Ilustrasi Pata Areadi
Nostalgia Saint Petersburg
Pyotr Yang Agung menjeratku akan kisah 300 tahun silam
sang raja bersama Jean-Baptiste Alexandre Le Blond,
bersekutu teguh meramu visi melintasi waktu.
Petersburg serupa kanvas maha besar di tangan pencinta imajinasi
kanal, jalan, dan gedung digariskan mengabdi pada keindahan
memaksa jutaan orang jatuh cinta sebelum bertemu,
hanya maha karya sanggup memanggil manusia bertualang.
Melintasi gugusan awan, akhirnya aku menapaki Petersburg
musim semi menyambut dan mendekap erat
sinar matahari lembut menyapa pagi
tatkala debur air di kanal bernyanyi bersama angin
aku memeluk erat maha karya Pyotr Yang Agung
Petersburg bagai seni sejati tak tersisih oleh alih generasi,
monumen dunia tak susut dihantam waktu.
Petersburg, kujelajahi bersama belahan jiwa,
teman hidup tiga dasawarsa,
dalam pesona; kurayakan dua jadi satu,
kugenggam dia melintas kanal dan jalan
kucium dia di bawah pesona arsitektur kota
Petersburg membakar ulang aroma cinta,
menabuh kembali lagu rindu dulu kala.
Petersburg, aku kan kembali
bersama belahan jiwa tiga dasawarsa
mengulang janji suci kami di altar dulu
tuk membakar hasrat, mencipta maha karya
kisah kehidupan kami tak menyerah karena waktu
pupuh perkamen cinta, tak kan pudar oleh musim
kepada keabadian, kami ingin berpaling.
24 Februari 2021
Keesaan di Negeri Pushkin
Pada negeri Tuhan tak terdaftar
tak punya perkamen kelahiran
tak tercantum di lembar altar
tak ikut pemilu, apalagi partai Dia dirikan.
Sungguh, Tuhan tak disapa
menihilkan-Nya di merahnya tembok
huma-huma penuh semerbak dupa;
tak digugat, dilabrak, atau digembok.
Ah! Baru aku sadari akan Isa
Dia memang tak empunya alamat,
tak perlu paspor dan visa
aku mengembara ke Barat
bersama hati selalu mencari, Esa.
23 Februari 2021
Perjuangan Kehidupan
Kalau manusia pernah meniadakanmu
adalah hak tuk tetap ada; perkasa, tegar
kalau cinta pernah mengoyak perih hatimu
adalah hak tuk merenda ulang agar lebih segar
kalau jarak pernah merampas bahagia keluargamu
adalah hak tuk merajut kisah yang hilang dan hambar.
Jangan jatuh mikul perintah,
lawanlah dengan tetesan peluhmu
jangan ciut gertak dan geram masalah
lawanlah dengan upaya, asa daya ciptamu
jangan nyerah pada godam zaman; merapalah,
ke bentara surga; walau bulir darah, rinai air matamu.
Pejuang kehidupan milik bangsa
para pemberani pelintas awan, lautan
cahayakanlah pijar-pijar di wuwungan paling asa
gelorakan semangat sedahsyat amuk samudera di tepian
sebab engkaulah suluh zaman bagi insan muda di suatu masa.
2021
Memanusiakan Manusia
I
Menjelang malam tiba
pastikan pelitamu sedia
menjulang lazuardi bergema
pastikan masa depanmu ada.
II
Di balik sekawanan awan
ada rahasia menawan
tentang surya, selalu tepati janji
seperti mata hati, abadi mencari arti.
III
Kami bukan lagi seperti apa
berontak kepada siapa
lama di seberang, itu jua kehendakmu
pasti kami bukan maumu.
IV
Diamku, hempas
sudah mengelupas
desahan hasrat biarlah lepas
Rinduku, punah
sudah kian meluruh
jadi peluh sepenuh
Amarahku,
sudah membatu
jadi harga mati, satu padu.
Yang lama, sudah hancur mendebu
sedang yang anyar, kini tumbuh menggebu
aku; manusia baru.
2021
Kepada Esok
Aku tidak mau menari
di bawah matahari yang sama
aku tidak mau bermimpi
di bawah bintang gemintang yang serupa
Aku mau menjelajah semesta baru, walau berjejak
terbang tinggi melampaui batas cakrawala, sendiri
bersama Pemilik Kehidupan. Kan kuterjang sajak
misteri. Maukah engkau terbang bersama kini?
23 Februari 2021
Antonius Tanan, penulis puisi dan novel. Dia pernah mengunjungi Moskwa dan St. Petersburg dalam sebuah lawatan untuk menikmati sejarah dan kultural. Lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada 9 April 1960. Saat ini menjadi Komisaris Independen PT Ciputra Development Tbk dan PT Metrodata Electronics Tbk. Dalam dunia sastra, dia telah melahirkan tiga novel: Empat Sekawan dan Cinta, Tantangan Satu Miliar Ciputra, dan The Gifted Club. Sedangkan dalam dunia perpuisian, dia adalah tokoh dan inisiator gerakan “puisi-entrepreneurial” lewat antologi puisi Buruh Migran Indonesia: senyum itu (kini) milikmu (2013) yang diterbitkan secara terbatas oleh Ciputra Artpreneur, Sajak-sajak Antonius ini menjadi bagian dalam buku antologi puisi Doa Tanah Air: suara pelajar dari negeri Pushkin yang akan segera diterbitkan. (SK-1)