Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Ayat Alquran Ungkap Intisari Embriologi sejak 14 Abad Lalu

Zubaedah Hanum
27/4/2021 15:25
Ayat Alquran Ungkap Intisari Embriologi sejak 14 Abad Lalu
Ilustrasi(Antara)

HADIRNYA makhluk hidup, termasuk manusia melalui proses yang sangat panjang dan merupakan hasil seleksi. Ayat-ayat Alquran menjelaskan hal itu secara rinci di dalamnya sejak 14 abad yang lalu.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Prof Arief Boediono, Guru Besar IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan pada acara Kajian Kauniyah Ramadan yang diselenggarakan oleh Masjid Al-Hurriyyah, belum lama ini.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik."

"Yang diceritakan dalam Al-mukminun 12-14 ini adalah intisari embriologi, bagaimana perkembangan sejak proses pembentukan gamet sampai terbentuknya organ," ungkapnya seperti dilansir dari laman IPB University, Selasa (27/4).

Proses pembentukan spermatozoa dan oosit dinamakan gametogenesis. Dalam perjalanannya, kata Arief, sperma yang dihasilkan laki-laki yang jumlahnya jutaan berlomba untuk mencapai sel telur. Akan tetapi hanya satu sperma yang dapat masuk dan terjadi fertilisasi dan ini merupakan bentuk seleksi.

Ia menguraikan, pertemuan sel sperma dan sel telur menyebabkan terjadinya fertilisasi serta nantinya akan berlanjut pada serangkaian proses yang kompleks. Mulai dari pembelahan sel, pembentukan embrio hingga proses pembentukan organ.

"Itu sudah dijelaskan dalam Alquran sekitar 14 abad yang lalu," cetusnya.

Kloning
Bagaimana dengan kloning? Arief menjelaskan, upaya menghasilkan salinan genetik yang identik dari suatu entitas biologi juga dapat dilakukan secara aseksual, hal ini dikenal dengan istilah kloning. Pada teknologi ini perkembangan sel telur dilakukan tanpa sperma.

Menurutnya, kloning bisa terjadi secara alamiah atau secara introduksi teknologi. Secara alamiah sudah terjadi pada hewan tingkat rendah atau pada bakteri dimana mereka menduplikasi tanpa proses seksual. Kembar identik adalah contoh klon yang paling simpel.

Dalam dunia peternakan, teknologi kloning sangat bermanfaat. Embrio yang telah dibuahi berasal dari induk yang diinginkan dapat dilakukan pemotongan sehingga menjadi dua embrio. Selanjutnya embrio tersebut dikembangkan pada sapi resipien sehingga akan menghasilkan dua kembar yang identik.

Pada proses ini yang diperlukan adalah sel donor. Selain itu diperlukan resipien sel telur sebagai tempat berkembangnya. Dari sisi teknologi, hal ini menunjukkan betapa pentingnya sel telur, tanpanya tidak memungkinkan dilakukan teknologi ini.

"Maka ketika Rasulullah menyampaikan tentang panggilan ibu dan ayah secara bersamaan maka kita dianjurkan untuk mengutamakan merespon ibu, ibu, ibu baru kemudian ayah," ujarnya.

Saat menjawab pertanyaan apakah penciptaan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam itu adalah teknologi kloning, Arief langsung membantah asumsi tersebut.

"Kalau itu kloning dari Nabi Adam karena genetiknya sama mestinya Siti Hawa harusnya seorang laki-laki. Tetapi Siti Hawa adalah seorang perempuan jadi dari sisi ilmiahnya tidak mungkin," jelasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah