Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Natal Penuh Toleransi

Rizky Noor Alam
24/12/2017 06:24
Natal Penuh Toleransi
(Petugas mengecat lambang negara Garuda Pancasila sebagai bagian dekorasi menjelang perayaan Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Sabtu (23/12)---ANTARA/Sigid Kurniawan)

SENIN (25/12), umat kristiani di seluruh dunia, termasuk di negeri ini, akan merayakan Natal. Perayaan Natal menjadi strategis bukan hanya karena hendak meneguhkan ritual belaka semisal kehadiran ornamen pohon Natal. Perayaan Natal di berbagai daerah diwarnai sikap toleransi yang tinggi.

Natal merupakan hari yang sakral dan penuh makna bagi warga kristiani karena merupakan hari kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Tema Natal yang diusung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Kantor Waligereja Indonesia (KWI) ialah Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu.

“Makna kasih dan perdamaian itu menjadi penting karena kasih itu dia menyelamatkan manusia dan memperdamaikan manusia dengan Allah,” jelas Kepala Humas PGI Jeirry Sumampow kepada Media Indonesia via telepon, Rabu (20/12).

Oleh karena itu, setiap kali peristiwa Natal itu, pemikiran umat kristiani selalu terarah kepada kasih dan perdamaian. “Jadi tema ini bermaksud untuk terus menggelorakan makna kehadiran Yesus Kristus itu sendiri. Dengan begitu, kita berharap Natal ini memperbarui komitmen umat kristiani untuk terus menyampaikan perdamaian dalam kehidupan nyata,” paparnya.

Sementara itu, di tengah ma­yoritas umat Islam di Banda Aceh yang taat dengan pemberlakuan hukum syariat Islam, terdapat komunitas berbagai agama yang hidup tenteram dan damai. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Faisal Ali mengatakan ia melihat toleransi beragama di Aceh, khususnya di Banda Aceh, dari masa ke masa terjalin dengan baik.

“Umat muslim menghargai minoritas, begitu juga sebaliknya. Jadi apa yang sudah berjalan selama ini perlu dipertahankan, dijaga, dan dirawat bersama-sama sehingga tidak ada gesekan-gesekan, dengan aktivitas yang dilakukan dan membuat kerukunan ini ternodai,” sebutnya.

Ia menilai penerimaan masyarakat Aceh terhadap masyarakat minoritas sangat terbuka dan perlu diapresiasi. “Kalau konteks kemanusiaan dan hubungan sosial, itu dalam Islam tidak dilarang. Bahkan mendo­rong umat Islam berinteraksi dengan umat agama lainnya,” kata dia.

Deklarasi bersama
Menggelorakan perdamaian dan toleransi juga dilakukan di Kota Hujan, Bogor. Sebagai bentuk toleransi antarumat beragama, Pemerintah Kota Bogor dan TNI-Polri meng­ajak seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh lintas agama, menggelar deklarasi bersama jelang perayaan Natal.

Semua pihak yang ikut dalam deklarasi bersama ini juga berharap masyarakat Kota Bogor seluruhnya ikut dalam menjaga kerukunan antarumat beragama dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam kesempatan berbeda, perwakilan dari Forum Pemuda Lintas Agama Dahnil Anzar Simanjuntak yang juga menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menjelaskan pihaknya akan terus mendukung terciptanya suasana yang kondusif agar umat kristiani dapat dengan bebas merayakan hari rayanya.

“Saya pikir di Indonesia suasana (toleransi) semua orang sudah paham, saling menghargai saja. Teman-teman (kristiani) punya hak untuk menikmati (Natal) dengan kondusif,” jelas Dahnil. (FD/Metro TV/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya