Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Melatih Kekuatan Imajinasi Spiritual

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
05/6/2018 08:00
Melatih Kekuatan Imajinasi Spiritual
(Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar -- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

KEKUATAN imajinasi spiritual (the power of spiritual imagination) yang lebih dikenal quwwah al-hayaliyyah oleh para praktisi tasawuf ialah kemampuan bagi seseorang untuk melakukan kontemplasi sangat tinggi (khawash al-khawash) sehingga imajinasinya mampu menembus dan melampaui batas alam syahadah. Ia sudah memiliki kemampuan mengakses alam antara (alam barzakh), yaitu alam yang berada antara alam syahadah mutlak dan alam gaib mutlak.

Alam antara ini diperkenalkan sebagai al-'alam hayal oleh Imam Al-Gazali atau al-'alam al-mitsal menurut Ibnu 'Arabi, yang diterjemahkan sebagai imaginal world oleh Willian C Chittick dalam bukunya, Imaginal Worlds, sebuah buku sangat advance bagi orang yang ingin mendalami dunia spiritual.

Kekuatan imajinasi cerdas seseorang bisa membantu mengakses alam mitsal. Jika seseorang memiliki kemampuan ini, ia lebih pantas bersyukur kepada Allah karena dengan sendirinya ia sudah mampu berada pada tahap mukasyafah, yaitu penyingkapan hijab berlapis-lapis di dalam dirinya. Syarat utama bagi orang yang akan mengakses tahap (maqam) ini ialah, pertama, ia harus mampu menaklukkan dirinya sendiri dalam arti menjinakkan hawa nafsu dan pikirannya, yang biasa diistilahkan dengan ketersingkapan hijab (mukasyafah).

Tahap berikutnya, ia harus mampu mendalami lembaran-lembaran kompleksitas diri sendiri nan mahaluas dan mahadalam. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa mampu memahami diri sendiri maka ia akan mampu memahami Tuhannya." Ungkapan itu sangat dalam. Ilmu pengetahuan maharumit, jauh lebih rumit dari pengetahuan lain, ialah Tuhan, tetapi referensi utama untuk memahaminya ternyata di dalam diri kita sendiri.

Kekuatan imajinasi bisa menembus lebih jauh dari alam barzakh (secara literal berarti antara). Ia bisa menembus alam lebih tinggi berikutnya, seperti alam malakut (alamnya malaikat), alam jabarut (alam roh), dan mi'raj ke puncak.

Rasulullah pernah mengisyaratkan hal ini dengan mengatakan, "Assholatu mi'raj al-mu'minin (salat adalah mi'raj orang-orang mukmin)."

Mari kita terus berlatih ke dalam bentuk mujahadah dan riyadhah.

Di dalam perspektif tasawuf, seolah tidak dikenal alam gaib dalam arti alam yang di luar kemampuan kognitif manusia untuk memahaminya atau alam yang yang tak teridentifikasi (unidentifying worlds).

Alam gaib oleh para sufi bukan se-suatu yang amat asing. Alam gaib bagi mereka ialah alam yang berada di balik hijab. Manakala hijab sudah terbuka (mukasyafah), hilanglah kegaiban itu. Kalaupun masih ada, yang tersisa hanyalah entitas tetap (al-a'yan al-tsabitah).

Ini pun sudah diidentifikasi dalam dua kategori, yaitu entitas wahidiyat yang masih bisa dikenali melalui nama-nama (al-asma')-Nya dan ahadiyat yang sudah tidak teridentifikasi atau disebut alam gaib mutlak (asrar al asrar/the sacred of the sacred).

Berbeda dengan para fukaha yang seolah memberi wilayah alam gaib amat luas, yaitu selain yang masuk dari kate-gori alam syahadah, alam dunia yang kita huni.

Sesungguhnya para sufi tidak mendikotomikan antara alam syahadah dan alam gaib. Bagi Ibnu 'Arabi, alam syahadah tidak murni sebagai alam fisik karena ia hanya elemen dasar dari rangkaian tingkatan alam yang terdiri atas tanah, air, udara, dan api.

Alam syahadah mutlak disebut juga alam dunia (dari akar kata dana, berarti rendah). Alam dunia ini juga terdiri atas alam mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagian unsur manusia. Kesadaran dan kekuatan imajinasi (quwwah al-hayaliyyah) seseorang dapat menembus batas-batas tersebut.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya