Kasus Epidemi Unta

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
30/4/2020 06:30
Kasus Epidemi Unta
Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta(Seno)

KISAH Nabi Shaleh dan umatnya yang dimuat di dalam Alquran mengajarkan kita bahwa virus binatang (unta) bisa menular kepada manusia.

Setelah umat Nabi Shaleh memakan daging unta tersebut, maka turunlah siksa Tuhan: “Karena itu, mereka ditimpa gempa. Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (QS: Al-A’raf/7:78)

Kata rajfah dalam ayat tersebut, yang diartikan dengan ‘gempa bumi’ oleh para mufassirin, tidak memuaskan para ahli sains modern, termasuk di antaranya Dr Opitz, seorang ahli medico-historicus berkebangsaan Jerman.

Ia mengemukakan, kalau yang dimaksud di situ ialah gempa bumi, gejala-gejala awal berupa perubahan warna kulit bumi tidak terjadi. Lagi pula, kalau siksaan tersebut ialah gempa bumi yang dahsyat, tentulah tempat kediaman mereka hancur berantakan.

Akan tetapi, nyatanya gunung-gunung batu tempat kaum Bani Tsamud dulu bermukim masih ditemukan para arkeolog.

Opitz, yang didukung kalangan ilmuwan muslim, berpendapat bahwa bencana yang menimpa kaum Tsamud tidak lain ialah sejenis epidemi yang sangat dahsyat dan diduga berasal dari daging unta misterius yang dimakan mereka.

Menurut Opitz, epidemi yang menyerang kaum Tsamud ialah sejenis typhus exanthematicus, yang bermula dari keracunan disertai larutan darah dan kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan penyakit kuning (icterus) dan selanjutnya menimbulkan pendarahan pada seluruh bagian kulit.

Pada hari ketiga, kulit menjadi hitam warnanya karena virus sudah menyerang empedu yang mengeluarkan zat warna hitam.

Lalu pada penghujung hari ketiga, virus ganas tersebut juga menyerang telinga, yang selanjutnya dirasakan si penderita bagaikan bunyi yang teramat dahsyat serta jantung yang terkoyak-koyak sebagai akibat pendarahan yang hebat dalam otot jantung.

Pada saat yang bersamaan, virus ganas tersebut menyerang gendang-gendang telinga sehingga mereka bagaikan mendengar sebuah bunyi yang amat dahsyat dan sesudah itu mereka mati bergelimpangan.

Dr Ahmad Ramali berpendapat bahwa virus tersebut ialah sejenis antraks (anthrax-seapticheimia). Daging hewan yang sudah ditulari antraks menyebabkan orang beramai-ramai terkena.

Kemungkinan lainnya, menurut Ahmad Ramali, ialah sejenis sampar, yakni pestis haemorrhagica yang ditularkan unta tersebut.

Kisah tersebut memberikan pelajaran berharga buat kita bahwa penularan virus binatang kepada manusia dimungkinkan terjadi, bahkan dapat berakibat sangat fatal seperti ditunjukkan pada kisah dalam Alquran di atas.

Berbagai usaha dan dana kini telah digunakan untuk menemukan antivirus yang mewabah lebih kompleks, tetapi belum ditelusuri lebih jauh hingga hari ini.

Semua larangan Tuhan untuk memakan makanan atau meminum minuman yang haram ada hikmahnya.

Semuanya bukan untuk Allah SWT, melainkan untuk kesejahteraan hidup manusia sendiri. Terkadang itu semua baru kita ketahui setelah ‘nasi menjadi bubur’.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah