Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Semangat Jean Jaurez Bangkit

Guntur Soekarno Pemerhati Sosial
13/4/2022 05:05
Semangat Jean Jaurez Bangkit
Ilustrasi MI(MI/Seno)

BEBERAPA abad lalu seorang pemimpin buruh Prancis dari Partai Sosial Demokrat Jean Jaurez pidato berapi-api dalam sidang parlemen. Ia melakukan kritik tajam kepada kekuasaan kaum kapitalis yang menguasai negara ketika itu. Saking hebat isi pidato tersebut, pendiri Tentara Merah Uni Soviet Leon Trotsky menyatakan bahwa pidato Jaurez isinya laksana air terjun yang menghancurkan batu-batu karang. Sebagai pemimpin Serikat Buruh Partai Sosial Demokrat Jaurez terkenal akan kemampuan sebagai orator ulung.

Ia juga memimpin organ resmi surat kabar partai I’Humanite yang berarti Kemanusiaan. Sayang sekali sebelum berhasil melaksanakan cita-citanya ia dibunuh agenagen pemerintah sehingga perjuangannya yang mahahebat tadi terhenti. Namun, I’Humanite hingga saat ini masih terbit di Prancis dilanjutkan oleh kader-kadernya berabad-abad.

Pada saat ini ketika Amerika Serikat (AS) sedang melakukan konsolidasi kekuatan dominasi politiknya di dunia, ternyata Presiden Prancis Emmanuel Macron beberapa waktu yang lalu berpidato yang isinya sangat mengagetkan dunia politik internasional. “Saat ini dominasi Barat atas dunia sudah berakhir,” begitu kata Macron. Selama 300 tahun dunia Barat mendominasi dunia dengan dukungan tiga negara Barat, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Hal itu ditandai dengan pembagian Inggris di bidang industri, Prancis di bidang kebudayaan, sedangkan AS di bidang peperangan.

Lebih lanjut Macron menegaskan pendiriannya bahwa pemimpin-pemimpin AS sejak dahulu sudah salah dalam melaksanakan kebijaksanaan di dunia. Apa saja yang dikemukakan Macron tersebut pasti membuat geger dunia internasional, khususnya Barat. Bila isi pidato tersebut benar-benar akan dilaksanakan oleh pemerintah Prancis, niscaya akan mengubah konstelasi dominasi dunia Barat di kancah internasional.

Saat ini kita masih merabaraba apa tujuan Macron mengeluarkan kecamannya kepada AS di bawah kepemimpinan Joe Biden serta dalam kondisi dunia dikagetkan dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina. Apakah hal tersebut merupakan tanda-tanda bahwa Prancis bersikap tegas menolak usaha Barat menarik Ukraina ke dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan tidak akan ikut-ikutan memboikot Rusia di bidang ekonomi? Secara logika apa yang dilontarkan Macron jelasjelas menggambarkan posisi Prancis serta langsung atau tidak langsung menguntungkan Rusia.

Agar tidak membingungkan khalayak khususnya Indonesia, ada baiknya bila Kedutaan Besar Prancis secara resmi dapat memberikan penjelasan. Sebaliknya, pihak Kemenlu RI mengadakan kontak langsung kepada pemerintah Prancis untuk mendapatkan informasi tangan pertama

 

 

Simpang-siurnya pendapat

Karena belum ada penjelasan resmi dari Prancis, di kalangan diplomat-diplomat Indonesia saat ini punya pendapat bahkan analisis yang saling berbeda. Bila penulis menanyakan kepada rekanrekan mantan Dubes RI di Afrika Selatan, Tunisia, Australia, dan di berbagai negara Barat, jawaban mereka belum sama dan berbeda-beda tergantung pada sudut pandang mana tinjauan mereka.

Penulis pun saat ini juga belum dapat memberikan pendapat yang pasti mengenai kasus tersebut. Apalagi, sejauh pemantauan penulis di sejumlah surat-surat kabar terkemuka dan media sosial belum berkomentar mengenai hal tersebut, termasuk sejumlah mantan dubes RI yang biasanya mengemukakan pendapat lewat artikel di media massa, hingga kini belum ada.

Kita juga belum tahu apakah yang dikemukakan Presiden Macron tersebut akan memenga ruhi posisi negaranegara Barat di forum PBB, terutama di Dewan Keamanan. Bila hal itu terjadi kasus tersebut, setidaknya ada persamaan ketika Bung Karno melontarkan ide di PBB agar negaranegara sedunia membangun dunia kembali. To build a world new, bahkan agar Piagam PBB diganti dengan Pancasila karena Bung Karno berpikir saat itu dominasi dunia Barat harus sudah berakhir (Soekarno: To build a world a new 1961).

Di samping itu, juga sependapat bahwa pemimpinpemimpin AS sejak dahulu sudah salah dalam melaksanakan kebijaksanaannya di dunia. Seperti dengan adanya Perang Korea, Perang Vietnam bahkan invasi Teluk Babi (Bay Pig) di Kuba, termasuk kasus dukungan AS kepada Belanda dalam masalah Irian Barat sehingga Indonesia harus bersiap untuk invasi dalam bentuk operasi Jayawijaya di 1962.

Sebenarnya AS di bawah kepemimpinan Presiden John F Kennedy berusaha memperbaiki politik luar negerinya, seperti yang saat ini diharapkan Macron. Namun, reorientasi yang hendak dilaksanakan oleh Kennedy tersebut membuatnya tewas di Dallas.

Mudah-mudahan saja dengan adanya pidato terbuka Presiden Macron dapat mengubah sikap negara-negara Barat pada perhelatan G-20 di Bali, November mendatang. Karena hingga saat ini tampaknya negara-negara Barat anggota G-20 sikapnya masih tetap berusaha mendominasi, terutama kepentingan-kepentingan ekonomi di negara-negara berkembang khususnya Indonesia yang kekayaan alamnya melimpah ruah.

Berabad-abad yang lalu Jean Jaurez berpidato berapi-api di parlemen Prancis mengoreksi politik kaum borjuis kapitalis yang menguasai Prancis. Di 2022 Presiden Macron berpidato menyalahkan dan mengoreksi kepemimpinan negaranegara Barat di dunia.

Semoga semangat pidato Jean Jaurez menjiwai pidato Macron sedemikian rupa sehingga semangat Sukarno untuk to build a world a new dapat terlaksana di abad ini sehingga tak ada lagi exploitation de l‘homme par l‘homme dan exploitation de nation par nation.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik