Right Thing, Right Now

Abdul Mu'ti
13/3/2025 05:05
Right Thing, Right Now
Abdul Mu’ti Mendikdasmen RI Sekum PP Muhammadiyah(MI/Seno)

JUDUL tulisan ini penulis pinjam dari buku karya Ryan Holiday, Right Thing, Right Now: Good Values, Good Character, Good Deeds (Portfolio. Penguin: 2024). Buku yang merupakan seri dari stoic virtues tersebut mengajak pembaca untuk senantiasa berbuat baik dan bijak, menjadi pribadi yang beintegritas, serta mewujudkan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya di pengadilan.

Walaupun tidak sama persis, judul buku Ryan Holiday itu senapas dengan lagu klasik Bimbo, Jangan Ditunda-tunda. Lagu religi yang biasanya diputar di bulan Ramadan tersebut mengajak pendengar untuk segera dan senantiasa berbuat baik.

Bait pertama berbunyi:

Berbuat baik janganlah ditunda-tunda 2x/membelanjai anak yatim/menyantuni anak yatim/menafkahi fakir miskin/melindungi fakir miskin

Islam mengajarkan kepada manusia agar bersegera berbuat baik, fastabiqu al-khairat dan yusariuna fi al-khairat. Di dalam Al-Qur’an, lafad fastabiqu al-khairat disebutkan dua kali, yaitu di QS Al-Baqarah (2): 148 dan QS Al-Maidah (5): 48. Kedua ayat itu disebutkan dalam konteks yang berhubungan dengan kemajemukan keyakinan dan paham agama.

"Dan setiap umat memiliki kiblat yang mereka menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan..." (QS Al-Baqarah [2]:148). "... Dan kalau Allah menghendaki, kamu dijadikan umat yang satu saja. Tetapi Allah hendak menguji kami dengan karunia yang diberikan-Nya kepadamu. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan..." (QS Al-Maidah [5]:48).

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa ingat waktu. Banyak surat dan ayat Al-Qur’an yang dimulai dengan sumpah yang dikaitkan dengan waktu, seperti wa al- fajri (89), wa al-laili (92), wa al-dluha (93), dan wa al-ashr (103). Penyebutan waktu paling tidak memiliki dua pesan penting. Pertama, agar manusia senantiasa ingat waktu, menyadarkan adanya kesempatan dan keterbatasan. Kedua, senantiasa mengisi waktu dengan berbuat baik untuk meraih kemuliaan dan kesuksesan hidup.

Manusia cenderung membuang waktu dengan perbuatan yang sia-sia (laghwu), atau terlalu sibuk bekerja sampai lupa waktu. Ciri mukmin yang sukses adalah mereka yang menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat (QS Al-Mukminun [23]:3).

Ramadan memberikan kesempatan yang luas untuk manusia berbuat baik dengan amal ibadah dan perbuatan yang utama. Sayangnya, tidak semua memanfaatkan dan mengisinya dengan sebaik-baiknya. Banyak waktu terbuang dengan hal-hal yang sia-sia. Padahal, kesempatan emas tidak selalu datang dua kali. Belum tentu ada kesempatan untuk berjumpa Ramadan pada tahun berikutnya.

Beramal salih janganlah ditunda-tunda 2x/menuntut ilmu yang tekun/menuntut ilmu yang gigih/mencari rizki yang halal/mencari nafkah yang halal.

Right thing, right now: berbuat yang terbaik, sekarang juga. Jangan ditunda-tunda.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
  • Kembali Fitri Merajut Harmoni

    29/6/2017 06:36

    IDUL Fitri merupakan momen kemenangan bagi umat yang menunaikan ibadah Ramadan. Dalam ajaran Islam, secara fikih, Idul Fitri berarti kembali berbuka atau makan.

  • Idul Fitri dan Keadilan Sosial

    29/6/2017 06:36

    KEADILAN sosial sebagai isu yang belakangan terkenal ialah tidak adanya ketimpangan yang sangat mencolok dalam berbagai bidang, minimal secara ekonomi.

  • Dzikr, Wird, Tafakkur, dan Tadzakkur

    24/5/2017 13:45

    RAMADAN kali ini penuh tantangan. Pandemi covid-19 belum reda, tetapi bencana alam muncul susul-menyusul.

  • Tolak Bala Kalangan Orang Awam

    24/5/2017 13:45

    DI dalam salah satu hadis sahih di­ceritakan ada tiga pemuda pencari kayu bakar terjebak di dalam gua

  • Air Mata Surga

    24/5/2017 13:45

    ADA dua orang yang pernah melakukan penelitian disertasi tentang air mata. Seorang dari Jerman dan seorang dari Amerika Serikat.

  • Ulama-Umara

    24/5/2017 13:45

    KATA ulama dan umara adalah dua kosakata yang sering menimbulkan kerancuan di dalam masyarakat.