Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Ma'ruf Amin Serukan Gerakan Ayo Mondok

Insi Nantika Jelita
06/2/2019 09:25
Ma'ruf Amin Serukan Gerakan Ayo Mondok
Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin (tengah) didampingi pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Itqon KH Ahmad Haris Shodaqoh (kanan) memberikan tausiah kepada santri saat berkunjung di ponpes tersebut di Semarang, Jawa Tengah, Senin (4/2).(ANTARA/AJI STYAWAN)

CALON wakil presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin menyerukan gerakan Ayo Mondok untuk regenerasi kiai dan ulama. Imbauan itu disampaikan saat berkunjung ke Pondok Pesantren Al Hidayat Krasak, Demak, Jawa Tengah, kemarin.

Hadir pada kesempatan itu, antara lain pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayat KH Misbakhul Munir, Rois Suriah PBNU KH Said Asrori, Rois Suriah PWNU Jawa Tengah KH Tubagus Ubaidillah, Ketua MUI Kabupaten Demak KH Asyiq, dan Ketua PCNU Kabupaten Demak KH Aminuddin. Hadir juga pimpinan pondok pesantren se-Demak, serta keluarga besar Pondok Pesantren Al Hidayat Krasak Demak.

Menurut Amin, bangsa Indonesia perlu menyiapkan generasi muda ulama, untuk nantinya menggantikan ulama generasi pendahulunya. Regenerasi ulama melalui gerakan Ayo Mondok ini penting dilakukan. "Mari kita dukung upaya para ulama mendirikan pesantren. Kepada para orangtua, ayo mengirim anak-anaknya ke pesantren. Saya setuju sekali dengan gerakan Ayo Mondok," ucapnya.

Ia mengimbau para orangtua agar mengirimkan anak-anak mereka yang cerdas untuk dididik di pondok pesantren. "Anak-anak yang yang cerdas dididik di pondok pesantren, nantinya diharapkan dapat membawa perubahan pada pembangunan negara," ujarnya.

Kalau anak-anak yang kecerdasannya terbatas di kirim ke pondok pesantren, ia khawatir tidak akan membawa perubahan. "Anak-anak yang dididik di pondok pesantren sebagai santri, nantinya bisa jadi apa saja. Bisa jadi ulama, usahawan, kepala daerah, dan bahkan pemimpin nasional," tuturnya.

Mustasyar PBNU itu menambahkan, santri yang akan menjadi ulama, kelak harus mampu membagikan dan menerapkan ilmunya bagi masyarakat. "Kalau orangtua memiliki dua atau tiga anak, salah satu anak harus dikirim ke pesantren. Anak yang dikirim ke pesantren hendaknya anak yang cerdas," imbuhnya.

Dia melihat banyak orangtua menyelamatkan anak-anaknya yang cerdas untuk menjadi dokter, insinyur, atau sarjana lainnya. Sebaliknya, yang tidak cerdas baru dikirim ke pesantren. "Jadi santri itu disebut 'kw-2'. Nantinya kalau jadi kiai, kiai bodoh. Padahal, kiai itu harus cerdas karena akan membimbing umat," tegasnya.

Kiai Ma'ruf Amin juga mengimbau para orangtua yang mengirim anaknya ke pondok pesantren karena sang anak tidak patuh, malas-malasan, dan mendapat nilai jelek di sekolah. "Apalagi kalau anak itu nakal susah dididik, lalu di kirim ke pondok pesantren, akhirnya pondok pesantren jadi bengkel anak nakal," tambahnya.

Pada kesempatan tersebut, KH Ma'ruf Amin mengimbau semua pihak untuk mendukung gerakan Ayo Mondok di pondok-pondok pesantren sebagai generasi penerus ulama yang berkualitas.

Kader penerus
Selanjutnya, saat bersilaturahim ke Pondok Pesantren Al-Itqon, Kota Semarang, Amin meminta para ulama NU untuk menyiapkan kader penerus sebagai salah satu bentuk tanggung jawab keagamaan. "Ulama mempunyai tugas ganda (selain tanggung jawab keagamaan dan kenegaraan), yakni menyiapkan kader penerus, melanjutkan."

Di hadapan pengasuh Ponpes Al-Itqon KH Ahmad Haris Shodaqoh dan ribuan santri, Amin menceritakan sejarah NU. Ia mengimbau para kader siap menghadapi upaya yang ingin menggerus keberadaan NU di Indonesia.

Selain Demak dan Kota Semarang, Amin juga bersilturahim ke Ponpes Al-Fadlu Kabupaten Kendal yang diasuh KH Dimyati Rois. Ia juga melaksanakan konsolidasi dengan kiai struktural dan kultural NU se-Jateng. (Ant/P-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya