Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Uniknya Alquran Kuno Bertintakan Emas 18 Karat

Dwi Apriani/H-2
23/4/2021 05:00
Uniknya Alquran Kuno Bertintakan Emas 18 Karat
Kemas Andi Syarifuddin membaca Alquran berukir tinta emas di kediamannya di Bukit Kecil, Palembang, Selasa (20/4).(MI/DWI APRIANI)

PERLAHAN demi perlahan lembaran kitab suci Alquran yang sudah kekuning-kuningan itu dibuka Kemas Andi Syarifuddin. Pria berusia 49 tahun itu merupakan keturunan dari khatib penghulu dan pengurus Masjid Agung Palembang, Sumatra Selatan, di masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Ada 10 buku kitab suci Alquran dan 90 buku manuskrip sejarah keislaman peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam di hadapan Kemas Andi.

Sebagian lain tersusun rapi di lemari yang berada di sudut rumahnya di Jalan Faqih Jalaludin, Palembang. “Saya diberi amanat oleh kakek, Kiai Kemas Haji Umar, pada saat saya berusia 21 tahun untuk menjaga buku dan kitab suci ini,” kata dia.

Menurut Kemas Andi, Alquran bertinta emas dengan tulisan arab Melayu ini sudah berusia lebih dari dua abad. Keunikan Alquran ini ialah bahan baku kertasnya dikirim langsung dari Eropa, sedangkan tinta emasnya berasal dari leburan emas 18 karat di masa itu. Tidak hanya itu, sampul depan Alquran juga berasal dari leburan lempengan emas.

Namun, tidak semua ayat bertintakan emas. Tulisan bertinta emas hanya ditemui di tiga bagian Alquran. Pertama, di bagian depan yang bertuliskan surah Alfatihah dan Alif Lam Mim.

Kedua, pada bagian tengahnya tinta emas indah mengukir surah Al-Kahfi. Lalu, ketiga tulisan tinta emas menghiasi surah An-Nas dan Al-Falaq pada bagian akhir Alquran. Ukiran Simbar khas Melayu Palembang semakin mempercantik Alquran
tersebut.

Alquran ini ditulis tangan oleh para ulama dan kepala penghulu yang disebut Pangeran Penghulu Nata Agama. Dari 10 Alquran yang diwariskan tersebut, kata Kemas Andi, ada dua kitab suci Alquran yang sudah rusak karena lembaran kertasnya sudah rapuh dan tidak bisa lagi dibuka untuk dibaca.

Dalam merawatnya, Kemas Andi melakukannya secara tradisional saja seperti menggunakan kapur barus agar kertasnya tetap awet dan tidak rapuh.

Beberapa kali, pria kelahiran Palembang, 26 Mei 1971 yang bekerja di staf laboratorium naskah di pasca-UIN Raden Fatah Palembang itu meminjamkan mushaf Alquran kuno itu untuk penelitian para mahasiswanya.

Alquran itu juga sering dipamerkan di sejumlah acara hingga menarik minat sejarawan dan kolektor dari luar negeri. Karena nilai sejarah yang cukup bernilai, banyak yang tertarik memilikinya dan membeli Alquran itu dengan harga fantastis.

“Tapi tidak saya jual karena harus dijaga dan dilestarikan, terutama oleh turun-temurun keluarga saya,” sahut Kemas Andi.

Dengan kegigihannya menjadi generasi penjaga Alquran bertinta emas itu, ayah tiga anak ini diganjar penghargaan dari Badan Perpustakaan Nasional sebagai Pelestari Naskah Kuno. (Dwi Apriani/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah