Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
MANTAN Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Mahfud MD menegaskan, umat Islam tidak perlu ngotot untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Karena secara perlahan Indonesia akan bergerak menjadi negara Islami.
"Berbeda antara negara Islam dengan negara Islami. Islami artinya lebih menunjuk pada sifat. Karena ada negara Islam yang tidak Islami dan ada negara bukan negara Islam tetapi Islami," kata Mahfud MD saat pembukaan pameran Masa Depan Islam di Indonesia yang diselenggarakan Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada, Universitas Islam Indonesia, Senin (15/7).
Mahfud MD lebih lanjut mengatakan keyakinannya itu dilandasi perkembangan Islam di Indonesia sejak dari zaman sebelum kemerdekaan hingga sekarang dan prediksi ke depan. Menurut Mahfud, negara yang Islami ini bercirikan antara lain masyarakat dan pemerintahnya yang jujur, taat hukum dan sebagainya. Ajaran Islam, lanjutnya, ke depan akan menjadi bagian dari lifestyle masyarakat Indonesia. Meski kebanyakan dari mereka tidak menyatakan diri sebagai Islam tetapi nilai-nilai Islam itu akan melandasi berbagai
aktivitas.
Karena itu, katanya, menyambut masa depan Islam di Indonesia adalah hal yang posisif dan berkeyanikan bahwa ke depan Islam akan menjadi pedoman
yang banyak dipegang oleh masyarakat Indonesia.
Mahfud lebih lanjut mengungkapkandalam perkembangannya saat ini sudah banyak tokoh Islam yang memegang posisi tinggi di negeri ini. Padahal, lanjutnya, pada awal kemerdekaan umat Islam hanya menjadi warga kelas dua. Bahkan, lanjutnya hingga tahun 1970-an masih ada anggapan semacam ini. Tidak ada santri yang dapat menduduki jabatan secara luas. Santri sebagai bagian dari umat Islam selalu menjadi lulusan madrasah, kalaupun kemudian mengikuti pendidikan tinggi, arahnya di IAIN.
"Jabatannya pun kalau tidak modin ya naib, guru agama atau dosen IAIN atau pejabat di lingkungan Departemen Agama," tambahnya.
Menurut Mahfud, semasa kuliah termasuk di Universitas Islam Indonesia pun, para dosen wanita tidak ada yang mengenakan jilbab. Namun, saat sekarang ini baik dosen maupun mahasiswinya banyak yang mengenakan jilbab dan menjadi bagian dari gaya hidupnya. Dulu lanjutnya, TNI maupun Polri dianggap sebagai institusi yang
menyeramkan, namun kini banyak kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh kedua institusi tersebut.
"Polda DIY saja, termasuk yang sering mengadakan mujahadah. Dan di kediaman Kapolri Jenderal Tito Karnavian, setiap hari Rabu digunakan
untuk pengajian ibu-ibu," terangnya.
Oleh karena itu, Mahfud optimistis Islam akan menjadi gaya hidup di Indonesia.
"Indonesia tidak perlu menjadi negara Islam, karena akan menjadi negara yang Islami," tegasnya lagi.
Pameran yang diselenggarakan di Gedung Universitas Islam Indonesia Jalan Cik Ditiro ini akan berlangsung hingga 15 Agustus mendatang.
baca juga: Kalteng Siap Kembangkan Peternakan Sapi 20 Ribu Ekor
Direktur Eksekutif Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada, Hadza Min Fadhli Robby dalam sambutannya mengatakan kajian tentang masa depan Islam di Indonesia saat ini sedang ramai diperbincangkan terutama di ranah akademik. Sejak wacana ini digelontorkan, lanjutnya, masyarakat sipil dan pemerintahan di Indonesia, terus memperkenalkan beberapa konsep semisal Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan.
"Beberapa pendapat menyebutkan Indonesia akan menjadi model pertemuan Islam, kemajuan ekonomi dan perkembangan demokrasi yang positif," ujarnya.
Di sisi lain, pameran ini diharapkan akan menjadi penyegar di tengah hiruk pikuk yang tak usai tentang pemilu dan Islam politik. (OL-3)
Jaga NKRI! Temukan tantangan persatuan & strategi memperkuatnya. Artikel ini wajib dibaca untuk Indonesia yang solid!
Pada eklarasi tersebut, sekitar 1.400 orang perwakilan mantan anggota Jamaah Islamiyah siap kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mantan narapidana teroris dan pengikut kelompok Jamaah Islamiyah (JI) wilayah Sulawesi menyatakan membubarkan diri dan kembali bergabung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
PERAN aktif generasi muda dalam proses pembangunan harus terus ditingkatkan dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam empat konsensus kebangsaan yang kita miliki.
Inche Abdoel Moeis adalah pejuang nasionalis tanpa pamrih, yang berjuang dari Kalimantan Timur dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II Pemuda Katolik menggarisbawahi tentang kesatuan NKRI
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved