Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Saatnya Bersatu Majukan Negeri

Gaudensius Suhardi, Sabam Sinaga, Henri Siagian, Eko Rachmawanto, Rudy Polycarpus, Ramdani, dan Muhammad Zen
27/5/2019 07:30
Saatnya Bersatu Majukan Negeri
Saatnya Bersatu Majukan Negeri(MI/RAMDANI)

SETELAH Pemilu Serentak 2019 usai, Presi­­­den Joko Widodo mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bekerja keras membangun dan memajukan negeri ini. Rakyat berharap negara kita lebih maju, ekonomi menguat, kesejahteraan semakin baik, dan semakin berkeadilan.
Presiden Jokowi kembali menyampaikan hal itu kepada wartawan Media Indonesia dan Mediaindonesia.com Gaudensius Suhardi, Sabam Sinaga, Henri Siagian, Eko Rachmawanto, Rudy Polycarpus, Ramdani, dan Muhammad Zen dalam wawancara khusus di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/5).
Berikut petikannya.

Di periode kedua pemerintahan, Anda menga­takan memimpin tanpa beban.
Karena tidak bisa nyalon lagi, jadi ringan untuk membuat terobosan. Dulu kan masih dihitung (per­timbangan) politiknya, sekarang enggak usah. Terobosan yang kita lakukan untuk Indonesia ma­ju dan membangun negara ini. Saya pikir (arah­nya) ke sana seperti reformasi birokrasi, per­pajakan, dan perizinan. Sudah lima tahun ­ki­ta dorong habis-habisan, tetapi ya masih belum (mak­simal). (Di periode) kedua ini harus betul-betul kita selesaikan. Perizinan harus semakin memudahkan dan sederhana. Orang minta izin itu cepat dan tidak ada pungli.

Dengan selisih suara lebih dari 10%, apa itu mo­dal kuat memimpin?
Modal politik penting sekali dan (selisih) angka 16,9 juta sangat besar. Itu menunjukkan keperca­yaan rakyat yang telah melihat 5 tahun kemarin. Kehendak rakyat itu tecermin dalam pilpres.

Kekuatan (koalisi) di DPR sekitar 60% (tepatnya 62,01%). Apa masih butuh tambahan lagi?
Ya, untuk memudahkan. Angka 60 (%) sudah gede banget. Memudahkan kita merevisi dan membuat undang-undang. Seperti tadi mempercepat perizinan, memudahkan investasi, atau pelayanan masyarakat jadi lebih cepat. Angka 60% itu besar, kalau mau ditambah, ya semakin baik.

Apakah perolehan pilpres sesuai target?
Dari kalkulasi kami 58%-62%.

Selain memimpin tanpa beban, Anda juga tidak memberi tempat bagi perusuh dan perusak NKRI. Sikap Anda ini juga tanpa beban?
Semua hal baik bagi negara ini kita kerjakan. Sa­ya sudah perintahkan cari operator perusuh ini, dalang di lapangan, sutradaranya dicari, mes­ki tidak mudah dicari (tertawa). Organisasinya bia­­sanya terputus.

Dalam konferensi pers terkait kerusuhan 22 Mei di Istana Merdeka, ekspresi Anda penuh percaya diri. Berbeda ketika menyikapi situasi (demonstrasi Pilkada DKI Jakarta) 2016. Kini, Anda lebih percaya diri?
Semua sudah ada hitungan dan kalkulasinya. Apalagi itu bisa dilihatlah dari wajah (saya) (tertawa).

Anda mengatakan ingin bertemu Prabowo. Apa sih kendalanya?
Tidak ada (kendala). Sejak pencoblosan saya sudah sampaikan ingin bertemu Pak Prabowo-Sandi. Sampai sekarang belum bertemu. Kalau ketemu lebih baik dilihat rakyat. Oh, ini elite-elite rukun, bawahnya jadi sejuk dan dingin. Saya membuka diri kepada siapa pun untuk bersama-sama memajukan negara, membangun negara ini. Masak saya ulang dan ditanya itu terus (tertawa).

Selama 5 tahun ini, pemerintahan Anda banyak melakukan pembangunan di berbagai daerah. Tapi melihat hasil pilpres, justru di daerah-daerah tertentu raihan suara Anda an­jlok.

Kita ini membangun negara, ya. Misalnya, membangun jalan, pelabuhan, airport, tol, dan pembangkit listrik enggak berpikir nanti dapat suara. Kalau ada yang menghargai dan mengapresiasi, silakan. Memang itu tugas kita membangun nega­ra. Enggak ada kalkulasi, wah saya membangun ja­lan nanti dapat suara. Enggak seperti itu.

Anda tetap mengusung konsep Indonesia-sen­tris?
Iya, terus dari Sabang sampai Merauke. Aceh sam­pai Papua.

Konsep Indonesia-sentris sudah berjalan. Bagaimana membangun Indonesia ketika masyarakat terkesan terbelah?
Saya tidak melihat ada yang terbelah. Kita baru melaksanakan pilpres dan secara psikologis masyarakat masih terbawa situasi. Saya rasa itu biasa. Di negara mana pun biasa. Yang paling penting, survei yang saya baca, 92% masyarakat menerima.

Saya melihat di bawah, yang petani sudah ke sawah, nelayan sudah melaut, yang  kantoran sudah ke kantor. Saya melihat hanya perbedaan pendapat yang hangat, seru, terutama di media sosial. Saya yakin kita tetap bersatu, tetap mencintai Indonesia, mencintai NKRI.

Semangat persaudaraan, kerukunan terus kita ingatkan. Dalam pertemuan apa pun saya selalu mengingatkan bangsa ini beragam, majemuk, banyak suku, agama, dan bahasa. Energi kita kan besar kalau bersatu.

Putusan Mahkamah Agung melarang HTI. Bagaimana tindak lanjutnya?
Kan sudah diputuskan MA. Putusannya sudah jelas. Kementerian terkait sudah tahu apa yang harus dikerjakan.

Ratusan petugas pemilu meninggal dan memicu wacana perubahan sistem pemilu.
Ya, silakan jika ingin mengubah (sistem pemilu). Mengevaluasi bersama pemilu kemarin, ya wajar. Pemerintah, DPR, dan MPR, evaluasi lagi, koreksi lagi. Kalau perlu dikoreksi, kita dengar keinginan rakyat.

Dalam 5 tahun ke depan fokus pemerintah SDM. Seperti apa konkretnya?
Lewat scalling, up scalling. Tenaga kerja kita sekitar 66% lulusan SD dan SMP. Itu harus kita upgrade lewat pelatihan vokasi agar memiliki skill bagus dan link and match dengan industri.

Sekarang tenaga dari industri swasta mengajar di SMK. Tahun ini sudah mulai praktisi melatih anak-anak kita. Sistem magang bagus untuk ­menaikkan skill.

Saya dapat keluhan dari Boyolali yang mencari 2.000 (tenaga kerja) dapatnya 200. Ada yang mencari 4.000 dapat 300. Ini karena belum ada link and match dengan pengguna. Kita menugasi Bappenas menghitung berapa kebutuhan tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi digital. Jadi, 10 tahun mendatang disiapkan dari sekarang. Arah dan kebutuhan menjadi jelas, betul-betul sebuah perencanaan SDM yang detail.

Saya diberi gambaran besarnya, tetapi saya maunya detail. Apa bidangnya, apa industrinya, berapa keluarannya, siapa penggunanya, dan berapa kebutuh-annya.

Kita bangun SDM di beberapa daerah, tetapi mereka memilih bekerja di tempat lain.
Itu yang kita maksudkan pemerataan agar sesuai dengan keunggulan daerah.
Misalnya di Danau Toba. Saya pikir SMK politeknik pariwisata menjadi kekuatan karena sesuai dengan pengembangan Danau Toba ke depan. Jangan sampai yang ingin dikembangkan daerah pariwisata, tetapi di situ SMK bangunan atau SMK mesin (tertawa). Banyak lho. Saya ­blusukan ke mana-mana. Ya, itu yang mau kita luruskan agar sesuai potensi daerah yang ingin dikembangkan.

Ada pesan enggak kepada masyarakat Indonesia khususnya pendukung 02?
(Tertawa) saya rasa kita ini sudah ­enggak boleh berbicara 01, 02. Putusan di KPU sudah jelas. Jadi, kita kembali bekerja keras membangun negara ini. Kerja keras bersama-sama memajukan negara ini. Seluruh rakyat berharap negara kita lebih maju, ekonomi menguat, kesejahteraan semakin baik, dan semakin berkeadilan. Itu harus kita penuhi bersama-sama.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya