Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
LETAKNYA persis di salah satu sudut simpang Tugu Trikora.
Itulah sebabnya pemiliknya menabalkan nama 'Rumah Kopi Trikora' untuk kedai kopinya.
Di dua pintu masuk kedai kopi tersebut terpampang tulisan 'Rumah Kopi Trikora'.
Akan tetapi, orang lebih mengenal warung kopi itu sebagai 'rumah kopi rekonsiliasi'.
Di rumah kopi inilah semasa kerusuhan agama yang terjadi di Ambon lalu, kelompok Islam dan Kristen bertemu.
Ibu Abba, salah satu pegawai kedai kopi tersebut, pekan lalu berkisah bahwa warung kopi rekonsiliasi terbilang bangunan lama, didirikan pada 1970-an.
Bangunan ini milik Beny Chandra yang beretnik Tionghoa. Awalnya, bangunan itu disewakan untuk apotek.
Pada tahun 2000 saat kerusuhan, bangunan ini dibakar massa.
Gereja Silo di seberangnya serta masjid yang terletak selang beberapa rumah dari warung kopi rekonsiliasi juga dibakar.
Beny merenovasinya dan menyulapnya menjadi warung kopi.
Namun, sisa gosong bekas kebakaran dibiarkan sehingga masih tampak di sejumlah bagian lantai.
"Kedai kopi ini mulai beroperasi pada September 2002," kata Ibu Abba yang mulai bekerja di situ setahun kemudian.
Beny awalnya mengelola langsung kedai kopinya.
Namun, usianya kini terlalu lanjut, 80 tahun lebih.
Pendengaran dan penglihatannya tak awas lagi.
Ia pun menyerahkan pengelolaan rumah kopi rekonsiliasi tersebut kepada putrinya, Anita.
Selain di persimpangan Tugu Trikora, rumah kopi rekonsiliasi rupanya terletak di perbatasan permukiman Islam, yakni kawasan Waihaong, permukiman Kristen, yaitu Urinesing.
Warga dari kedua kelompok menjadikan rumah kopi rekonsiliasi sebagai tempat bertemu.
Sambil minum kopi dan mencicipi makanan ringan, mereka membicarakan urusan pekerjaan, pemerintahan, bisnis, atau sekadar mengobrol.
"Transaksi sewa-menyewa mobil antara warga Islam dan Kristen terjadi di rumah kopi ini," kata Oles Mahulete, warga Ambon yang bekerja sebagai sopir mobil sewa itu.
Pada rangkaian peringatan Hari Pers Nasional ke-72 di Ambon, 5-9 Januari 2017, sejumlah peserta menyambangi rumah kopi rekonsiliasi untuk menikmati kopi sekaligus mengenang peran sejarahnya mengurangi kerasnya konflik Ambon kala itu.
Setelah tercapai perdamaian pada 2005, di tengah menjamurnya rumah-rumah kopi di Kota Ambon, rumah kopi rekonsiliasi tetap eksis dan ramai dikunjungi orang.
Bukan untuk rekonsiliasi, melainkan sekadar menikmati kopi dan aneka penganannya khas Ambon.
Warga tentu tak ingin konflik terulang dan kedamaian di Ambon terjaga selamanya.
Cukuplah rumah kopi rekonsiliasi menjadi saksi sejarah kejamnya konflik dan indahnya rekonsiliasi. (Usman Kansong/Hamdi Djempot/X-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved