Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Saling Intip Khawatir Tersalip

Rudy Polycarpus
16/7/2018 09:34
Saling Intip Khawatir Tersalip
PRESIDEN: Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) menunggang kuda di sela-sela pertemuan di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Senin (31/10/2016)(ANTARA/Puspa Perwitasari)

SALING intip dan saling tunggu mewarnai hari-hari menjelang pendaftaran calon presiden-calon wakil presiden 2019. Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan.

Ia mengungkapkan saat ini sedang terjadi negoisasi alot soal siapa kandidat calon wakil presiden, baik dari kubu Joko Widodo maupun Prabowo Subianto. Namun, khusus pendukung Joko Widodo, Djayadi meyakini partai-partai akan bersikap realistis karena mereka sebenarnya saling membutuhkan.

“Saat ini mereka tengah berhitung siapa kandidat cawapres yang paling memiliki suara elektoral ter-tinggi guna mengimbangi elektabilitas Prabowo. Meski Prabowo lawan terkuat Jokowi, elektabilitasnya masih jauh di bawah,” ujar Djayadi saat dihubungi akhir pekan lalu.

Terkait kubu Prabowo, lanjut dia, posisi cawapres menjadi rebutan sengit antara PKS dan PAN. PKS, misalnya, mengusulkan sembilan nama untuk mendampingi Prabowo. Adapun PAN menjagokan calon ketua umumnya Zulkifli Hasan dan tokoh senior Amien Rais.

“Kalau menurut perhitungan SMRC, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebenarnya memiliki elektabilitas cukup baik untuk maju sebagai cawapres. Elektabilitas bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu berada di atas 10%,” tegas Djayadi.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, berbagai skenario pasangan capres-cawapres memang masih terus dibahas. Soal peluang untuk Anies, sambung dia, belum ada keputusan final karena pihaknya bersama Gerindra dan PKS ingin memperbanyak jumlah partai penantang Jokowi.

Meski demikian, ia berkukuh bahwa cawapres Prabowo harus berasal dari PKS. “Kita akan gembira kalau dipilih jadi cawapres. Kalau tidak, ya harus dipilih juga,” tegas Mardani.

Luluhkan Demokrat
Sikap PKS yang ngotot mengajukan cawapres bakal berhadapan dengan Demokrat yang sedang dirayu untuk bergabung. Partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu sudah memasang target tinggi. Putra mahkota Agus Harimurti Yudhoyono wajib menjadi cawapres bila ingin diajak koalis.

Terkait hal itu, Presiden PKS Sohibul Iman berharap Prabowo Subianto segera berbicara dengan Yudhoyono. Hal itu disampaikan Sohibul seusai pertemuannya dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais.

“Kami sangat terbuka terhadap kehadiran Demokrat. Kami juga mendorong Pak Prabowo untuk bisa bertemu Pak SBY sesuai permintaan Pak SBY,” ujarnya di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta, Sabtu (14/7) siang.

Ia optimistis Prabowo dapat meluluhkan hati Yudhoyono sekalipun nantinya Agus Harimurti tidak dapat menjadi cawapres. Sohibul menyatakan PKS, Gerindra, dan PAN, siap memberi jatah menteri untuk Demokrat. “Kami menyediakan portfolio menteri buat Demokrat,” katanya.

Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari menegaskan Demokrat tidak pernah berhenti mengampanyekan Agus Yudhoyono sebagai cawapres. Apalagi, sambung Imelda, Agus sempat di-lirik Partai Gerindra untuk menjadi cawapres Prabowo Subianto. “Dalam pertemuan dengan Pak Syarief, ada keinginan Prabowo untuk meminta Mas Agus menjadi cawapres,” ujar Imelda di bilangan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (14/7) .

Demokrat sendiri melalui sang ketua umum masih bersikap abu-abu. SBY terang-terangan membuka opsi bergabung dengan kubu Jokowi. Ini yang membuat kealotan masih terjadi. (P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya