Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Poros Kertanegara dan Poros Cikeas Memanas

Erandhi Hutomo Saputra
23/9/2016 19:10
Poros Kertanegara dan Poros Cikeas Memanas
()

PECAHNYA Koalisi Kekeluargaan mengakibatkan munculnya dua poros yakni Poros Kertanegara yang diisi Gerindra-PKS dan Poros Cikeas yang diisi Demokrat, PKB, PPP, dan PAN.

Pisah jalannya koalisi kekeluargaan disebut-sebut karena Poros Cikeas sangat ngotot mengusung nama Letkol Inf Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon Wakil Gubernur, namun Gerindra-PKS enggan jika Agus menjadi cagub sehingga lebih memilih mengusung calon sendiri-sendiri. Tudingan itu diamini oleh Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria kepada Media Indonesia, Jumat (23/9).

"Ya betul (karena Poros Cikeas terlalu ngotot menyodorkan nama Agus sebagai Cagub)," ucap Riza yang pernah menjadi cawagub independen saat Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu.

Sejatinya, ucap Riza, Gerindra dan PKS bersedia untuk mengusung Agus jika dia hanya sebagai cawagub dari Sandiaga Uno. Namun tawaran tersebut ditolak oleh Ketua Umum DPP Partai Demokrat sekaligus ayah Agus, Susilo Bambang Yudhoyono.

"Kita setuju kalau Agus (jadi) wakil, tetapi SBY tidak mau (kalau) Agus jadi wakil," ungkap Riza.

Enggannya Gerindra dan PKS menjadikan Sandiaga sebagai cawagub karena Sandiaga sudah lebih dulu melakukan kerja-kerja politik menuju Pilkada DKI Jakarta 2017, sedangkan Agus baru beberapa hari namanya muncul ke permukaan. Terlebih ia menilai Sandiaga memiliki pengalaman yang lebih ketimbang Agus. Ia tidak mengetahui alasan SBY menolak tawaran poros Kertanegara untuk menjadikan Agus sebagai cawagub.

"Kan Sandi lebih dulu kampanye dan surveinya lebih tinggi dan (punya) pengalaman lebih," kata Riza.

Tak terima dengan tudingan tersebut, Ketua Umum PPP Romahurmuziy yang ikut mengumumkan nama Agus-Sylviana di Puri Cikeas tadi pagi menyatakan sebenarnya koalisi kekeluargaan tidak lebih dari ajang komunikasi politik biasa. Sehingga terlalu dini dianggap sebagai koalisi.

"Koalisi kekeluargaan terlalu cepat dinamakan koalisi, wong itu komunikasi politik biasa, tak ada piagam kerjasama. Bahkan PDIP memisahkan diri lebih awal dengan mengusung Ahok," cetus Romy.

Poros Cikeas pun menampik jika pihaknya sangat ngotot menjadikan Agus sebagai cagub berpasangan dengan Sandiaga. Tidak tercapainya kesepakatan itu menurut Romy hanya karena pilihan politik yang berbeda.

Tidak ada yang keukeuh (satu sama lain). Saya menyatakan, bahwa itu hanya sekadar berbeda pilihan saja," ucapnya.

Poros Cikeas mengakui jika modal politik Agus memang sangat kecil untuk bisa bertarung dengan pasangan petahana Ahok-Djarot, namun ia yakin jika Agus mampu memenangi pertarungan dengan berkaca pada Jokowi di Pilkada 2012 lalu.

"Pada 2012 Jokowi masuk DKI dengan modal 16 kursi dan elektabilitas di bawah 5%, sedangkan Foke 52% dengan 86 kursi. Kenyataannya Jokowi menang dalam 2 putaran. Waktu 5 bulan masih cukup untuk meraih simpati warga Jakarta," tutup Romy.

Sebelumnya Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan menyatakan nama Agus pertama kali disebut-sebut dalam pembahasan oleh PKB, PPP, dan PAN, Demokrat, kata dia, tidak pernah mendorong nama Agus untuk ikut berkompetisi di Pilkada DKI Jakarta.

Masuknya nama Agus menjadi bursa cagub pun baru dalam beberapa hari terakhir. Hinca tidak menampik jika nama Agus lebih dulu ditawarkan kepada Gerindra dan PKS untuk sama-sama mengusung, namun kenyataannya Hinca menyebut jika Gerindra dan PKS sudah memiliki calon sendiri.

"Di sana sudah punya calon, di sini sudah punya calon. Baiklah kau bikin jalanmu, ku bikin jalanku sendiri," tutup Hinca. OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya