Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
PANGLIMA TNI Laksamana Yudo Margono memastikan kesiapan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk mengantisipasi konflik di perbatasan wilayah Indonesia. Meski tidak berharap konflik akan terjadi, ia menyebut pasukan TNI tetap siap mengantisipasi segala bentuk potensi baik di darat, laut, dan udara.
"Kita jaga profesionalisme, kemudian alutsista selalu kita standby," kata Yudo di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (20/12).
Yudo menyebut daerah-daerah perbatasan menjadi wilayah yang perlu diwaspadai karena memiliki potensi konflik paling tinggi. Indonesia, katanya, memiliki 10 perbatasan laut dan dua perbatasan darat. Oleh karenanya, pengerahan kekuatan dinilai perlu dilakukan.
"Patroli secara intensif juga menjadi perhatian kita bersama. Kerawanannya pasti dimulai dari itu," ujarnya.
Selain kesiapsiagaan alutsista dan pasukan, jalur diplomasi juga dikedepankan untuk mengantisipasi konflik. Menurut Yudo, konflik perbatasan tidak terjadi dalam satu atau dua tahun.
"Perbatasan di Natuna itu udah 14 kali mulai 1973, tidak selesai. Artinya kita tetap melaksanakan kerjasama diplomasi untuk antisipasi terjadinya itu (konflik)," jelasnya.
Lebih lanjut, Yudo menyebut akan terus meningkatkan latihan bersama dengan negara lain. Di bawah kepemimpinannya sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), TNI AL telah menggelar latihan bersama dengan AL Australia pada November 2022 di Kepulauan Riau.
"Kami di Angkatan Laut sudah banyak menjalaninya kerja sama dengan negara-negara lain latihan bersama. Nah nanti tinggal gabungan saja, tinggal dikoordinasikan TNI AU dan Angkatan Darat," pungkas Yudo. (OL-12)
Fregat Merah Putih (MPF140) dibangun berdasarkan pesanan Kementerian Pertahanan RI dan diklaim sebagai salah satu dari empat fregat jenis Arrowhead 140 tercanggih
KEKUATAN militer dan pertahanan yang tangguh menjadi kunci untuk menjaga kedaulatan negara di tengah rivalitas antarnegara dan geopolitik global yang semakin tidak stabil.
Orang nomor satu di Indonesia itu juga menyebut negara yang tidak berinvestasi dalam industri pertahanan akan menjadi bangsa budak.
Prancis merupakan salah satu mitra utama Indonesia dalam modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) pertahanan.
Indonesia dan Prancis akan memperkuat kemitraan strategis di sektor pertahanan melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI) yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu, (28/5).
Presiden Prabowo menekankan untuk memperluas kerja sama dengan Pemerintah Prancis di bidang pertahanan terutama modernisasi alutsista.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved