Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Setiap bulan Ramadan, umat muslim di Indonesia memiliki tradisi membangunkan masyarakat untuk makan sahur, salah satunya dengan menggunakan pengeras suara masjid atau toa.
Namun, penggunaan pengeras suara masjid untuk aktivitas ini dengan teriakan menjadi polemik di kalangan masyarakat. Apalagi, penduduk sekitar masjid tidak hanya warga muslim, melainkan ada juga yang nonmuslim.
Wakil Sekretaris Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) Ali Sobirin mengatakan bahwa berbagai kebijakan terkait masjid harus dikomunikasikan dan disepakati dengan masyarakat setempat.
Baca juga: Meski Puasa Pogba Tetap Bertanding: Sudah Terbiasa
“Jika menggunakan pengeras suara, hendaknya dibatasi, agar tidak mengganggu hak istirahat masyarakat. Termasuk juga menghargai umat agama lain,” kata dia dilansir dari NU Online pada Sabtu (24/4).
Secara faktual, jelasnya, di satu sisi sebagian umat Islam memang ada yang ingin dibangunkan untuk sahur. Namun, ia juga menegaskan bahwa di sisi lain, terdapat juga masyarakat lain yang membutuhkan ketenangan dalam beristirahat.
“Kuncinya ada di kesadaran pengurus mushala atau masjid terhadap perasaan masyarakat, tidak mentang-mentang, pun tidak egois,” kata Ali. Ia tidak menafikan bahwa sebagian masjid melakukan tarhiman lebih awal, khusus tarhim Ramadan karena bertujuan membangunkan jamaah untuk sahur. Hal ini, menurutnya, boleh-boleh saja. Apalagi jika seluruh kegiatan yang ada tersebut dirapatkan bersama antara pengurus masjid atau mushala dengan warga.
Namun, ia menegaskan bahwa hal tersebut harus dilakukan dengan batas kewajaran yang lazim di tengah masyarakat, dalam arti tidak mengganggu mereka. “Tentu saja dengan batasan-batasan yang lazim agar tidak sampai mengganggu masyarakat,” katanya.
Dalam tarhim Ramadhan, ia menegaskan pentingnya rapat dan komunikasi dengan warga, utamanya dengan warga yang membutuhkan ketenangan istirahat, seperti yang sedang sakit atau yang punya alasan lainnya.
“Tarhim Ramadhan perlu dilakukan dengan lembut, bukan dengan teriak-teriak yang memekakkan telinga masyarakat,” ujarnya. (H-3)
Program ini menjadi bukti bahwa Ramadan tak hanya sebagai momen ritual ibadah semata, tetapi langkah nyata memperkuat solidaritas sosial.
Kesejahteraan masyarakat mengalami penurunan selama Ramadan hingga Idul Fitri 2025. Hal ini tercermin dari data Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) per Maret 2025.
Pembahasan tentang puasa Syawal terkait dalil hukum dan beda pendapat mazhab, nilainya seperti puasa setahun, orang yang tidak berpuasa Ramadan, dan niat puasa Syawal. Berikut penjelasannya.
Pada momen Ramadan dan Lebaran, kesehatan kulit harus dijaga agar tidak terpengaruh dengan pola makan, hidrasi, dan gaya hidup.
Melalui program Hampers Produk Mustahik ini, Baznas telah melakukan Kurasi Produk untuk mendukung UMKM binaannya dalam memproduksi kue-kue berkualitas.
Yasir turut mengapresiasi seluruh tim YBM PLN serta para muzakki yang telah berkomitmen untuk terus mewujudkan kepedulian sosial, terutama kepada para mustahik, di bulan Ramadan ini.
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) meluncurkan program Family Orientation at the Mosque’s Site (Foremost) sebagai strategi baru pembinaan keluarga berbasis masjid.
Wamenag Romo R Muhammad Syafi’i mengungkapkan masjid harus menjadi pusat pembinaan umat yang holistik, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai episentrum transformasi sosial
Selama 6 tahun berturut-turut Indonesia juga dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia. Data Baznas menyatakan, 62% masyarakat lebih memilih bersedekah melalui masjid.
Melalui penghargaan ini, Baznas (Bazis) DKI Jakarta ingin mendorong masjid sebagai pusat kegiatan sosial keagamaan yang terbuka bagi semua lapisan masyarakat.
Wakil Menteri Agama Republik Indonesia Romo R Muhammad Shafi’i mengatakan fungsi masjid tidak sebatas tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kehidupan umat.
ADA sejumlah tantangan digitalisasi yang dihadapi oleh dewan kemakmuran masjid (DKM), seperti belum optimalnya pemanfaatan website dan terbatasnya literasi digital pengurus DKM.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved