Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SELAYAKNYA virus pada umumnya, SARS CoV2 penyebab covid-19 memang akan bermutasi dari waktu ke waktu dan menimbulkan varian baru. Dalam beberapa waktu belakangan, banyak dibahas mutasi dan varian B117 yang pertama dilaporkan dari Inggris, B1351 yang awalnya dilaporkan dari Afrika Selatan, dan P 1 yang mulainya dilaporkan dari Brasil.
Ada empat kemungkinan dampak mutasi pada penyakit covid-19, yaitu pada efektivitas pemeriksaan PCR, bagaimana penularan penyakit, apakah penyakit akan memberat, serta kemungkinan pengaruhnya pada efikasi vaksin. Karena dunia sekarang memang sedang menggalakkan vaksinasi, tentu kemungkinan dampak mutasi virus pada vaksin jadi bahan kajian amat penting.
Dampak mutasi pada vaksin
Beberapa produsen vaksin sudah menyampaikan dampak mutasi pada vaksin mereka. Produsen vaksin Pfizer menyampaikan, dari data penelitian mereka sampai akhir Februari 2021, antibodi yang dihasilkan sesudah penyuntikan dosis kedua vaksin itu ternyata tetap cukup baik untuk menangani varian baru B117. Namun, kadar antibodinya jadi lebih rendah kalau berhadapan dengan B1351.
Pihak Pfizer-Biontech belum menyelesaikan hasil analisis mereka terhadap varian P 1 dan akan mengumumkannya bila data sudah tersedia. Walaupun mungkin ada dampak berdasar penelitian, pihak produsen Pfizer-Biontech ini menyatakan bahwa sejauh ini mereka belum menemukan laporan dari lapangan tentang gangguan kerja vaksin akibat varian baru.
Penelitian awal vaksin Moderna menunjukkan varian baru B117 tidak memengaruhi kadar antibodi netralisasi sesudah vaksinasi. Di sisi lain, pada varian B1351 ternyata terdapat penurunan kadar antibodi netralisasi sesudah divaksin Moderna ini walau kadarnya masih memadai untuk memberikan proteksi. Penelitian lanjutan masih dilakukan, sejalan dengan kajian, untuk kemungkinan modifikasi vaksin bila diperlukan.
Di pihak lain, dalam proses dokumen WHO Februari 2021, tentang emergency use of listing (EUL) vaksin Astrazeneca yang diproduksi perusahaan SK Bioscience Co Ltd yang kini digunakan di Indonesia, disebutkan bahwa vaksin ini punya efikasi yang tinggi terhadap varian B117. Disebutkan juga, bahwa mungkin ada penurunan efektivitas pada varian B1351.
Sementara itu, laman World Health Organization (WHO), tentang dampak varian baru pada vaksin bertanggal 1 Maret 2021, menyebutkan vaksin covid-19 yang sedang dalam pengembangan atau yang sudah disetujui akan tetap memberikan setidaknya semacam perlindungan terhadap varian baru ini karena vaksin-vaksin ini menghasilkan respons imunologik yang luas meliputi berbagai jenis antibodi dan sel. Artinya, perubahan atau mutasi yang terjadi tidak akan menghilangkan efektivitas vaksin. Kalau toh nantinya ada vaksin yang terbukti kurang efektif pada satu, atau beberapa jenis varian, dapat dilakukan modifikasi komposisi vaksin sehingga efektivitasnya tetap terjaga.
Di pihak lain, pimpinan National Institute of Allergy and Infectious Disease yang merupakan bagian dari National Institute of Health (NIH) AS, pada suatu kesempatan di Gedung Putih Januari 2021 juga menyatakan, kalau diperlukan, sebagai akibat mutasi virus, para ahli akan dapat memodifikasi vaksin sehingga efektivitasnya tetap terjaga.
Sementara itu, wawancara dengan pakar di jurnal kesehatan internasional The BMJ pada Januari 2021 juga mengungkapkan, kalau memang diperlukan, tidaklah sulit untuk memodifikasi vaksin covid-19 yang dibuat melalui platform RNA dan juga vektor viral.
Mulai mencoba modifikasi
Walaupun sejauh ini vaksin-vaksin memang masih cukup efektif untuk menangani varian baru, beberapa produsen vaksin mulai melakukan penelitian kalau nantinya memang diperlukan modifikasi vaksin mereka. Produsen vaksin Moderna, misalnya, pada akhir Februari 2021 mengumumkan mereka sudah mempersiapkan bahan kandidat vaksin yang akan dapat berfungsi baik terhadap varian baru B1351.
Kandidat vaksin ini bernama mRNA-1273351 dan sudah dikirimkan ke NIH AS untuk dimulai uji klinik fase satunya. Di pihak lain, produsen vaksin Pfizer juga menyampaikan pihaknya hanya akan membutuhkan waktu 6 sampai 8 minggu untuk memodifikasi vaksin sehingga akan efektif terhadap varian baru.
Pada Februari 2021 yang lalu, produsen Glaxosmithkline (GSK) dari Inggris dan Curevac dari Jerman bersepakat membuat vaksin generasi baru yang ampuh pada berbagai jenis varian baru. Proses ini, bermula dari kandidat vaksin CVnCoV yang sudah dalam uji klinik fase 2b/3 yang kemudian akan mengoptimalisasi mRNA. Dengan demikian, diharapkan, didapatkan vaksin multivalen yang memberi imunitas jauh lebih baik.
Yang juga menarik, badan pengawasan obat beberapa negara juga sudah mengantisipasi kemungkinan modifikasi vaksin ini. FDA (Food and Drug Administration) AS, misalnya, sudah menyatakan akan mengakomodasi proses perizinan modifikasi vaksin apabila nanti diperlukan untuk menangani varian baru.
Hal yang serupa juga terjadi di Inggris, Kanada, Australia, Singapura, dan Swiss. Pimpinan Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency Inggris pada awal Maret 2021 ini mengumumkan Inggris dan keempat negara lainnya ini mengeluarkan aturan baru untuk mempercepat proses (fast track) modifikasi vaksin covid-19 sehingga dapat segera terwujud bila memang diperlukan.
Sementara itu, European Medicine Agency sudah mengeluarkan dokumen untuk melakukan proses persetujuan bila akan ada modifikasi vaksin untuk menghadapi varian baru ini. Dokumen itu cukup rinci dan mencakup aspek klinis, laboratorium nonklinis, mutu dan proses modifikasi vaksin yang monovalent, dan juga yang multivalen.
Dapat disampaikan di sini, bahwa memodifikasi vaksin untuk mencegah penyakit tertentu bukanlah hal baru. Vaksin influenza, misalnya, juga dimodifikasi setiap tahun dan perlunya vaksinasi flu setiap tahun sudah lama kita kenal.
Dosis ketiga
Selain memodifikasi vaksin, ada upaya memberikan dosis ketiga dengan harapan memberi perlindungan lebih terhadap varian baru virus covid-19. Pada akhir Februari 2021, produsen vaksin Pfizer dan Biontech SE juga sudah memulai evaluasi keamanan vaksin dan imunogenesitas dari dosis ketiga vaksin mereka, BNT162b2, untuk melihat dampak pemberian booster pada kekebalan terhadap varian baru covid-19 ini.
Partisipan penelitian ini akan mendapat dosis ketiga sebesar 30 µg yang berjarak 6 sampai 12 bulan, setelah mereka mendapat dua dosis suntikan vaksin yang lalu. Dalam suatu wawancara dengan kantor berita internasional, pimpinan produsen vaksin Pfizer mengatakan pemberian dosis ketiga tampaknya akan dapat meningkatkan respons antibodi sampai 10 atau 20 kali lipat.
Di pihak lain, produsen vaksin Moderna juga mulai mengkaji kemungkinan pemberian dosis ketiga untuk antisipasi gangguan efektivitas vaksin akibat varian baru. Mereka menggunakan tiga pendekatan bagi hal ini. Pertama, menggunakan vaksin yang lama, tetapi dengan dosis yang lebih rendah; kedua, menggunakan vaksin yang sudah dimodifikasi; dan ketiga, memberikan kombinasi vaksin lama dengan vaksin yang sudah dimodifikasi.
Sementara itu, berita dari Uni Emirat Arab menyebutkan tampaknya ada sejumlah kecil orang yang perlu mendapat suntikan dosis ketiga vaksin Sinopharm. Hal ini dilakukan karena ada data yang menunjukkan sejumlah kecil mereka yang sudah disuntik vaksin dua kali ternyata tidak menunjukkan respons imun yang memadai.
Covid-19 masih menjadi masalah kesehatan utama dunia. Berbagai dinamika dan perkembangan juga terus terjadi, baik dari sisi virusnya, aspek epidemiologi, keadaan penyakit, dan juga vaksin yang tersedia. Para pakar juga terus menerapkan kaidah ilmu pengetahuan terbaru, untuk mengantisipasi situasi yang ada. Kita perlu terus mengikuti perkembangan yang ada agar kebijakan publik dapat dilakukan berdasar kaidah ilmiah terbaru yang tepat.
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Seiring dengan merebaknya kasus mpox, muncul banyak spekulasi yang menghubungkannya dengan vaksin covid-19.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved