincang dan meminta saya membatunya mengambilkan gambar sambil menyodorkan ponsel pintarnya. Belum sempat menekan tombol kamera, melintas dua wanita yang juga berasal dari Senegal dan meminta izin bergabung untuk berfoto berlatarkan bangunan Saint Basil yang memiliki warna mencolok.
Setelah melanjutkan perbincangan, pria bernama Mame Galo itu mengaku akan mengawal ke mana pun tim nasionalnya berlaga. Setelah menyaksikan kemenangan Senegal atas Polandia di Stadion Spartak Moskow, ia akan bergerak ke Ekaterinburg, tempat Senegal akan berhadapan dengan Jepang pada Minggu (24/6) dan akan tetap tinggal jika Senegal lolos.
Di sela perbincangan kami, Mame menceritakan bahwa ia menamatkan pendidikan sarjananya di Kota Moskow 27 tahun silam. Perbincangan kami pun akhirnya diselingi bahasa Rusia. Mengunjungi Lapangan Merah bagaikan mengumpulkan serpihan kenangan masa lalu. Lulusan Moscow Institute of Geodesic ini dulu sering berkunjung ke Lapangan Merah bersama teman-teman kuliahnya di akhir pekan atau libur.
"Ini merupakan kunjungan pertama saya setelah 27 tahun meninggalkan Moskow. Senang rasanya bisa kembali mengenang masa-masa saat berkuliah dulu. Saya sering mengunjungi tempat ini bersama teman-teman kuliah dari berbagai negara." Meski lama telah angkat kaki dari kampusnya, Mame masih mengingat jelas lokasi kampusnya yang terletak berdekatan dengan Stasiun Kereta Kursky. (R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved