Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PEMERINTAH dihadapkan pada pilihan dilematis terkait keberadaan eks kombatan IS yang sebelumnya berstatus warga Negara Indonesia (WNI). Opini publik terbelah menyikapi isu eks kombatan IS tersebut, ada yang memerima, tak sedikit pula yang menolak.
Pakar Terorisme Universitas Indonesia, Ridlwan Habih mengatakan, pemerintah harus bisa mencari jalan tengah soal polemik itu. Ia mengusulkan, eks kombatan IS yang dipulangkan ke Indonesia hanya wanita dan anak-anak.
"Kita usulkan karena resikonya lebih kecil. Wanita yang lemah dalam arti dipastikan tidak masuk kategori militan. Kemudian kenapa anak-anak, karena masih bisa ditulis ulang pemikirannya dengan konseling psikologis," paparnya pada diskusi Crosscheck Medcom.id bertajuk Menimbang Kombatan ISIS Pulang di Jakarta, Minggu (9/2).
Pada kesempatan itu juga hadir juga Anggota Komisi I DPR RI Fraksi NasDem Willy Aditya, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin dan Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
Ridlwan menjelaskan, perempuan yang dipastikan tidak militan dan anak-anak sangat tepat menjadi pilihan untuk dipulangkan. Hal itu masuk dalam kategori kemanusiaan dan juga rendah risiko ancaman keamanan
Baca juga : Negara Tutup Pintu untuk WNI Eks-IS
Menurut dia, pemerintah menghadapi risiko besar bila menolak masuk seluruh eks kombatan IS. Mereka akan berusaha masuk ke Indonesia lewat jalur tikus.
Hal itu karena IS semakin terdesak dan kamp pengikut IS segera dibubarkan. Sehingga penduduknya akan berusaha kembali pulang ke tanah kelahiranya masing-masing, termasuk Indonesia. Bila jalan pulang itu bisa mereka dapatkan akan menjadi ancaman keamanan dalam negeri.
"Ini jauh lebih berbahaya ketimbang membawa pulang dengan pengawasan ketat. Kemudian juga ada risiko HAM dengan munculnya kecaman dari dunia internasional," jelasnya.
Ridlwan menjelaskan risiko lain berasal dari ranah politik. Pemerintah akan mendapatkan serangan dengan alasan tidak mampu melindungi warganya sehingga berstatus tanpa tempat tinggal.
"Kritik terutama dari oposisi yang akan mengatakan tidak membela WNI, tidak membela muslim, orang tua dan anak anak, karena kritik ini saya sudah melihat, kami sudah melihat datanya sudah mulai muncul," katanya.
Sementara bila pemerintah memulangkan seluruhnya, kata dia, maka ancaman keamanan memuncak. Alasannya Indonesia belum mempunyai prosedur deteksi ideologi.
Baca juga : Pemulangan WNI Eks-IS Harus Mengacu pada UU Terorisme
"Mereka tidak bisa hanya menulis misalnya surat pernyataan di atas kertas saya sudah pro-NKRI, saya pro-pancasila, kemudian tanda tangan. Karena mereka sangat mungkin berbohong sesuai ajaran IS yaitu boleh berbohong di depan musuh," paparnya.
Kemampuan berperang di Suriah, lanjut dia, akan menjadi sasaran rekrutmen kelompok teroris di dalam negeri atau melakukan teror sendiri.
"Alumni Suriah sangat didengar di bawah tanah kelompok teroris, berbeda dengan orang yang blm pernah berangkat," ujarnya.
Selain deteksi ideologi, Ridlwan mengatakan sistem deradikalisasi juga belum bisa diharapkan menekan potensi penganut terorisme sembuh.
"Bahkan yang dari dalam penjara misalnya masih banyak ditemukan mantan napi kembali beraksi. Itu seperti pelaku bom Thamrin 2016, Yayat Cicendo 2017 dan Gereja Surabaya," pungkasnya. (OL-7)
PEMERINTAH Indonesia terus melanjutkan proses evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari kawasan konflik. 54 WNI dari Iran
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengungkapkan sebanyak 68 dari total 97 Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah dievakuasi dari Iran masih menunggu jadwal pemulangan ke Tanah Air.
Pentingnya mengikuti perkembangan situasi keamanan, mematuhi arahan dari otoritas setempat, serta menghindari wilayah yang menjadi target strategis dalam konflik antarnegara.
RENCANA pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel menghadapi sejumlah tantangan di lapangan.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) dan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Phnom Penh telah memulangkan jenazah seorang warga negara Indonesia (WNI) berinisial MF dari Kamboja pada Rabu (18/6).
Pemerintah Indonesia menetapkan status Siaga I bagi wilayah Iran dan bersiap mengevakuasi WNI yang bersedia.
HAMAS dilaporkan telah menewaskan lebih dari 50 anggota kelompok bersenjata Palestina di Jalur Gaza. Kelompok tersebut ditengarai mendapat dukungan dari Israel.
PEMERiNTAH Israel dikabarkan mempersenjatai kelompok milisi lokal terkait ISIS di Jalur Gaza sebagai bagian dari strategi untuk melawan Hamas.
CITRA satelit dan video yang dilihat surat kabar Israel Haaretz menunjukkan bahwa geng kriminal terkait ISIS yang didukung Israel itu telah memperluas kehadirannya di Jalur Gaza selatan.
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa pemerintahnya memasok senjata kepada kelompok bersenjata di Jalur Gaza, Palestina, yang menentang Hamas.
PEMIMPIN oposisi Israel Avigdor Lieberman menuduh pasukan Israel, atas persetujuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mempersenjatai keluarga kriminal di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved