Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ngabuburit sembari Bermain Skateboard

Tosiani/H-3
14/5/2020 05:30
Ngabuburit sembari Bermain Skateboard
Sekelompok remaja yang tergabung dalam Panili Street Crew (PSC) mengisi kegiatan menunggu buka puasa dengan bermain skateboard, kemarin.(MI/Tosiani)

TEPAT pukul 16.00 WIB, Selasa (12/5), sekelompok remaja yang tergabung dalam Panili Street Crew (PSC) berkumpul di jalan kampung di wilayah Jampiroso, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Dengan kompak berkaus hitam, mereka membawa papan seluncur masing-masing.

Jalanan yang sepi karena telah ditutup sejak pandemi korona mereka manfaatkan untuk bermain skateboard. Beberapa orang meluncur sejauh 200 meter di atas papan dengan tumpuan satu kaki. Mereka melewati batang besi setinggi 30 sentimeter sepanjang 1 meter yang dipasang di tengah jalan.

Tiap kali ada dari mereka yang terjatuh disebabkan papan seluncur, mereka lantas tertawa bersama sambil saling menyemangati sehingga suasana menjadi ceria. Mereka yang terjatuh kemudian bangkit lagi, mencoba meluncur dan melewati rintangan batang besi. Terpelanting dan terjatuh, lalu bangkit lagi ialah pemandangan yang selalu terjadi di arena permainan skateboard ini.

“Kami main skateboard di sini dari pukul 16.00 WIB sampai menjelang buka puasa sekitar pukul 17.30 WIB. Jadi, ini sembari ngabuburit,” tutur Reynard, 17, salah seorang anggota PSC. Dafa Alfarel, 18, anggota lainnya, mengatakan anggota PSC keseluruhan ada 20-an orang, tapi banyak yang bersekolah dan bekerja di luar kota sehingga tidak aktif  latihan. Hanya 5-10 orang setiap harinya yang aktif bermain skateboard.

Fariz, 16, anggota dari kelompok PSC, berkisah biasanya mereka bermain skateboard di trotoar dekat Alun-Alun Kota Temanggung. Kadang juga mereka berpindah area di sekitar GOR Bambu Runcing. Jika bermain di trotoar, diakuinya, mereka kerap ditegur, bahkan kena semprot masyarakat pengguna jalan lain yang hendak lewat dan merasa terganggu.

“Ini karena jalanan ditutup terkait pandemi korona jadi bebas bermain, tidak ada yang menegur atau memarahi,” tutur dia.

Bermain skateboard tanpa alat pelindung diri, menurut Morebo, 17, bukan tanpa risiko. Ia pernah mengalami patah pada pergelangan tangan sehingga harus dirawat di rumah sakit dan baru sembuh tiga bulan. Namun, setelah itu ia kembali rutin bermain skateboard. Lain lagi cerita Angga, dua kali mengalami kaki terkilir. Namun, karena sangat suka skateboard, ia tidak kapok dan kembali bermain.

“Di Temanggung, tidak ada perkumpulan skateboard dan tidak ada area bermain ini. Jadi, kami main di jalanan. Kami juga belajar secara autodidak sejak kelas 3 SD,” ujar Angga.

Remaja-remaja tersebut berharap pemerintah daerah bisa mewadahi aktivitas mereka dengan menyediakan tempat berlatih dan membina mereka agar dapat berkembang menjadi atlet skateboard yang berprestasi. Mereka juga ingin masyarakat tidak melihat kegiatan ini dari sudut pandang yang negatif karena di sela latihan pada Ramadan mereka mengumpulkan iuran untuk pengadaan takjil gratis bagi masyarakat.

“Yang terpenting jangan takut jatuh. Dengan bermain skateboard, kekeluargaan dan pertemanan kami makin kental, makin banyak teman juga. Terbukti kami dari sekolah yang berbeda, tapi bisa berteman baik sampai sekarang,” ujar Angga. (Tosiani/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah