Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
TIGA orang lulusan Akademi Militer (Akmil) menjadi calon penerbang wanita pertama TNI Angkatan Darat (AD). Saat ini mereka masih menjalani pendidikan di Pusdik Penerbad Semarang.
Ketiganya adalah Letda Cpn (K) Feny avisha S.TrHan, asal Jakarta, Letda Cpn (K) Tri Ramadhani, asal Lahat, dan Letda Cpn (K) Puspita Ladiba asal Medan. Seluruhnya Lulusan Akademi Militer 2017.
"Ini calon penerbang perempuan pertama, jumlahnya ada tiga orang dari Akmil. Wanita diberi kesempatan untuk bekerja jadi penerbang angkatan darat," terang Komandan Satuan Latihan Penerbangan Pendidikan (Dan Satlatbangdik), Pusdik Penerbad Letkol Dwi Cahyono Budiarto, Jumat (20/7) di Semarang.
Dijelaskan Dwi, peran Pusdik Penerbad dalam hal ini adalah mempersiapkan mereka agar nantinya bisa mengelola, memgoperasikan heli apache seperti calon penerbang lainnya. Semua siswa didik telah mengikuti seleksi dari tingkat pusat seperti bahasa inggris dan kemampuan penting lainnya bagi penerbang.
"Selama ini penerbang wanita masih unggul di teori, mereka sudah dididik mulai bulan April, sekitar tiga bulan,"kata Dwi.
Rani, salah seorang siswa wanita Pusdik Penerbad itu mengaku bangga menjadi lulusan Akmil yang merupakan angkatan pertama siswa penerbang wanita di Pusdik Penerbad.
"Sebelumnya belum ada. Ini peluncur yang pertama perwira penerbang. Yang melatar belakangi tes psikologi, lalu kita mengenal korps penerbangan dan kita menikmati. Kesulitan tentu ada, namanya perempuan belajar terbang pertama mengalami rasa takut,"kata Rani.
Perempuan asal Lahat, Sumatera Barat masuk Akmil pada 2013. Ia mengikuti pendidikan 4 tahun dan lulus 2017. Hingga saat ini ia menjadi siswa Pusdik Penerbad.
"Waktu pertama bawa pesawat itu sulit menyesuaikan, kita gemetar, takut sampai 10 jam lebih tidak bisa mengendalikan pesawat. Saya berpikir, saya perwira banyak anggota, kalau, jadi harus berusaha berani. Mati pasti sudah ada yang atur,"kata Rani
Awal menerbangkan pesawat, Rani mengaku membutuhkan waktu 13-14 jam sampai bisa mengendalikan pesawat. Lama-lama Rani menjadi lebih percaya diri untuk terbang sendiri membawa heli layih dasar. Hingga saat ini ia mengaku telah menerbangkan heli latih dasar lebih dari 40 kali.
"Pertama paling ada instruktur penerbang (IP) mendampingi. Kita banyak latihan. Untungnya kalau emergency belum pernah, mudah-mudahan jangan sampai,"kata Rani.
Feny, siswa didik wanita asal Jakarta, mengatakan sebelumnya ia dari infantri. Pada awal belajar penerbangan pun ia susah mengikuti.
Diba siswa didik wanita dari medan juga mengalami rasa takut ketika pertama menerbangkan heli latih dasar.
"Ada takut, tapi harus dilewati tahap demi tahap. Belajar bagaimana pesawat bisa diam, taxy. Kita tidak punya referensi perempuan jadi pakai referensi penerbang pria. Pendidikan dasar 6 bulan. Sampai copilot,"katanya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved