Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PERISTIWA banjir rob di kawasan pelabuhan atau wilayah dekat laut (pesisir) merupakan fenomena alam yang kerap terjadi saat purnama. Gravitasi bulan menyebabkan naiknya permukaan air laut. Sepintas itu lumrah. Yang tidak wajar jika air sampai menggenangi daratan dan permukiman sehingga mengganggu, apalagi sampai melumpuhkan aktivitas manusia. Itulah yang terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, baru-baru ini.
Hampir tidak ada media, baik cetak, online, maupun televisi yang tidak mewartakannya. Apalagi, ia telah memenuhi prasyarat sebagai berita sesuai kredo bad news is a good news yang diagungkan para juruwarta selama ini. Namun, yakinlah, seperti kejadian-kejadian sebelumnya, peristiwa itu akan segera berlalu dan dilupakan. Berganti dengan berita kawin cerai artis dan mereka yang terjerat narkoba.
Selama cara pandang kita terhadap bencana tidak diubah, menurut saya, peristiwa semacam itu akan selalu berulang. Banjir rob yang kerap terjadi di kawasan pesisir seharusnya tetap dilihat sebagai bencana berapa pun ketinggian air yang meluber ke daratan sebab bukan kodratnya ia berada di situ. Air seharusnya berada di laut, sungai, atau selokan. Jika ia sampai menggenangi daratan, berarti kita yang tidak becus mengelolanya.
Dalam kasus yang terjadi di Semarang, pemerintah setempat sebetulnya telah beradaptasi dengan membangun tanggul penahan air laut, tetapi jebol. Itu jelas human error. Kita tidak bisa berdalih menyalahkan air yang datang berlimpah. Apalagi, lembaga pemantau cuaca jauh-jauh hari sudah memperingatkan. Itulah pentingnya mitigasi dan kesigapan mengatasi bencana. Langkah itu mungkin bisa dimulai dengan membenahi lagi cara kita dalam melihat fenomena alam.
Di negara ini, para pejabat kita kadang masih saja berdebat soal istilah banjir dan genangan. Padahal, sesuai hukum alam, jelas-jelas air harus mengalir ke sungai, laut, atau menyesap ke tanah, bukan wara-wiri di jalan protokol, apalagi sampai merendam perkantoran atau bertamu di perumahan. Jangankan sampai berhari-hari, beberapa jam saja sudah tidak wajar dan rawan menimbulkan penyakit. Itu artinya ada yang salah dalam tata kota/ruang, termasuk pengelolaan sumber daya air. Itu yang semestinya dibenahi. Bukan malah mengutuki hujan atau berdebat soal istilah normalisasi dan revitalisasi.
Di tengah kondisi iklim yang kian kritis, kesadaran dan cara pandang kita terhadap lingkungan pun semestinya semakin kritis. Apalagi dunia kini semakin terhubung dan mobilitas manusia kian masif. Apa yang terjadi di suatu wilayah/negara dapat dengan mudah berdampak ke wilayah/negara lainnya. Pandemi covid-19, salah satu contohnya. Begitu pun dengan lapisan es di kutub utara/selatan yang makin mencair, telah menyebabkan banjir di mana-mana. Belum lagi kebakaran hutan dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam pertemuan Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali, pekan ini, para pemimpin dunia sepakat menyerukan perlunya kerja sama global untuk meningkatkan resiliensi (ketahanan) terhadap bencana. Kerja sama ini tentu saja bukan terbatas di kalangan elite, melainkan juga butuh partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk media. Apalagi, Indonesia, negara yang dikelilingi gunung api, rawan dilanda petaka, mulai gempa hingga tsunami. Pencurian alat pendeteksi tsunami, bendungan, atau jembatan yang retak dan reot, misalnya, semestinya lebih urgen diwartakan ketimbang menyoroti perilaku para crazy rich demi mengejar ad-sense dan clickbait. Bencana alam sangatlah menakutkan, tapi kekurangpedulian kita terhadap kondisi lingkungan sekitar justru jauh lebih mengerikan.
Contoh lainnya pemimpin yang gagal mengelola urusan beras ialah Yingluck Shinawatra.
Biar bagaimanapun, perang butuh ongkos. Ada biaya untuk beli amunisi dan peralatan tempur.
WAKTU pemungutan suara untuk pemilihan presiden (pilpres) ataupun legislatif (pileg) tinggal menghitung hari
Seperti halnya virus korona, bentuk patologi sosial semacam itu kini juga masih ada dan bergentayangan. Mereka cuma bermutasi menjadi bentuk lain, dari yang kelas teri hingga kakap.
Ditambah dampak fenomena El Nino, bisa dibayangkan bagaimana ‘kerasnya’ hidup di Ibu Kota dalam beberapa hari ke depan.
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo mengatakan pemerintah pusat sedang menyiapkan pembangunan tanggul laut sepanjang 20 kilometer.
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat serta hujan disertai petir.
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat serta hujan disertai petir.
BMKG merilis prakiraan cuaca untuk Jumat, 13 Juni 2025. BMKG memperingatkan adanya potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat melanda berbagai wilayah
Banjir rob yang melanda wilayah Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, mulai surut berkat upaya intensif Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pemerintah terus menggencarkan upaya penanganan kemacetan lalu lintas di ruas Jalan Semarang–Sayung, tepatnya di depan pabrik Polytron.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved