SATU Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada 2 April 2022 di Rusia. Bulan Ramadan kali ini, muslim yang tinggal di Kota Tomsk, Siberia, harus berpuasa selama 15-16 jam. Itu belum seberapa jika dibandingkan dengan lama berpuasa pada dua tahun sebelumnya, yaitu selama 16-17 jam.
Hal itu karena Ramadan jatuh pada April-Mei yang mana matahari terbit lebih cepat dan tenggelam lebih lama.
Bulan Ramadan kali ini memang sedikit berbeda dari dua tahun terakhir, tidak hanya karena berlangsung saat era new normal, tetapi juga adanya konflik antara Rusia-Ukraina yang berpengaruh pada kondisi perekonomian.
Aktivitas perbankan, seperti pengiriman uang dari Indonesia-Rusia, terbatas dan harga bahan pokok di Tomsk naik 5%-50%. Sebagai mahasiswa, saya harus lebih berhemat.
Penduduk di Kota Tomsk berjumlah 596.000 dan 29% merupakan mahasiswa. Tomsk dijuluki kota mahasiswa. Banyak mahasiswa dari mancanegara yang belajar di kota ini, termasuk mahasiswa muslim dari Timur Tengah, Afrika, dan tentu saja Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.
Penduduk muslim di Tomsk cukup besar yang didominasi oleh etnik Tatar serta migran dari negara-negara Asia Tengah dan Kaukasia Utara.
Tomsk juga mempunyai dua masjid besar, yaitu Masjid Merah dan Masjid Putih (pemilihan nama diambil dari warna masing-masing bangunan). Di Tomsk juga tidak sulit mencari bahan dan makanan halal.
Biasanya tempat makan halal di Rusia banyak menjual makanan khas Uzbekistan atau Tajikistan. Penggemar makanan tersebut bukan hanya umat muslim atau para migran, melainkan juga mahasiswa internasional serta warga Rusia.
Plov menjadi makanan favorit para mahasiswa Indonesia karena mirip nasi goreng. Plov juga merupakan menu berbuka puasa favorit umat muslim di Rusia.
Penyambutan Ramadan di Tomsk tidak semarak di Indonesia. Namun, solidaritas sesama umat muslim di Tomsk tinggi. Ketika saya bertemu dengan seorang muslimah di jalan, mereka akan bertegur salam dan bertukar senyum.
Ketika ke masjid untuk berbuka atau salat Tarawih, mereka menjamu seperti saudara sendiri. Selain makanan berat seperti plov, jemaah lain sering memberi cokelat, permen, panekuk, dan menu lainnya.
Penduduk kota Tomsk sendiri sudah terbiasa hidup berdampingan dengan etnik Tatar dan migran dari Asia Tengah yang mayoritas muslim. Banyak pekerja perempuan yang mengenakan kerudung atau hijab ketika bekerja.
Selain itu, banyaknya jumlah mahasiswa internasional membuat penduduk Tomsk terbiasa hidup dalam masyarakat yang heterogen. Mereka sangat menghormati keyakinan dan kepercayaan tiap-tiap individu.
Teman-teman Rusia di asrama juga sangat menghormati saya dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, baik beribadah salat dan berpuasa. Nilai-nilai toleransi semakin membuat semarak pada bulan Ramadan kali ini. (H-1)