Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
AKSI demonstrasi damai 4 November yang berakhir ricuh disebut rentan menjadi medium recovery kaum jihadis. Pasalnya, mereka, sejak perdamaian di Poso dan Ambon, kehilangan arena recovery dan radikalisasi baik untuk merekrut kader maupun menghimpun dukungan publik. Hal itu dikatakan Ketua Setara Institute Hendardi, Selasa (8/11).
"Indikasi keterlibatan kelompok jihadi dalam aksi 4 November lalu juga terdeteksi dengan keterlibatan tokoh kunci Bachtiar Nasir (pendakwah Wahabi), Abu Jibril (MMI), dan M Zaitun (Wahdah Islamiyah). Mereka berasal dari ormas yang disponsori Wahabi dan gemar mengkafirkan kelompok lain. Tiga tokoh kunci tersebut secara ideologis membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka," ungkap Hendardi dalam keterangan resmi kepada Media Indonesia.
Menurut Hendardi, aksi masa selalu mengundang aneka kepentingan bertarung. Karenanya, jika praktik intoleransi dengan aksi kekerasan dan penyebaran kebencian dibiarkan, itu sama saja dengan menyediakan arena recovery bagi kelompok jihadi yang terus memupuk semangat pengikut dan simpatisan mereka.
"Bagi Setara Institute, intoleransi adalah titik awal dari terorisme, sebaliknya, terorisme adalah puncak intoleransi. Jadi, soal aksi 4 November bukan hanya melulu soal Pilkada, soal Ahok, dan dugaan penodaan agama, tetapi juga merupakan soal kebutuhan adanya ruang yang kondusif bagi radikalisasi publik untuk memperluas dukungan terhadap agenda-agenda jihad yg bertentangan dengan hukum dan dasar kebangsaan Indonesia," tegasnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved