Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Puasa Melahirkan Etika Universal

Dadang Kahmad Ketua PP Muhammadiyah Guru Besar UIN SGD Bandung
10/4/2022 04:10
Puasa Melahirkan Etika Universal
Dadang Kahmad Ketua PP Muhammadiyah Guru Besar UIN SGD Bandung(MI/Duta)

RAMADAN ialah bulan pengendalian diri, sesuai dengan makna shaum itu sendiri sebagai imsak atau menahan diri. Salah satu yang harus dikendalikan ialah dorongan nafsu untuk selalu merendahkan orang lain, menganggap dirinya paling hebat, paling benar, dan memandang orang lain salah.

Sikap seperti merendahkan orang lain biasanya menghinggapi para pemeluk agama yang merasa paling benar dan fanatik berlebihan. Fanatik itu boleh-boleh saja dalam beragama, tetapi tidak merendahkan dan menyalahkan pihak lain yang berbeda dengan dirinya.

Fanatisme itu kadang diperlukan untuk meneguhkan dan menjadikan seseorang meyakini agamanya dengan dalam. Fanatik dibarengi dengan sikap welas asih kepada semua orang.

Pengakuan bahwa dirinya paling benar tanpa diikuti welas asih dan toleransi pada agama lain akan menimbulkan kebencian kepada pemeluk agama lain dan berkeinginan untuk mendiskriminasi, bahkan meminggirkan peran orang lain. Sikap seperti itu tidak baik dalam kehidupan masyarakat yang multikultural, bisa menimbulkan konflik sosial dan perpecahan, dan merusak persatuan bangsa.

Di dalam Alquran sendiri disebutkan (QS 5:48, 2:148) bahwa di dunia ini terdapat berbagai keyakinan dan agama yang berbeda-beda yang satu sama lain, mempunyai sistem kepercayaan dan sistem upacara tersendiri, tidak boleh saling mencaci dan membenci, tetapi saling berlomba dalam kebaikan.

Orang Islam dilarang mencaci sesembahan dari agama lain karena dikhawatirkan penganut agama yang dicaci berbalik mencaci Allah melampaui batas karena pada hakikatnya setiap umat agama menganggap baik terhadap sesembahannya. (QS 6:108)

Sikap berbuat baik dan toleran juga perlu diterapkan dalam berinteraksi dengan sesama umat Islam walaupun berbeda organisasi dan kepentingan politik. Antarkelompok yang berbeda pemahaman terhadap ajaran Islam dilarang saling merendahkan, saling menyalahkan, bahkan saling mencela.

Wakuunu ibaadallahi ikhwaanaa, jadilah hamba Allah yang bersaudara, penuh kasih sayang di antara mereka (ruhama bainahum) karena saling membenci di antara sesama umat Islam ialah dilarang dan keduanya akan mendapat celaka. Selain itu, dampak dari saling bermusuhan antara sesama kaum muslim akan melemahkan kekuatan dalam diri kaum muslimin itu sendiri.

Oleh karena itu, tidaklah pada tempatnya jika salah satu kelompok keagamaan tertentu mengeklaim bahwa kelompok merekalah yang paling berhak menjadi pemimpin agama dan memimpin upacara agama serta menafikan kelompok lain sehingga terjadi diskriminasi dan menganggap kelompok lain salah. Namun, berusahalah menjadi kelompok beragama yang paling benar, tetapi melakukan berbagai kebaikan kepada kelompok lain, baik seagama maupun berbeda agama.

Hikmah yang paling besar jika puasa kita melahirkan keberagamaan yang universal atau universal ethic atau ‘rahmatan lil alamin’. Beragama yang benar dan bermanfaat bagi semua umat manusia. Menjaga harmonitas, integritas, dan kebersamaan dalam kehidupan ialah panggilan suci kebangsaan sehingga terwujud masyarakat Islam yang saling welas asih dengan semua orang. Itulah salah satu inti dari berpuasa pada bulan Ramadan. “Barang siapa menyayangi meskipun terhadap hewan sembelihan, niscaya Allah akan merahmatinya pada hari kiamat.” (HR Bukhari).

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya