Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PRESIDEN Joko Widodo meminta pengadaan vaksin tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Seluruh tim yang terlibat harus benar-benar menyiapkan segala proses dengan baik terutama dalam hal komunikasi publik.
"Jangan tergesa-gesa karena ini sangat kompleks. Ini menyangkut persepsi di masyarakat. Kalau komunikasinya kurang baik bisa kejadian seperti UU Cipta Kerja," ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas, Senin (19/10).
Baca juga: Mahfud Sibuk, Penyerahan Hasil Investigasi Intan Jaya Mundur Lagi
Kepala Negara ingin seluruh jajarannya untuk memberi pemahaman yang mendalam kepada masyarakat terkait segala hal yang berkaitan dengan vaksin, mulai dari kehalalan, kualitas, distribusi, target sasaran dan lain sebagainya.
Menurut dia, siapa yang nanti akan disuntik terlebih dulu dan apa alasannya, itu harus dijelaskan secara gamblang ke publik. Kemudian siapa yang akan memperoleh vaksin secara gratis dan siapa yang harus membayar, itu harus dijelaskan secara detil.
"Jika tidak, ini akan dihantam oleh isu, dipelintir, kemudian masyarakat demo lagi karena memang masyarakat sekarang ini dalam posisi yang sulit," jelas Jokowi.
Selain kesiapan komunikasi, Jokowi juga meminta kesiapan dari sisi penanganan vaksin.
Membawa, menjaga dan merawat vaksin bukan tugas yang sembarangan. Oleh karena itu, hal tersebut harus dilakukan oleh tim yang betul-betul memiliki kapasitas.
"Jangan menganggap enteng, ini tidak mudah. Training membawa vaksin, training menaruh vaksin. Tiap vaksin juga beda-beda. dari G-42 beda, dari Sinovac beda, dari Astra Zenica beda lagi, pasti perlakukannya juga beda. Bagaimana menyimpan mereka di cold storage. Saya minta WHO dilibatkan agar mereka bisa memberikan pelatihan sehingga standardnya menjadi jelas," tegas presiden.
Dalam kesempatan berbeda Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengungkapkan proses produksi vaksin, baik itu vaksin covid-19 maupun virus lain pasti dilakukan secara bertahap dan melalui berbagai proses yang sangat ketat. Hal tersebut sudah menjadi standard demi menjamin keamanan vaksin tersebut.
Bahkan saat sudah mendapat izin edar, keamanan vaksin terus diawasi oleh berbagai lembaga, di Indonesia, hal tersebut dilaksanakn oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Dalam kasus luar biasa seperti pandemi covid-19, industri kesehatan berupaya mempercepat proses penemuan vaksin, namun tidak meninggalkan prinsip kehati-hatian dan keamanan. Membuat vaksin itu sulit, bahkan lebih sulit daripada membuat obat baru, karena konsepnya untuk pencegahan. Vaksin diberikan untuk orang yang sehat, jadi keamanan itu nomor satu.” terang Dirga.
Dengan proses produksi yang sangat ketat, ia menyebut bahwa vaksin amat jarang menimbulkan efek samping.
"Data kesehatan menunjukkan bahwa 95% efek samping vaksin bersifat ringan atau lokal, dan tidak menimbulkan fatalitas. Kadang-kadang vaksin menyebabkan demam tapi tidak perlu khawatir karena demam adalah tanda bahwa vaksin tersebut bekerja menstimulasi sistem kekebalan,” ungkapnya.
WHO mengkategorikan vaksin sebagai salah satu dari sepuluh Greatest Public Health Achievements. Setelah ditemukan vaksin, terjadi penurunan penyebaran penyakit secara signifikan.
Baca juga: Jamu Tahanan, Kajari Jakarta Selatan Siap Diperiksa Komjak
Artinya, vaksin sangat efektif menekan penyebaran penyakit tertentu.
"Salah satu kesuksesan fenomenal penekanan penyakit melalui imunisasi adalah pencegahan penularan smallpox atau cacar," tandasnya. (OL-6)
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Seiring dengan merebaknya kasus mpox, muncul banyak spekulasi yang menghubungkannya dengan vaksin covid-19.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved