Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Polri Buru Pengendali Bisnis Sabu

Akmal Fauzi
25/2/2018 07:11
Polri Buru Pengendali Bisnis Sabu
(Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kiri) bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani (ketiga dari kiri) dan pejabat lainnya menunjukkan barang bukti narkotika jenis sabu di Pelabuhan Sekupang, Batam, Kepulauan Riau---MI/Hendra Kremer)

PENYIDIK Polri akan berkoordinasi dengan kepolisian Tiongkok untuk menelusuri pengendali penyelundupan 1,6 ton sabu yang digagalkan di perairan Kabupaten Anambas, Kepulauan Riau, Selasa (20/2). Saat ini penyidik tengah mengembangkan kasus ini untuk mengungkap penerima barang haram itu di Indonesia.

“Saya akan ajak Bea Cukai ke Tiongkok bertemu kepolisian di sana. Memang diduga pengendali di sana,” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Eko Daniyanto, ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Eko menjelaskan, sebelum ke Tiongkok, ia bersama tim akan mendalami keterangan empat orang anak buah kapal pengirim 1,6 ton sabu yang saat ini sudah dibawa ke Jakarta. Mereka ialah Tan Mai, 69, Tan Yi, 33, Tan Hui, 43, dan Liu Yin Hua, 63. “Salah satu dari mereka sepertinya akan memberikan informasi penting. Saat jumpa pers bersama Kapolri dan menteri keuangan, dia mengatakan akan membuka semuanya.”

Tersangka yang dimaksud Eko ialah Tan Mai, yang sempat meracau saat diberi kesempatan berbicara oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat jumpa pers di Batam, Jumat (23/2).

Tan menyebut nama Lao sebagai aktor utama di balik penyelundupan 1,6 ton sabu. Eko belum bisa menjelaskan siapa Lao dan bandar besar di Tiongkok itu. Namun, Eko menyebut ada warga negara Indonesia yang terlibat sebagai penerima sabu itu. “Kami janji akan ungkap semuanya. Yang jelas penerimanya ada di Indonesia,” ujar Eko yang juga menyebut sabu itu akan diedarkan ke Jakarta.

Tiga hari setelah penangkapan kapal yang membawa 1,6 ton sabu, aparat kembali menangkap kapal Win Long BH 2998 berbendera Taiwan yang diduga mengangkut 3 ton sabu di Selat Philip dekat Pulau Nipah, Kepulauan Riau.

Hingga tadi malam, polisi masih memeriksa kapal tersebut untuk mencari barang haram tersebut dengan menerjunkan anjing pelacak atau K9. “Masih kami periksa dan tim sedang bekerja. Kami pilah dan teliti satu per satu material di kapal,” ujar Eko.

Sporadis
Ketua Umum Gerakan Nasional Anti-Narkotika (Granat) Henry Yosodiningrat mengatakan sindikat narkotika internasional memiliki dua tujuan dalam menjalankan bisnis peredaran barang laknat, yaitu menghancurkan bangsa dengan cara konsepsional dan sistematis, serta mencari keuntungan yang sangat besar. “Perlawan­an kita belum dengan cara-cara seperti mereka, konsepsional dan sistematis. Kita masih dengan cara perlawanan sporadis, itu persoalannya,” ujar Henry ketika dihubungi kemarin.

Menurut dia, maraknya penyelundupan narkoba via laut juga dipengaruhi faktor minimnya personel di lapangan. Apalagi, Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 97 ribu kilometer, serta memiliki ratusan pelabuhan laut tentu sangat menyulitkan pengawasan.

Ketua DPR Bambang Soesatyo mendesak Polri dapat melakukan penindakan hingga tuntas, bukan hanya kepada para awak kapal yang hanya sebagai kurir, tetapi sampai kepada bendar besarnya. “Tidak hanya awak kapal, bandar harus diusut tuntas. Tidak peduli bandar besar itu sindikat lokal ataupun internasional, harus disikat semua.”

Anggota Komisi III DPR Arsul Sani mengatakan aksi penyelundupan narkoba dalam jumlah besar melalui perairan harus dituntaskan. Solusi terbaik ialah menguatkan sinergi antara BNN, Polri, dan TNI-AL.(Gol/Nic/HK/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya