Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
HARI ini, miliaran pasang mata akan tertuju ke Qatar, tempat dihelatnya kejuaraan akbar sepak bola, Piala Dunia. Aksi para seniman bola itu mungkin akan mengalihkan sejenak wacana publik dari perbincangan terkait sejumlah krisis, entah itu pangan, energi, iklim, maupun politik.
Nama-nama seperti Kylian Mbappe (Prancis), Kevin de Bruyne (Belgia), Christian Eriksen (Denmark), atau dua pemain veteran, Lionel Messi (Argentina) dan Cristiano Ronaldo (Portugal), mungkin akan lebih ‘terbaca’ oleh algoritma Google ketimbang Vladimir Putin atau Xi Jinping. Artinya, mereka akan lebih banyak diperbincangkan, baik di jagat maya maupun sejumlah warung dan kedai kopi, ketimbang dua tokoh elite dunia tersebut.
Mengutak-atik prediksi siapa yang bakal keluar sebagai jawara tahun ini, rasanya juga lebih asyik ketimbang menerka-nerka siapa yang bakal jadi presiden di Republik ini. Lagi pula pilpres masih lama, dua tahun lagi. Bahkan, boleh jadi para kandidat itu pun akan memanfaatkan momen ini untuk nonton bareng. Rileks sejenak. Biarkan saja, netizen tidak usah nyinyir. Politik jangan terlampau dibawa serius, santai saja. Syukur-syukur para elite itu bisa mendapat inspirasi dari sepak bola, seperti Albert Camus, filsuf Prancis yang mengaku berutang budi pada sepak bola untuk moralitas dan rasa tanggung jawab.
Di masa mudanya, Camus yang gemar bermain bola adalah kiper di tim Racing Universitaire Algerios (RUA). Dari posisinya yang jauh di garis belakang, pria asal Aljazair ini dapat melihat dengan jernih beberapa hal dalam permainan itu, seperti moralitas dan etika untuk tidak mementingkan diri sendiri, kerja sama, keberanian, dan ketangguhan. Dalam kesepiannya di bawah mistar gawang, posisinya mungkin absurd. Dia memang tidak akan pernah dianggap jika timnya mencetak gol. Namun, sebaliknya, jika gawangnya kebobolan, itu semua salahnya. Bukankah absurditas semacam itu juga kerap kita temui dalam realitas kehidupan sehari-hari?
Kata Camus, banyak hal tentang hidup yang dapat dipelajari dari sepak bola. Bola kadang datang dari arah yang tidak pernah kita duga. Begitu juga kejutan-kejutan yang terjadi dalam kehidupan ini. Ia tidak selalu datang dari sudut yang kita harapkan. Kalau boleh meminjam sepenggal lirik yang ditulis Mick Jagger, ‘You can’t always get what you want’. Menurut Camus, pengalamannya bermain sepak bola inilah yang menempanya ketika menjalani kehidupan yang sulit, termasuk ketika kesehatan paru-parunya semakin memburuk, sehingga memaksanya untuk hijrah menjadi filsuf dan pemikir.
Suatu kali, saat diwawancara wartawan setahun sebelum wafat, Camus mengatakan, selain teater, lapangan sepak bola adalah salah satu universitas sesungguhnya tempat dia belajar banyak hal. Begitulah seharusnya kita menikmati sepak bola. Datang ke stadion atau duduk di depan televisi, jangan semata berharap tim favorit kita menang. Kompetisi bukan semata persoalan menang-kalah. Lihat bagaimana proses yang mesti dilalui para pemain. Bagaimana mereka menerapkan strategi dan taktik permainan, jatuh bangun menghindar dari tebasan kaki lawan, sambil menjunjung sportivitas sepanjang pertandingan.
Mungkin begitulah semestinya kita menikmati perhelatan Piala Dunia yang digelar selama kurang lebih sebulan di Qatar. Tidak perlu ada kegembiraan dan rasa kecewa berlebihan, apalagi sampai menyulut amuk massa atau bunuh diri cuma lantaran kalah judi. Biasa-biasa sajalah, seperti halnya kita menikmati hidup, yang katanya memang absurd ini. Enjoy the show. Wasalam.
LEANDRO Paredes menjadi pembobol gawang timnas Indonesia pada laga FIFA Matchday dengan timnas Argentina di Jakarta, Senin (19/6) malam. Berikut profil Leandro Paredes.
PSSI resmi mengumumkan tiket pertandingan tim nasional Indonesia melawan juara Piala Dunia 2022 Argentina akan mulai dijual pada 5 Juni mendatang.
Pemain belakang Chelsea berusia 26 tahun itu mengalami cedera hamstring sebelum Piala Dunia 2022 sehingga tidak bisa membela tim besutan Gareth Southgate itu di turnamen di Qatar itu.
Berhalter memimpin timnas AS meraih sukses di Piala Dunia 2022 dengan berhasil mencapai babak 16 besar.
Sebuah sumber mengatakan kepada NZZ aksi spionase itu dilakukan Qatar untuk mengumpulkan data yang bisa digunakan untuk menekan jaksa.
Aplikasi PINTU kembali menambahkan benefit di fitur Pintu Token (PTU) Staking yang bisa didapatkan oleh user yang memanfaatkan fitur staking.
Para konsultan ini sebenarnya memiliki opini-opini, terlebih saat diskusi. Namun, untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan tetap perlu diasah.
Sebagaimana dirumuskan para pendiri bangsa, demokrasi Indonesia dibangun di atas kesepakatan kebangsaan—yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hasan mengemukakan pemerintah tak pernah mempermasalahkan tulisan opini selama ini. Hasan menyebut pemerintah tak pernah mengkomplain tulisan opini.
Perlu dibuktikan apakah teror tersebut benar terjadi sehingga menghindari saling tuduh dan saling curiga.
Dugaan intimidasi terjadi usai tayangnya opini yang mengkritik pengangkatan jenderal TNI pada jabatan sipil, termasuk sebagai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Yogi Firmansyah, merupakan aparatur sipil negara di Kementerian Keuangan dan sedang Kuliah S2 di Magister Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved