Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
MUSABAQAH Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-27 Tahun 2018 kini tengah diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara. Wakil Ketua DPD RI Darmayanti Lubis lalu berpendapat nilai sosial keagamaan dan persatuan nasional yang melekat dalam MTQ akan mendorong upaya bersama membangun Generasi Emas 2045.
"Yaitu generasi yang dibangun di atas pondasi keimanan dan ketakwaan, keluarga yang kokoh, kehidupan berbangsa yang demokratis, egaliter, dan jauh dari kekerasan, serta pondasi pendidikan yang berkarakter, mampu membentuk generasi jujur, amanah, toleransi, dan bertanggung jawab," ucap Darmayanti, dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/10).
MTQ dan seni membaca Al-Quran merupakan manifestasi budaya Islam yang telah hidup mengakar dan tumbuh subur dalam budaya Nusantara.
"Kita lihat MTQ telah membudaya pada masyarakat, mulai tingkat lokal, daerah hingga nasional. Kemeriahan pelaksanaan MTQ Nasional yang diadakan bergiliran di berbagai daerah tidak saja menguatkan syiar ajaran Al-Quran namun juga meneguhkan persatuan nasional dan ukhuwah Islamiyah serta jalinan integritas antara pemerintah pusat dan daerah," kata Darmayanti.
Penyelenggaraan MTQ kali ini disambut meriah di Medan. Sebab, penyelenggaraan terakhir MTQ di Medan berlangsung 47 tahun lalu yakni pada MTQ Nasional ke-4 tahun 1971.
"Sungguh membahagiakan bagi masyarakat Medan dan Sumatera Utara. Lama kita menantikan momen ini. Karenanya mari kita tunjukkan bahwa kita bisa menjadi tuan rumah yang baik dalam menyambut dan melayani kafilah dari seluruh provinsi," ucap Darmayanti Lubis antusias saat menghadiri pembukaan MTQ bersama Presiden Joko Widodo di arena utama Astaka, Jalan Williem Iskandar, Medan, Minggu (7/10) malam.
Selain rangkaian musabaqah (perlombaan), MTQ Nasional yang diikuti 1.555 peserta dari 35 provinsi ini juga melangsungkan berbagai kegiatan pendukung berupa parade seribu hafidz, seminar penggalian seni budaya Islam berbasis Al-Quran, pawai kendaraan hias, pameran, dan bazar. Rangkaian kegiatan MTQ Nasional berlangsung pada 4-13 Oktober 2018 dengan mengusung tema "MTQ Mewujudkan Revolusi Mental Menuju Insan yang Qurani".
Seni membaca Alquran (tilawah) dan MTQ tidak bisa dilepaskan dari perkembangan masyarakat Islam di Sumatera Utara. Dalam penelitian yang dilakukan LPTQ Nasional tahun 1994, Sumatera Utara memiliki jasa besar dalam perintisan budaya seni baca Al-Quran di Tanah Air.
Ini terbukti dari catatan bahwa lomba membaca Al-Quran pertama kali diadakan di Asahan Sumatera Utara, pada 1946. Pada saat itu, Ustaz Muhammad Ali Umar, pimpinan Persatuan Islam Kampung Bunga Asahan, dalam memeriahkan maulid Nabi melaksanakan lomba baca Al-Quran yang dihadiri 300 orang.
Selain itu, Radio Republik Indonesia (RRI) Medan dan RRI Makassar, sejak tahun 1960-an rutin menyelenggarakan Pekan Tilawatil Qur’an (PTQ) yang biasa berlangsung pada bulan Ramadan.
Dari rintisan PTQ tersebut, MTQ Nasional pertama kali diselenggarakan di Ujungpandang, Sulawesi Selatan, pada 1968. Sejarah juga mencatat, Provinsi Sumatera Utara bersama Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat, menjadi motor sejarah lahirnya pelembagaan MTQ Nasional pada 1976. Dengan demikian, lumrah jika masyarakat Islam di Sumatera Utara sejak dahulu hingga sekarang akrab dengan pengembangan seni baca Al-Quran.
Darmayanti pun berpendapat bahwa pemerintah tak bisa hanya melihat MTQ dalam perspektif pembinaan kehidupan beragama semata karena pada kenyataannya MTQ ikut memberi pengaruh signifikan dalam peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan, khususnya di daerah. Tidak heran jika banyak daerah yang mengajukan diri menjadi tuan rumah pelaksanaan MTQ Nasional.
"MTQ bukan sekadar lomba tapi keinginan kuat umat Islam dan pemerintah untuk meneguhkan semangat kebangsaan atas nilai-nilai keimanan dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat," kata senator asal Sumatera Utara itu. (X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved