Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Puisi-puisi Bambang Widiatmoko

Sajak Kofe
05/11/2023 06:00
Puisi-puisi Bambang Widiatmoko
(Ilustrasi: Widayat (1919-2002))

Ilustrasi: Widayat

Zikir Pohon Emas

Di tepian danau Kenanga Universitas Indonesia
tak ada yang lebih indah melihat sekumpulan mahasiswa
terlihat sedang hangat berdiskusi
di tanganlah terletak sebagian masa depan Indonesia
dan sambil duduk bersandar di batang pohon Baobab
aku melihat mata air tersembunyi dalam sosok mereka
mata air yang bakal mengaliri kehidupan di tanah air
sebab pada sejatinya mereka adalah pohon kehidupan
yang daunnya adalah emas berurat sejuta harapan.

Di tepian danau Kenanga
kerja keras dalam memeroleh ilmu pengetahuan
adalah bau keringat yang akan mengharumkan bangsa
sebab di tangan mereka – para generasi emas
adalah serupa lorong panjang lobang penggalian
untuk menemukan bongkah – bongkas emas bercahaya
lalu cahaya keemasannya akan menyinari tanah air
mereka tentu tak akan berhenti berpikir
dan sejuta harapan terus mengalir seperti zikir.

Depok, 2023


Menuju Bulan

Tak akan lagi ada peribahasa
“Bagai pungguk merindukan bulan”
ketika bulan berubah menjadi harapan
lalu engkau mengangankan
untuk terbang ke bulan.

Seabad setelah proklamasi kemerdekaan
dengan gagah engkau berkata
inilah tanah airku
yang tak mengenal lagi air mata
sebab kesejahteraan telah menghapuskannya.

Indonesia telah menjadi negara yang bermartabat
ketika engkau melaksanakan amanat
amanat yang kami titipkan kepadamu
lebih dari dua dekade yang lalu
dan dengan kecerdasan dan kepribadianmu
telah mengubah tanah air bagaikan bulan
wajah tanah air yang kurindukan.

2023

 

Generasi emas serupa lorong panjang lobang penggalian untuk menemukan bongkah – bongkas emas bercahaya.


Di Dadamu Ada Sumpah Pemuda

Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi sudah engkau kuasai
jalan membentang di hadapan tak lagi panjang
engkau adalah generasi emas
tempat tumpuan segala harapan
yang dapat mengubah negara berkembang
menjadi negara yang diperhitungkan.

Lalu dengan segala keyakinan dan kesantunan
engkau mengubah negeri menjadi negara kaya
dan berkeadilan – tak ada lagi penindasan
aku titipkan bangsa ini kepadamu
sebab generasi memang selalu berganti
namun tetap ingatlah – di dadamu ada Sumpah Pemuda.

2023


Kuatrin Kesadaran

Aku telah meletakkan harapan
bagi masa depan kehidupan
di tangan para generasi emas
sebab mereka pun sadar dan berkemas.

2023


Kuatrin Penantian

Adakah yang dapat kuharapkan
selain penantian seabad setelah kemerdekaan
dan engkau telah menggantikan monumen
dengan Indonesia berwajah baru: Negara Maju.

2023

 

Baca juga: Puisi-puisi Anton Sulistyo
Baca juga: Puisi-puisi Yana Risdiana
Baca juga: Puisi-pusi Deriska Salsabila

 

 

 

 


BAMBANG WIDIATMOKO, penyair dan dosen, lahir di Yogyakarta, 24 Oktober 1959. Kumpulan puisi tunggalnya, yaitu Pertempuran (1980), Anak Panah (1996), Agama Jam (2002), Kota Tanpa Bunga (Bukupop, 2008), Hikayat Kata (Gama Media, 2011), Paradoks (Leksika, 2018), Silsilah yang Gelisah (KKK, 2017), Airmata Sungai (Leksika, 2019), Mubeng Beteng (Interlude, 2020), Kirab (Interlude, 2021), dan Liat Pulaggajat (KKK, 2022). Dalam dunia akademik, dia pernah mengajar di sejumlah perguruan tinggi di Jakarta, antara lain di Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) dan Universitas Mercu Buana (UMB). Bambang merupakan juara Harapan ke-2 Lomba Cipta Puisi Media Indonesia 2023 lewat puisinya berjudul Zikir Pohon Emas. Sehari-hari berdomisili di Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Ilustrasi header: Widayat (1919-2002), Dekora-magis Abstraction, 2001, cat minyak pada kanvas, 105x145 cm. (SK-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah
Berita Lainnya