Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Soal Reshuffle Jokowi Mainkan Toto Kromo Ngewongke Wong

Muhamad Fauzi
09/7/2020 16:40
Soal Reshuffle Jokowi Mainkan Toto Kromo Ngewongke Wong
Presiden Jokowi dan Ketua umum Relawan Jokowi (ReJO) HM Darmizal MS(Istimewa)

KETUA umum Relawan Jokowi (ReJO) HM Darmizal MS menilai, di periode kedua kepemimpinannya, ada perubahan terhadap Joko Widodo. Periode pertama, Jokowi lebih banyak action dalam bekerja. Tanpa banyak bicara mantan Walikota Surakarta itu langsung mengganti menteri yang bekerja lemot dan minim prestasi. 

"Pada periode pertamanya, Presiden Jokowi tidak segan-segan mengganti menteri yang tidak berkompeten dan tangkas dalam bekerja," kata Darmizal, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/7)

Saat itu lanjut Darmizal, hasilnya terlihat nyata. Pembangunan dalam segala hal terlihat bergerak begitu cepat. Terutama sektor infrastruktur. Hal itu diakui oleh Datok Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia, yang menyebut "untuk pertama kalinya kita tertinggal dari Indonesia dalam pembangunan".

"Namun pada periode kedua ini, Jokowi lebih lembut dan halus seperti orang Solo yang penuh toto kromo dan ewuh pakewuh. Presiden terlihat lebih ingin mengajak anak buahnya sebagai team work handal punya pandangan dan semangat yang sama, yaitu sense of crisis terhadap keadaan terkini dimasa pandemi Corona yang belum mereda," ungkap Darmizal.

Alumni UGM ini menilai, arahan Presiden Jokowi atas hal yang sama secara berulang dalam waktu berdekatan, yakni pada 18 Juni diunggah 28 Juni dan pengarahan "ganti channel pada 7 Juli" adalah suatu pertanda kuat tidak jalannya arahan pertama. Sehingga Jolowi turun langsung berhadapan dengan pejabat eselon 1 kementerian yang punya dana besar.

"Pidato presiden Jokowi pada 18 Juni dan 7 Juli terasa sebagai lonceng kematian bagi para menteri yang lemot dan minim prestasi. Ungkapan presiden tersebut adalah sinyal kuat atau penegasan perlunya pembantu beliau menciptakan tradisi baru, yaitu mundur atau berhenti sebelum diberhentikan," tegas Darmizal.

Lebih lanjut dijelaskan Darmizal, seorang menteri sebagai orang yang mengerti dan pelaksana teknis harus lebih peka melihat bahasa tubuh presiden. Menteri, harus responsif tanpa perlu menunggu arahan apalagi perintah.

"Presiden Jokowi telah menjalankan toto kromo 'ngewongke wong' atau memuliakan orang. Beliau tidak ingin terkesan grasa grusu untuk memecat menterinya dimasa sulit. Oleh karnanya, sudah semestinya menteri menjawab dengan bijak, budaya tahu diri atau tahu diuntung, yaitu berhenti menjadi beban presiden dan mundur," tambahnya.

Masih menurut Darmizal, mundur dari jabatan adalah sangat bijak. "Akan jauh lebih terhormat daripada diberhentikan atau dipecat melalui reshuflle kabinet," ujar mantan Pimpinan Komisi Pengawas Partai Demokrat ini.

Ditambahkan Darmizal, mestinya arahan presiden yang berulang tersebut dijawab dengan kinerja atau menyerahkan kembali jabatannya. Hal itu, dilakukan agar presiden punya waktu lebih cepat untuk memilih orang yang lebih berkompeten kemudian berlari kencang sebagai pembuktian bahwa mereka punya sense of crisis dan sanggup bekerja dengan prestasi.

"Saya sepakat dengan yang disampaikan pengamat politik dan hukum dari Univertas Nasional (Unas) Jakarta, Saiful Anam yang mengatakan bahwa tepat sekali reshufle adalah obat pahit yang manjur bagi Jokowi saat ini," pungkas dia. (OL-13)

Baca Juga: Pengamat: Reshuflle, Obat Pahit Terbaik Jokowi Menuju New Normal



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik