Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
PESERTA Pemilu 2019 perlu cara jitu untuk mendulang suara kaum milenial. Ada lima prinsip yang perlu digunakan saat berkampanye bagi caleg maupun capres dan cawapres.
CEO Alvara Research Center Hasanudin Ali menjelaskan, pertama harus memperhatikan bahasa yang kerap digunakan para pemilih. Seperti bahasa-bahasa yang bertebaran di media sosial.
"Kampanye yang digunakan harus menggunakan bahasa-bahasa yang praktis, tidak boleh janji-janji yang mengawang dan seterusnya," kata Hasanuddin dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat (20/10).
Kedua, peserta politik harus autentik apa adanya. Menurut Hasanuddin, penampilan karakter tidak boleh pencitraan. "Seperti wanita, bedak jangan terlalu tebal, para milenial tidak suka. Lebih suka apa adanya.''
Ketiga ialah pembaharuan. Hasanuddin mengatakan sesuatu yang disampaikan para calon harus memiliki unsur kejutan untuk para milenial.
Generasi milenial suka dengan kejutan yang tak terpikirkan sebelumnya. Dia mencontohkan Presiden Joko Widodo yang menggunakan moge dalam video pembuka Asian Games 2018. "Keempat interactivity atau harus interaktif, cara kampanye harus dialogis tidak statis atau monoton. Milenial tak suka kampanye dengan sistem satu arah," ujar Hasanuddin.
Terakhir, kreativitas. Peserta Pemilu 2019 harus kreatif dalam berkampanye. Seperti menggunakan meme atau tipografi yang menarik."Cara ini menentukan karena pemilih milenial sangat menentukan nasib Indonesia. Berdasarkan persentase ada 43% pemilih yang berumur 17-30 tahun."
Dalam survei Alvara ada 22% kaum millenial menyukai pemberitaan politik. Adapun 70% lainnya, pemuda berusia 21-35 tahun tersebut lebih menyukai pemberitaan lifestyle, musik, IT, maupun film.
Cara sendiri
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya menilai generasi milenial punya cara sendiri menilai pemimpin yang pantas dipilih. Usia diyakini bukan satu-satunya ukuran para generasi milenial memilih pemimpin.
"Tipologi pemilih kita sebenarnya sentris. Dia tidak mesti oleh anak muda pilih anak muda. Tipologi pemilih kita itu cair," ucap Willy.
Menurut Willy, sikap politik pemilih millenial cenderung sulit diprediksi. Permasalahannya tinggal pemimpin atau partai partai politik bisa atau tidak mengakomodasi suara mereka.
"Anak-anak muda biasanya preferensinya suka dengan hal-hal yang baru. Kita minta teman-teman (ka-der) update dengan hal-hal yang sama," jelas Willy.
Partai NasDem, kata dia, akan selalu mengakomodasi generasi milenial. NasDem berupaya menyesuaikan apa yang menjadi kebutuhan mereka. "Jadi kita menghadirkan apa yang menjadi preferensi mereka terus gaya bahasa, pola komunikasi, pola ke-giatannya. Maka kemudian kita gunakan hal seperti itu," ujarnya.
Seperti diketahui, kompetisi politik elektoral 2019 diperkirakan akan didominasi generasi milenial. Berdasarkan proporsi usia pemilih, Pemilu 2019 akan diikuti sekitar 40% pemilih usia 17-35 tahun. Itu artinya generasi milenial akan turut mewarnai peta dukungan politik 2019, bahkan akan menentukan siapa calon presiden Indonesia mendatang.
Karakter mendasar yang membedakan generasi X (36 tahun-55 tahun) maupun generasi baby boomers (55 tahun ke atas) dengan generasi milenial (17 tahun-35 tahun) ialah melek informasi dan terkoneksi (connected) melalui jejaring media sosial digital, yang terhubung melalui internet. (P-1)
Surat dari DPP PDIP dibutuhkan untuk menyelesaikan perbedaan tafsir terkait penetapan caleg yang sudah meninggal pada Pamilu 2019. Dia juga menjelaskan surat balasan dari MA.
Yasonna keluar dari Gedung Merah Putih KPK sekitar pukul 16.45 WIB. Jalur pulang dia berbeda dengan saksi lainnya.
Sidang akan digelar pada hari Senin (24/2) pukul 13.30 WIB di Kantor Bawaslu Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.
Selain itu, Jokowi mengatakan, NasDem selalu konsisten mendukung dirinya saat bersama Jusuf Kalla maupun kini dengan KH Ma'ruf Amin.
Revisi UU Pemilu perlu disegerakan agar penyelenggara pemilu mempunyai waktu yang cukup dalam melakukan proses sosialisasi dan tahapan Pemilu 2024.
Peserta sekolah legislatif akan mendapatkan berbagai materi pelajaran tentang kedewanan sebanyak 40%, kepartaian 30%, dan pembangunan karakter 30%
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved