Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
BERBAGAI museum di Indonesia adalah destinasi wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan. Di tengah perkembangan teknologi digital saat ini, jumlah kunjungan ke museum masih perlu ditingkatkan agar mampu bersaing dengan kebiasaan generasi milenial berkunjung ke pusat perbelanjaan.
“Pola pikir yang menyatakan museum sebagai lembaga non-profit harus diubah menjadi not for profit. Museum saat ini harus memperoleh pemasukan supaya dapat membiayai kegiatan operasional sehingga mampu terus menyesuaikan dengan perkembangan era digital,” ujar Indroyono Soesilo sebagai keynote speaker dalam Rapat Koordinasi Pengelolaan Museum Untuk Generasi Milenial di Jakarta, Rabu (10/10).
Menurut Indroyono, museum-museum di Indonesia harus memperhatikan generasi milenial yang menjadi salah satu potential market untuk sektor pariwisata. Selain memiliki minat untuk melakukan eksplorasi dan travelling, mereka juga pintar, memiliki jaringan, dan aktif menggunakan media sosial.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini mencontohkan beberapa museum di Indonesia yang sudah dapat menarik minat generasi milenial. Salah satunya Museum Modern and Contemporary Art of Nusantara (Macan) yang galerinya sangat menarik generasi milenial dan bahkan digunakan untuk melakukan selfie hingga harus antre. Padahal tiketnya tergolong mahal yaitu Rp100 ribu. Sama halnya dengan Museum Angkut di Malang.
“Supaya generasi milenial dapat ‘demam’ museum, penggunaan media sosial menjadi sebuah keharusan di era digital saat ini,” ujar Indroyono.
“Selain itu, untuk pengelolaannya dapat juga dibentuk Badan Layanan Umum sehingga museum dapat semakin berkembang mengikuti berkembangan zaman,” jelasnya.
Koordinasi Antar Kementerian
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memiliki perhatian mendalam terhadap pengelolaan museum di Indonesia. Menurut Asisten Deputi Warisan Budaya Kemenko PMK, Pamuji Lestari, museum bukan hanya milik generasi zaman dahulu tapi juga milik generasi sekarang dan generasi masa depan.
“Generasi milenial yang cinta dengan museum merupakan cerminan dari implementasi revolusi mental sehingga warisan kebudayaan asli Indonesia dapat semakin dilestarikan dan juga menguatkan jati diri dan karakter bangsa,” jelas Tari.
Kemenko PMK juga terus mendorong implementasi gerakan cinta museum. “Sesuai fungsi PMK, kita mendorong adanya edaran untuk gerakan cinta museum. Edaran ini penting karena dengan edaran ini gerakan cinta museum dapat dengan lebih masif bergerak dan juga menciptakan multiplier effect, baik untuk guru, siswa, dan juga museumnya,” ujar Tari.
Kemenko PMK terus berkoordinasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Pariwisata untuk mendongkrak kunjungan generasi milenial. “Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat karena akses ke museum harus didorong oleh mereka. Di PMK sudah ada direktur perencanaan kawasan strategis yang dapat berkoordinasi dengan baik,“ jelasnya.
Fitra Arda selaku Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan, selain koordinasi dengan berbagai kementerian maupun lembaga lain, perubahan pola pikir pengelola museum juga merupakan hal penting sehingga museum dapat terus mengikuti perkembangan di era digital dan dapat menarik generasi milenial.
“Salah satunya kita melibatkan komunitas dan profesional untuk mengelola seluruh kegiatan museum sehingga program yang dibuat sesuai dengan zamannya yang saat ini kita arahkan ke generasi milenial," jelasnya.
Ada sejumlah cara menciptakan tren berkunjung ke museum. “Pengelola museum harus mampu beradaptasi dengan situasi terbaru, khususnya terkait dengan keterbukaan informasi dan pemanfaatan teknologi digital maupun media sosial sehingga dapat menarik generasi milenial untuk berkunjung ke museum,” ungkap Prof Wiendu Nuryanti Phd dari Universitas Gadjah Mada.
Menurut Wiendu, milenial merupakan generasi powerful karena memiliki pengaruh dan kekuatan untuk menjadi trend setter. “Keunggulan ini harus benar-benar diperhatikan dan dimanfaatkan oleh pengelola museum. Inilah salah satu kunci menarik kunjungan generasi milenial ke museum” ungkapnya. (RO/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved