Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
ANGGOTA Dewan Pers Agus Sudibyo meyakini disrupsi yang terjadi dalam media mainstream tidak akan menghancurkan industri tersebut.
Pasalnya, publik dan pengiklan saat ini sudah mulai kembali melirik media untuk mencari informasi dan berbisnis.
“Disrupsi tidak akan total. Akan terjadi keseimbangan baru antara media konvensional dan media sosial,” katanya dalam diskusi daring bertajuk ‘New Equilibrium: Fajar Baru untuk Media Jurnalistik’, Rabu, (1/7)
Harapan baru ini bermula kegagalan media sosial mengontrol mesin-mesinnya untuk tidak menyebarkan pesan yang mengadung ujaran kebencian, semangat permusuhan, terorisme, dan rasialisme. Akibatnya sejumlah perusahaan besar internasional seperti Unilever dan Starbucks menghentikan kerja sama penayangan iklan di Facebook dan Youtube.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, fenomena pencabutan iklan tersebut mengoreksi apriori banyak pihak mengatakan media mainstream akan ketinggalan dari media sosial.
Kenyataannya, tambah Agus, publik dan pengiklan membutuhkan media konvensional sebagai suatu hal yang tidak bisa dilayani media sosial terutama dalam hal verifikasi sumber berita. “Para pengiklan mulai khawatir dengan berbagai aktivitas media sosial seperti FB dan youtube. Karena itu mereka mulai kembali beralih ke media konvensional,” jelasnya.
Dengan situasi ini, media konvensional harus menunjukkan kembali jati dirinya sebagai penyedia informasi yang lengkap. Media konvensional, tambahnya, sebaiknya menghindari berita desas-desus yang selama ini menjadi andalan media sosial. “Masyarakat akan butuh informasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kelemahan media sosial bisa jadi kekuatan media konvensional terutama dalam memberikan informasi yang lengkap,” ujarnya.
Sementara itu, editor senior The Jakarta Post Endi Bayuni menyebutkan, sejumlah platform media sosial seperti Facebook dan Google sudah memulai kerja sama dengan media mainstream untuk fact checking. Hal ini dilakukan agar para penguasa media sosial itu tidak ditinggal para pelanggannya. “Namun kita melihatnya ada upaya dari Facebook dan Google untuk men-share revenue mereka dengan media mainstream,” ungkapnya.
Bagi Endi, kedua platform tersebut melihat Indonesia merupakan pasar yang cukup besar bagi produk mereka. “Karena itu mereka tentu akan perhatikan lingkungan di Indonesia,” jelasnya.
Wartawan senior Bambang Harymurti menyebutkan, fenomena kerja sama FB dan google tersebut sebagai indikasi yang baik bagi dunia jurnalistik di Indonesia. “Good business dan good journalism harus berjalan bersamaan dan jangan bertolak belakang,” katanya. (OL-8)
Broadcast: Jangkau audiens masif! Pelajari definisi, strategi, dan cara efektif sebarkan informasi secara luas. Raih perhatian maksimal!
Di tengah arus informasi yang begitu deras, generasi muda harus memiliki kemampuan literasi media yang kuat agar dapat mencerna informasi dengan cerdas.
Media memiliki pengaruh sangat besar terhadap keberhasilan agensi PR.
Media lokal Catalunya Radio menyatakan Marc Andre ter Stegen bercerai karena Daniela Jehle main gila alias selingkuh. Daniela diisukan berselingkuh dengan pelatih fisik pribadinya.
Nama sembilan anggota Dewan Pers periode 2025-2028 tersebut akan diajukan ke Sekretariat Negara untuk ditetapkan dalam Surat Keputusan Presiden.
Artikel yang digarisbawahi oleh Millie Bobby Brown mengkritik rambutnya, wajahnya, tubuhnya, dan gayanya sembari menekankan bahwa aktris itu terlihat lebih tua ketimbang usia sebenarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved