Prabowo Meminta Kepastian SBY

M Taufan SP Bustan
30/7/2018 08:28
Prabowo Meminta Kepastian SBY
(ANTARA/DHEMAS REVIYANTO)

PERTEMUAN lanjutan Ke­tua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hari ini masih membahas kepastian koalisi dan dukungan Demokrat di Pilpres 2019.

Hal itu dikemukakan Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Ferry Juliantono kepada Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

“(Pertemuan ini) yang pasti membahas pilpres termasuk juga arah dan dukungan Demokrat kepada Gerindra nanti,” kata Ferry.

Menurut Ferry, pertemuan di kediaman Prabowo di Jl Kartanegara IV, Selong, Jakarta Selatan, itu tidak tertutup kemungkinan membahas pula calon pendamping Prabowo. “Saya pikir semuanya dibahas.”

Ferry meminta semua pihak menunggu keputusan final antara Prabowo dan SBY hari ini. Apakah Demokrat benar-benar berlabuh ke kubu Prabowo dengan tetap mengharapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres Prabowo atau justru Demokrat me­­milih keluar. “Tunggu saja, ya.”

Ketua Divisi Media dan Publik DPP Partai Demokrat Imelda Sari me­ngatakan seyogianya pertemuan kedua ketua umum partai tersebut berlangsung kemarin. “Iya, ditunda menjadi hari ini karena kemarin Pak SBY masih rapat terkait Pilpres 2019. Termasuk bagaimana arah dukungan politik Demokrat.”

Hari ini pun SBY dijadwalkan menggelar pertemuan dengan pe­tinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan agenda persiapan men­jelang pilpres. Sebagaimana dikemukakan anggota Dewan Syuro PKS Refrizal. “Pasti membahas soal itu. Semo­ga bisa menghasilkan capres dan cawapres yang tepat. PKS masih te­­rus bertahan.”

Dalam menanggapi keputusan Forum Ijtima dan Tokoh Nasional Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPFU) Jumat (27/7) yang merekomendasikan Prabowo sebagai capres dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri cawapres, menurut Refrizal, keputusan itu merupakan harapan besar bagi PKS.

“Aspirasi ulama harus dibahas bersama Gerindra, PAN, dan Demokrat. Kami tidak mau mendahului Prabowo dan Salim,” ungkap Refrizal.

Dua kutub oposisi
Saat mencermati dinamika pen­capresan di kubu Gerindra, pengamat politik sekaligus Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari menilai Prabowo berada di posisi sangat dilematis.

“Di satu sisi SBY meminta AHY se­bagai cawapresnya Prabowo. Pa­da sisi lain, Prabowo tidak mudah menerima hal itu. Prabowo harus memilih cawapres dari koalisi awalnya. Apalagi setelah ijtima ulama GNPFU meminta cawapres Prabowo adalah Salim Segaf Al-Jufri. Ini berdampak kepada dukungan kepada nya di Pilpres 2019,” kata Qodari.

Qodari menyarankan Prabowo tetap pada koalisi awalnya dengan PKS dan PAN. “Sekarang ada dua kutub partai oposisi. Kutub perta­­ma motornya Prabowo dan kedua ada­lah SBY. Agenda utama SBY men­jadikan AHY sebagai cawapres. Kalau itu ditolak Gerindra, bukan tidak mungkin SBY akan membangun koalisi sendiri dengan PKS dan PAN. Capresnya mungkin bisa Gatot Nurmantyo atau Anies Baswedan.”

Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat, Sunanto, menilai wacana koalisi Prabowo sangat simpang siur dan terlalu dinamis.

“Baik itu PKS, PAN, bahkan De­mo­krat yang mengaku bergabung di kubu Prabowo belum menunjuk­kan dukungan konkret. Bahkan ki­ni partai yang ada mengarah ke perpecahan. PKS seharusnya bisa legowo bila (kader mereka) enggak terpilih menjadi pendamping Prabowo. Legowo terus minta jatah menteri, kan bisa,” tandas Sunanto. (Dro/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya