Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Guru-Pendidik dan Social-Emotional Learning

Fuad Fachruddin Divisi Penjaminan Mutu Pendidikan Yayasan Sukma
28/12/2020 05:15
Guru-Pendidik dan Social-Emotional Learning
(Dok.Pribadi)

SEL (social-emotional learning) atau pembelajaran sosial dan emosi adalah istilah yang dikenal dalam dunia pendidikan di Barat (terutama Amerika dan Eropa) sejak 1990-an. Istilah ini merujuk pada kemampuan mengelola aspek-aspek sosial dan emosi dari kehidupan seseorang termasuk kesadaran diri (self-awareness), kendali hawa nafsu, bekerja sama, perhatian terhadap dirinya dan orang lain.

SEL juga terkait dengan isu yang lebih luas seperti kepercayaan, sikap, kepribadian, dan tingkah laku (Hough, Marsh, Mckibben: 2018). Kesadaran atau perhatian akan pentingnya pengembangan sosial dan emosi serta well-being peserta didik selama mereka bersekolah merupakan salah satu dimensi kajian SEL. Bagaimana riset SEL di negara kita?

Kini SEL menjadi fenomena global yang menarik perhatian para peneliti, pendidik, dan pembuat kebijakan. Munculnya perhatian besar terhadap SEL antara lain digerakkan oleh karya-karya riset yang mencatat bahwa program SEL yang diselenggarakan dengan baik akan meningkatkan perbaikan dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap perilaku siswa dan capaian akademik mereka (Frydenberg, Martin, Collie: 2017; Pasi: 2001). Melalui kajian SEL sebagaimana disebutkan oleh Kimberly (2017: 138), kita tidak hanya dapat meningkatkan keterampilan dan emosi peserta didik, tetapi juga prestasi akademik mereka. Dalam konteks kehidupan kini dan ke depan, pengembangan SEL untuk anak-anak dan pemuda akan menjadi bekal bagi mereka dalam menjalani kehidupan yang majemuk dan saling keterkaitan (globally connected).

 

SECs dan SEL

SECs (social and emotional competencies) atau kemampuan/kompetensi emosi dan sosial adalah kemampuan memahami, mengelola, dan mengekspresikan aspek-aspek sosial dan emosi dari kehidupan seseorang, yang memungkinkan seseorang dapat berhasil mengelola tugas-tugas dalam kehidupan seperti belajar, membangun relasi, memecahkan persoalan keseharian, dan adaptasi terhadap tantangan yang kompleks dalam kehidupan.

CASEL (the collaborative for academic, social, and emotional learning) mengurai kemampuan/kompetensi SEC dalam 5 jenis, yaitu (a) kesadaran diri (self-awareness), kemampuan seseorang memahami emosi, tujuan, dan nilai; mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, memiliki percaya diri, optimistis, dan cara pandang yang positif; (b) pengelolaan diri (self-management), kemampuan individu mengendali pemikiran, emosi (nafsu) dan memotivasi diri dan berani terhadap tantangan; (c) kesadaran sosial (social awareness), kemampuan individu menghargai perspektif atau cara pandang orang lain yang berbeda latar belakang dan empati serta merasa kasih sayang terhadap orang lain, memahami norma sosial berkaitan dengan perilaku dan mengetahui sumber dan dukungan yang ada terhadap dirinya; (d) kemampuan berhubungan (relationship skills), kemampuan-kemampuan: mendengar secara efektif, komunikasi jelas, bekerja sama dengan orang lain, negosiasi konflik dengan cara yang tepat dan terhormat; serta mencari dan memberi bantuan untuk yang memerlukan; dan (e) membuat keputusan secara bertanggung jawab (responsible decision making), kemampuan individu membuat pilihan secara terhormat dan konstruktif tentang perilaku dan interaksi sosial dalam kondisi yang berbeda atau plural; menimbang isu etika, keselamatan, dan kesejahteraan dirinya dan orang lain dengan segala risiko yang muncul (Frydenberg, Martin, Collie: 2017; Bourn: 2018

SEL adalah proses mengembangkan kemampuan (skills), sikap (attitude), dan nilai yang diperlukan untuk mendapatkan kemampuan sosial dan emosi. Melalui SEL, anak dan orang dewasa belajar mengenali dan mengelola emosi, perhatian kepada orang lain, membuat keputusan yang baik, berperilaku etis dan bertanggung jawab, mengembangkan relasi positif, serta mencegah atau menghindari perilaku negatif. Pendidikan sosial dan emosional dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan sikap, perilaku, dan pemahaman (cognition) untuk menjadikan mereka sehat dan mampu dalam dimensi sosial, emosi, dan akademik serta fisik.

Dengan kata lain, pendidikan karakter dan pendidikan sosial dimaksudkan atau bertujuan mengajari atau mendidik peserta didik menjadi warga-bangsa yang baik berlandaskan nilai-nilai positif, berinteraksi efektif dan berperilaku konstruktif. Dengan demikian, tantangan bagi para pendidik dan ilmuwan adalah menjelaskan sederet metode mendidik yang bisa menunjang terhadap pencapaian tujuan/outcomes (Elias et all, 1997; Zins, Weissberg, Wang, Walberg: 2004; Pasi, 2001)

 

Beberapa alasan

Berikut beberapa alasan mengapa perhatian atau penerapan SEL dilakukan dengan penuh semangat yang disertai dengan pandangan kritis. Ada beberapa alasan. Pertama, melalui SEL, diharapkan generasi muda memiliki kemampuan, sikap, dan pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil mengatasi tantangan kehidupan kini dan masa depan. SEL memberi fondasi untuk outcome pendidikan. Misalnya, Singapura mencanangkan empat outcome pendidikan; (a) seorang memiliki kepercayaan diri yang mempunyai sense tentang yang baik/betul dan salah; (b) a self-directed learner, yakni berani bertanya atau mempertanyakan, melakukan refleksi dan daya tahan dalam mencapai hasil belajar; (c) kontributor aktif yang bekerja dengan orang lain secara efektif dan berusaha keras untuk mencapai keunggulan (excellence), dan (d) warga bangsa yang peduli yang berperan serta secara aktif untuk memperbaiki kehidupan orang-orang pada tingkat lokal, nasional dan internasional.

Kedua, kita hidup dalam dunia yang cepat berubah dan multikultur. Kesempatan hidup yang baik berpeluang sama besar dengan ancaman yang membahayakan. Kemampuan sosial dan emosional menawarkan resep atau elemen kritis yang menjadi dasar untuk masa depan yang cerah bagi orang banyak. Kita harus membangun sistem pendidikan dan pengalaman dunia untuk memastikan bahwa generasi muda dapat menguasai atau memiliki kemampuan tersebut (Frydenberg, Martin, Collie: 2017; Bourn: 2018).

 

Dampak SEL

Dampak SEL ditunjukkan oleh Frydenberg, Martin, Collie (2017) dari hasil riset para peneliti dunia sebagai berikut. Pertama, pengaruh SEL terhadap guru di sekolah yang menerapkan SEL ditunjukkan dengan menurunnya rasa kelelahan, stres, dan meningkatnya self-efficacy. Para peneliti menemukan bahwa para guru yang berpartisipasi dalam program SEL dilaporkan merasa nyaman, stres yang rendah, lebih teliti, dan memiliki self-efficacy yang tinggi dalam mengajar (Frydenberg, Martin, Collie: 2017). Kemampuan sosial dan emosi guru memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana mereka melaksanakan tugas, interaksi sosial dalam kerja dan kenyamanan diri (social and emotional well-being) (Frydenberg, Martin, Collie: 2017). Relasi guru-murid yang hangat dalam kelas dapat mendukung deep learning dan pengembangan sosial dan emosi para murid yang selanjutnya memberi pengaruh positif terhadap pembelajaran (Schonert-Reichl: 2017).

Dalam konteks peserta didik, studi menunjukkan bahwa kemampuan sosial dan emosi murid merupakan salah satu mekanisme yang menjelaskan rasa memiliki sekolah (yakni seberapa otonomi, keterkaitan, dan kompetensi yang mereka rasakan). Sekolah yang mempromosikan otonomi, koneksi, dan perasaan kompeten di kalangan para murid berarti telah memberi bekal yang baik untuk meningkatkan partisipasi dalam sekolah dan rasa memiliki sekolah (Frydenberg, Martin, Collie: 2017; Usaklin, Ekiciz: 2018). Ketika para murid mempunyai kemampuan sosial dan emosi seperti self-esteem dan self-efficacy serta merasa mampu berkoneksi dan berafiliasi dengan sekolah, maka hal ini diprediksi akan memberi pengaruh terhadap beberapa outcome penting seperti prestasi akademik, well-being, dan sikap prososial (Frydenberg, Martin, Collie: 2017).

Dengan kata lain, seperti diungkapkan Pasi (2001: 2), terdapat hubungan antara kemampuan emosi dan keberhasilan dalam kehidupan di masa depan. Pengembangan emosi dan sosial merupakan fondasi bagi keberhasilan peserta didik. Walallahu 'alam.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya