Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
TAMPILAN fisik bongsor, kapasitas mesin besar, deru suara yang khas, serta harga yang melangit merupakan beberapa ciri umum kuda besi yang sering disebut dengan nama moge atau motor gede.
Moge sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Meskipun moge memiliki banderol harga hingga ratusan juta rupiah, itu tidak menghalangi sebagian orang yang memiliki kelebihan finansial untuk membelinya.
Menurut CEO of PT Maxindo Moto Indonesia Paulus B Suranto, penggemar moge terdiri atas dua kalangan. Pertama yang memang dari awal benar-benar gemar dengan motor. “Jadi, dimulai dari motor kecil terus naik ke 250 cc dan ketika kemampuan finansialnya terus meningkat mulai beralih ke motor gede. Kedua, mereka yang beli moge untuk mengikuti perkembangan gaya hidup karena punya moge terkesan keren,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa (7/2).
Secara umum, menurut Paulus, moge terdiri atas beberapa tipe, seperti naked bike yang biasa dipakai di jalan raya, kemudian ada tipe sport, touring, adventure, heritage, serta moge skutik.
Paulus menjelaskan keputusan penggemar untuk membeli moge pertama kali ditentukan model dan style moge. Baru kemudian merek moge jadi pertimbangan selanjutnya karena merek jadi representasi kualitas moge.
Jika dikategorikan, jelas dia, penggemar moge punya selera tersendiri dalam memilih tunggangan. Biasanya, anak muda memilih moge tipe sport karena dinilai lebih trendi.
Seiring dengan peningkatan usia, penggemar moge mulai beralih ke naked bike lantaran posisi berkendaranya tidak terlalu membungkuk seperti tipe sport. Namun, tak sedikit pula yang memilih tipe heritage karena lebih stylish sehingga digandrungi banyak kalangan.
“Semakin dewasa penggemar moge akan beralih ke tipe touring karena moge yang digunakan untuk touring bersama teman dan komunitasnya.”
Kategori lainnya ialah semakin bertambahnya kemampuan berkendara dan pengalaman berkendara, pemilihan moge akan beralih ke tipe adventure karena dapat digunakan pada berbagai medan jalan baik aspal, rumput, ataupun tanah. “Ini berlaku secara global hampir di seluruh dunia bahwa pemilihan tipe adventure sebagai puncak bagi penggemar moge.”
Saat ini Paulus mengatakan potensi pasar motor gede amat menjanjikan. Seperti PT Maxindo Moto Indonesia yang dipimpinnya, menjual berbagai jenis moge dengan merek BMW Motorrad serta beragam pilihan produk.
Bahkan, ia mengakui selama dua tahun terakhir terjadi anomali lantaran permintaan moge justru lebih besar daripada ketersediaannya di pasar. Itu terjadi lantaran beberapa agen pemegang merek moge melakukan konsolidasi internal sehingga suplai tidak lancar. “Pada 2017 konsolidasi sudah selesai. Jadi suplai pasar moge diharapkan tak terganggu lagi.”
Sependapat dengan dia, Teleng Antariksa, Community and DRE Assistant Manager of PT Garansindo Euro Sports, diler moge model Ducati, mengakui pada tahun lalu pasar moge di Indonesia cukup besar.
Model terlaris untuk tahun lalu diakui Teleng ialah Scrambler Ducati, dengan harga kisaran Rp300 juta hingga Rp800 juta. Kebanyakan pembeli berasal dari Jakarta, yakni sekitar 60%, dan sisanya dari luar Jakarta dengan rata-rata usia 30 tahun ke atas. “Tingginya permintaan ini terjadi lantaran karena emosionalitas pembeli yang disulut sensasi yang berbeda saat mengendarai moge, bukan karena rasionalitas,” ucapnya.
Beda dengan mobil
Itu dipertegas salah satu penggemar moge, Okto Fready Nainggolan. CEO dari beberapa perusahaan di bidang IT, logistik, dan pengembangan SDM itu mengakui ada sensasi beda saat mengendarai moge dengan mengendarai mobil.
“Saat touring bersama komunitas misalnya. Rasanya berbeda touring ke luar negeri naik mobil dengan naik moge. Kalau naik moge kami rasakan sensasi berbeda yang memacu adrenalin. Naik motor gede lebih menantang dan membutuhkan keahlian berkendara serta menyegarkan. Yang dicari bukan kenyamanan, melainkan tantangannya untuk melewati berbagai kesulitan untuk tiba di tempat tujuan. Ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri.”
Hal itu dia rasakan sejak menggunakan moge mulai 2005. Beberapa jenis moge pun pernah dimilikinya mulai Harley Davidson Sportster dan beberapa Harley Davidson lainnya dan Honda Goldwing 1822 cc.
Saat ini, Okto mengaku, motor gede yang dimiliki ada dua yaitu Harley Davidson Ultra Touring dengan harga Rp1,2 miliar, serta BMW GS 1200 seharga Rp700 jutaan.
“Dua motor ini memiliki fungsi berbeda. Kalau Harley buat medan jalan yang mulus dan bagus, tapi BMW untuk adventure pada berbagai medan.”
Motor BMW GS 1200 cocok untuk adventure karena memiliki berbagai mode pengaturan seperti rain mode yang mengatur sensor motor saat berjalan di tengah hujan, road mode (jalanan biasa), enduro mode untuk jalanan off-road, serta dynamic mode untuk jalanan yang memerlukan kecepatan.
Berbagai kegiatan pun telah ia ikuti bersama komunitas moge antara lain touring ke berbagai negara seperti AS dan tur Eropa mulai kantor pusat BMW di Muenchen, Jerman, hingga ke Barcelona, Spanyol, dengan melintasi tujuh negara. “Pada April nanti kami akan tur ke Inggris.” (*/S-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved