Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KISAH Nabi Shaleh dan umatnya yang dimuat di dalam Alquran mengajarkan kita bahwa virus binatang (unta) bisa menular kepada manusia.
Setelah umat Nabi Shaleh memakan daging unta tersebut, maka turunlah siksa Tuhan: “Karena itu, mereka ditimpa gempa. Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (QS: Al-A’raf/7:78)
Kata rajfah dalam ayat tersebut, yang diartikan dengan ‘gempa bumi’ oleh para mufassirin, tidak memuaskan para ahli sains modern, termasuk di antaranya Dr Opitz, seorang ahli medico-historicus berkebangsaan Jerman.
Ia mengemukakan, kalau yang dimaksud di situ ialah gempa bumi, gejala-gejala awal berupa perubahan warna kulit bumi tidak terjadi. Lagi pula, kalau siksaan tersebut ialah gempa bumi yang dahsyat, tentulah tempat kediaman mereka hancur berantakan.
Akan tetapi, nyatanya gunung-gunung batu tempat kaum Bani Tsamud dulu bermukim masih ditemukan para arkeolog.
Opitz, yang didukung kalangan ilmuwan muslim, berpendapat bahwa bencana yang menimpa kaum Tsamud tidak lain ialah sejenis epidemi yang sangat dahsyat dan diduga berasal dari daging unta misterius yang dimakan mereka.
Menurut Opitz, epidemi yang menyerang kaum Tsamud ialah sejenis typhus exanthematicus, yang bermula dari keracunan disertai larutan darah dan kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan penyakit kuning (icterus) dan selanjutnya menimbulkan pendarahan pada seluruh bagian kulit.
Pada hari ketiga, kulit menjadi hitam warnanya karena virus sudah menyerang empedu yang mengeluarkan zat warna hitam.
Lalu pada penghujung hari ketiga, virus ganas tersebut juga menyerang telinga, yang selanjutnya dirasakan si penderita bagaikan bunyi yang teramat dahsyat serta jantung yang terkoyak-koyak sebagai akibat pendarahan yang hebat dalam otot jantung.
Pada saat yang bersamaan, virus ganas tersebut menyerang gendang-gendang telinga sehingga mereka bagaikan mendengar sebuah bunyi yang amat dahsyat dan sesudah itu mereka mati bergelimpangan.
Dr Ahmad Ramali berpendapat bahwa virus tersebut ialah sejenis antraks (anthrax-seapticheimia). Daging hewan yang sudah ditulari antraks menyebabkan orang beramai-ramai terkena.
Kemungkinan lainnya, menurut Ahmad Ramali, ialah sejenis sampar, yakni pestis haemorrhagica yang ditularkan unta tersebut.
Kisah tersebut memberikan pelajaran berharga buat kita bahwa penularan virus binatang kepada manusia dimungkinkan terjadi, bahkan dapat berakibat sangat fatal seperti ditunjukkan pada kisah dalam Alquran di atas.
Berbagai usaha dan dana kini telah digunakan untuk menemukan antivirus yang mewabah lebih kompleks, tetapi belum ditelusuri lebih jauh hingga hari ini.
Semua larangan Tuhan untuk memakan makanan atau meminum minuman yang haram ada hikmahnya.
Semuanya bukan untuk Allah SWT, melainkan untuk kesejahteraan hidup manusia sendiri. Terkadang itu semua baru kita ketahui setelah ‘nasi menjadi bubur’.
SEBANYAK 176 orang dengan 31 di antaranya di bawah 14 tahun telah meninggal dunia akibat wabah demam berdarah dengue (DBD) tahun ini di Bangladesh.
Direktur Departemen Layanan Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Palestina, Rami Al-Abadia, memperingatkan bahaya epidemi di seluruh Jalur Gaza akibat dampak perang Israel melawan Hamas.
Dokumen Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Sistem Penanggulangan Bencana Epidemi diharap dapat diterapkan langsung di lapangan
Covid-19 berbeda dengan flu yang ada saat ini karena flu tidak menyebabkan kerusakan organ dan tidak memiliki dampak jangka panjang.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan belum dapat dipastikan kapan keadaan di Indonesia akan kembali normal dari pandemi covid-19.
Indonesia menjadi negara ketiga di dunia dengan kasus TB terbanyak setelah India dan Tiongkok, dengan jumlah kasus sebanyak 824.000.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved